Jumat, 04 Maret 2011

Berita Pertanian : Pedagang Mulai Menyimpan Gabah

Jakarta. Perkiraan produksi beras yang tidak begitu menggembirakan tahun ini mendorong pengusaha penggilingan padi dan pedagang beras tingkat grosir berpacu membeli gabah dari petani untuk kelangsungan produksi dan modal spekulasi. Akibatnya, harga gabah kering panen petani cenderung stabil tinggi pada Rp 2.700 per kilogram.

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia Nellys Soekidi, Kamis (3/3) di Jakarta, mengungkapkan, sebagian pengusaha penggilingan dan pedagang beras menyimpan gabah pada panen rendeng ini untuk bahan baku produksi. ”Terutama bagi perusahaan penggilingan modern yang memiliki pasar tetap,” katanya.

Bila pada panen musim kemarau I mereka akan menyimpan gabah untuk bahan baku produksi selama tiga bulan ke depan, dalam kondisi panen rendeng seperti sekarang, di mana produksi padi kurang bagus, gabah yang disimpan untuk bahan baku produksi tak lebih dari 1,5 bulan.

Nellys mencontohkan, bila kapasitas produksi mesin penggilingan per hari 50 ton gabah kering giling (GKG), pengusaha akan menyimpan bahan baku 750 ton. Minimnya produksi gabah membuat ketat ”perburuan” gabah petani.

Billy Haryanto, pengusaha penggilingan padi dan pedagang beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, mengungkapkan, gabah yang disimpan pada panen rendeng ini berkualitas bagus dengan kadar air maksimal 14 persen. Tujuannya, agar tahan lama. ”Mereka menyimpan tidak hanya untuk bahan baku, tetapi juga modal spekulasi,” katanya.

Dalam kondisi normal, pada panen rendeng pedagang tak mau menyimpan gabah atau beras lebih lama karena takut harga tiba-tiba jatuh. ”Kali ini pedagang justru menyimpan karena memperkirakan pertengahan tahun harga beras mulai naik,” ujar Billy. Ini membuat harga beras medium naik Rp 5.400-Rp 5.500 per kilogram. Padahal, harga pembelian pemerintah untuk beras Rp 5.060 per kilogram.

Syukur Iwantoro, juru bicara Kementerian Pertanian, mengatakan, pemerintah optimistis pertumbuhan minimal produksi beras 2011 sebesar 5 persen atau 70,1 ton GKG tercapai. Sebab, kondisi iklim dan serangan hama penyakit relatif berdampak sama dengan tahun 2010.

Dari Kalimantan Tengah dilaporkan, produksi padi tahun 2011 berdasarkan angka ramalan I adalah 585.482 ton GKG, turun 9,77 persen dari produksi sementara 2010 sebesar 648.872 ton. Ini penurunan terbesar di Indonesia. Kepala BPS Kalteng Panusunan Siregar mengatakan, angka ramalan I dibuat berdasarkan penurunan luas panen sebesar 13,8 persen dari 247.064 hektar menjadi 212.976 hektar pada 2011.(kompas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar