Minggu, 31 Juli 2011

Berita Pertanian : Kebijakan Impor Beras Dikritik

JAKARTA. Pemerintah telah melakukan impor beras sebesar 500 ribu ton beras dari Vietnam. Ini dilakukan karena menilai stok beras dalam negeri minim.

Wakil Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Rachmad Pambudi menilai permasalahannya bukan pada menjaga stok dan kestabilan harga beras.

Tapi, pemerintah telah ketergantungan pada impor.

Sesuai data yang dirilis Bulog (29/7), Bulog melakukan impor sebesar 1,3 juta ton pada Maret 2011. Dari impor beras tersebut, Bulog meraih keuntungan Rp893 miliar. Pundi-pundi keuntungan tersebut akan kian membumbung.

Pasalnya, Bulog telah melakukan impor beras Vietnam sebesar 500 ribu ton, dan akan mengimpor beras dari Thailand.

"Pemerintah tidak seharusnya impor beras. Kita mampu 3 kali swasembada beras pada tahun 1984, 2003-2004, dan 2006. Dan mengapa saat ini tidak?" ungkapnya.

Impor beras, lanjut Rachmat, akan memberi tekanan terhadap seluruh komoditas dalam negeri. Selain itu, impor beras akan menambah jumlah pengangguran di Indonesia. "Bila pemerintah mengimpor beras sebesar 1,5 juta ton beras, setara dengan 2,5 juta ton gabah kering giling (GKG) bila rendemen sekitar 60%. Produksi tersebut didapat dari 500 ribu hektar jika asumsi tingkat produksi 5 ton/ha. Dan bila dalam proses produksi beras itu, dari hulu hingga hilir mempekerjakan 10 orang, sekitar 5 juta kesempatan kerja hilang," paparnya.

Tragisnya lagi, kata Rachmad, impor beras memberi efek psikologis buruk pada petani. Impor beras seringkali membuat harga beras turun pada saat panen.

"Bila harga turun Rp100/kg. Maka kerugian petani untuk produksi panen raya sebesar 65 GKG juta ton, mencapai Rp6,5 triliun. Seluruh sektor perberasan tentu akan mengurangi kapasitasnya akibat kerugian tersebut," tandasnya.

Berita Pertanian : Hanya Tiga Komoditas Pangan Harganya Naik

Jakarta. Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Gunaryo mengatakan, hanya tiga komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga menjelang Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini yakni daging sapi, daging ayam, dan telur.

"Hasil pemantauan Ditjen Perdagangan Dalam Negeri sejak pekan lalu, hanya tiga komoditas pangan tersebut yang mengalami kenaikan harga," kata Gunaryo pada diskusi "Mengantisipasi Kenaikan Harga Bahan Pokok" di Gedung MPR/DPR/DPD Jakarta, Jumat (29/7).

Gunaryo menegaskan, tidak semua harga komoditas pangan dari sembilan bahan kebutuhan pokok (sembako) naik menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, tapi hanya tiga komoditas saja yakni daging sapi, daging ayam, dan telur.

Menurut dia, kenaikan harga tiga komoritas pangan tersebut tidak signifikan karena persediaannya mencukupi. .

"Kami meyakini meskipun terjadi kenaikan harga, tapi akan relatif stabil karena stoknya mencukupi," kata Gunaryo.

Gunaryo menambahkan, Kementerian Perdagangan sudah melakukan antisipasi ketersediaan komoditas pangan menjelang Ramadhan sejak sebulan lalu. Stok komoditas pangan itu, kata dia, sudah mencukupi selama dua bulan setengah hingga Oktober mendatang.

Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan sudah menginstruksikan dinas-dinas terkait di pemerintah kota dan kabupaten untuk menjaga pasokan harga komotitas pangan di daerahnya masing-masing.

Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, katanya, mengantisipasi kenaikan harga komoditas pangan antara lain dengan operasi pasar. (ant)

Tanah Karo Diharapkan Jadi Lumbung Pangan Nasional

Berastagi. Kabupaten Tanah Karo dikenal sebagai sentra pertanian bagi Sumatera Utara, khususnya tanaman hortikultura jenis sayur-sayuran dan buah-buahan. Ini menunjukan kalau kondisi tanah daerah wisata ini sangat subur. Karena itu, akan menjadi lebih baik lagi bila posisi Tanah Karo ditingkatkan statusnya dari sebagai sentra pertanian Sumatera Utara, menjadi lumbung pangan nasional.

Hal itu dikatakan Rektor Universitas Quality Hasfin Hardi SE MSi kepada sejumlah wartawan di Medan, Kamis (28/7). Didampingi Ketua Panitia wisuda yang juga Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Quality, Drs Eduard MSi, dan Ketua Yayasan Bukit Barisan Simalem Drs Tiandi Lukman, Hasfin Hardi mengatakan, cita-cita itu telah ia sampaikan saat mewisuda sekitar 200 mahasiswa Universitas Quality Tanah Karo menjadi sarjana dalam acara wisuda sarjana di Hotel Sibayak Beratagi, Selasa (26/7) lalu.

Acara wisuda itu, ujar Hasfin, dihadiri oleh Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Sumut - Aceh Prof Nawawiy Loebis yang diwakili oleh Syaiful Bahri, Wakil Bupati Karo, Dandim dan Kapolres. Selain wisudawan, ada juga orangtua wisudawan, dosen, mahasiswa, Menwa dan undangan lainnya.

Kata Hasfin, Kabupaten Karo merupakan kabupaten paling subur di Sumatera Utara, harus bisa dikelola dan diarahkan menjadi lumbung pangan, khususnya produk-produk hortikultura yang sangat dibutuhkan oleh daerah-daerah lain dan negara tetangga Indonesia.

"Meningkatkan posisi tawar petani di pasar juga bagian dari realisasi cita-cita tadi. Itu harus menjadi target utama melalui sejumlah perbaikan kualitas hasil dan pengolahan pertanian dengan baik. Universitas Quality melalui fakultas pertanian secara bertahap akan melakukan penyusupan dan turun langsung ke sentra-sentra produk unggulan," paparnya.

Sementara Ketua Yayasan Bukit Barisan Simalem Drs Tiandi Lukman menambahkan selain terkenal dengan tanahnya yang subur, Tanah Karo juga dikenal karena masyarakatnya memiliki kultur yang dinamis dan memiliki etos kerja pertanian yang sangat baik. Karena itu, ia menyebutkan hal ini perlu pemolesan dan pengelolaan berbagai pihak, termasuk para wisudawan dan wisudawati Universitas Quality, termasuk di antaranya dalam pengembangan sumberdaya manusia.

"Pengembangan SDM sangat erat kaitannya dengan pembangunan karakter. Itu sebabnya kita perlu berinvestasi jangka panjang dalam mendidik manusia yang pada akhirnya memberi manfaat bagi masyarakat," kata Tiandi Lukman. Lebih lanjut ia juga menyampaikan bahwa di masa depan Universitas Quality akan menambah fasilitas gedung, yang ditandai dengan pembangunan kampus baru Universitas Quality di Desa Lau Gumba, Kecamatan Berastagi. "Ini adalah salah satu bentuk komitmen yayasan dan universitas dalam membentuk SDM di Tanah Karo," ucapnya.

Ketua Panitia wisuda yang juga Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Quality, Drs Eduard MSi, menginformasikan bahwa jumlah wisudawan yang dilepas sebanyak 200 orang, terdiri dari tujuh orang dari Fakultas Pertanian, 35 orang Fakultas Ekonomi, 37 orang Fakultas Hukum, FKIP MM 40 orang, dan FKIP PPKN 81 orang.

Berita Pertanian : Jelang Ramadhan, Petani Ikan Lakukan Pemanen










Panyabungan
. Mendekati bulan Ramadhan, kalangan petani ikan mas di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) banyak yang melakukan pemanenan dengan harapan bisa memperoleh untuk lebih besar karena permintaan yang lagi meningkat dan harganya yang semakin bagus.

Seperti yang dilakukan para petani ikan mas di Saba Pesong Desa Malintang Jae Kecamatan Bukit Malintang, Madina. Mereka kini beramai-ramai melakukan pemanenan ikan mas-nya untuk segera di tolak ke pedagang penampung.

Seperti diungkapkan Hambali Batubara, petani ikan mas di sana. Dikatakannya, ia telah menabur bibit ikan mas di kolamnya sekitar 6 bulan lalu dan saat ini memang telah siap untuk dilakukan pemanenan. "Saya memang sengaja mengukur waktu untuk pemanenan saat akan menjelang puasa Ramadhan, karena kebiasaannya harga jualnya akan lebih tinggi karena permintaan ikan mas dari masyarakat semakin meningkat," ujarnya, Kamis (28/7), yang ditemui saat melakukan pemanenan di kolamnya.

Namun, kata Hambali, mungkin karena pasokan ikan mas yang terlalu banyak akibat banyaknya petani yang melakukan pemanenan, sehingga saat ini harga ikan mas di tingkat penampung tak juga mengalami kenaikan. "Harganya masih tetap seperti biasanya, Rp20.000 per kg. Padahal di pasar, harga jual ikan mas sudah cukup tinggi yakni berkisar Rp25.000 - Rp26.000 per kg," sebutnya yang mengaku untuk pemanenan kali ini mendapatkan hasil sekitar 1 ton ikan.

Dikatakannya, dalam membudidayakan ikan mas ini tidaklah membutuhkan modal yang terlalu besar. "Saya memiliki 6 ekor ikan mas indukan yang bisa menghasilkan puluhan ribu bibit ikan mas. Tapi tidak semua bibit itu saya besarkan. Sebagiannya besarnya saja jual ke petani lainnya, sedang yang saya besarkan hanya sekitar 3000 bibit di dua kolam berukuran 1 rante," katanya.

Sedangkan hasil penjualan bibit ikan yang ia peroleh, ia gunakan untuk pembelian pellet untuk makanan ikan mas yang akan ia besarkan. "Saya butuh sekitar 1 ton pellet untuk makanan ikan hingga panen dan dananya saya ambil dari hasil penjualan bibit. Sehingga bisa dikatakan saya tidak mengeluarkan modal sama sekali. Dan saat ini saya mendapatkan hasil sekitar 1 ton lebih ikan mas. Itu artinya penghasilan saya selama 6 bulan ini dari membudidayakan ikan mas sebesar Rp20 juta, bersih," ujarnya.

Melihat begitu menggiurkannya penghasilan yang bisa dihasilkan dari pembudidayaan ikan mas ini, Hambali berharap Pemerintah Daerah lebih menggalakkan sosialisasi kepada masyarakat petani tentang pembudidayaan ikan mas serta membantu dukungan permodalan bagi para petani pembudidaya, terutama untuk pengadaan bibit dan pakan.

Disebutkan Hambali, karena banyaknya petani yang tidak memiliki modal yang cukup untuk membuat kolam dan membeli pakan, akhirnya banyak petani yang membudidayakan ikan mas ini di sawah-sawah yang tengah ditanamai padi sehingga hasil yang didapatkan kurang optimal.

"Pemkab Madina melalui Diskanla memang telah sering memberikan sosialisasi tentang budidaya ikan air tawar, namun tanpa pernah memberi dukungan permodalan. Padahal, jika budidaya ikan mas di daerah ini berkembang, ikan mas yang dihasilkan dari Madina tak hanya mampu menyukupi kebutuhan pasar di Madina tetapi juga bisa dipasok ke daerah lainnya, karena permintaan dari daerah lain juga cukup besar," tandasnya.

Sementara, Kadiskanla Madina Lis Mulayadi yang dihubungi secara terpisah, menyatakan bahwa pihaknya belum lama ini telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang budidaya ikan air tawar di Balai Pembenihan Perikanan Saba Jambu. Pihaknya juga telah melakukan pengelompokan serta pendataan petani ikan di daerah itu. "Kita memang memiliki program untuk menjadikan Kabupaten Madina sebagai sentra budi daya ikan air tawar. Dalam program ini, tentunya masalah pemasaran dan permodalan bagi petani pembudidaya juga kita pikirkan.

Mungkin bisa saja nantinya dengan mengundang pihak ketiga atau investor. Dan itu sedang dalam proses penggodokan kita," katanya.

Semangka Organik dari Lengau Seprang












Tanjungmorawa
.Merah, segar, manis. Itulah kesan pertama yang langsung muncul saat menikmati buah semangka organik yang baru saja dipanen sejumlah petani di Desa Lengau Seprang, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deliserdang, Jumat (29/7) kemarin.
Panen perdana petani semangka organik di daerah itu cukup memuaskan. Bayangkan, buah semangka berbentuk bundar lonjong itu rata-rata beratnya mencapai 6 hingga 8 kg per buah.

Para petani pun terlihat begitu asik memetik buah-buah semangka yang bergelimpangan dan telah waktunya untuk dipanen. Bahkan, wartawan MedanBisnis yang datang ke lokasi itu juga turut serta ikut melakukan pemanenan.

Junaidi (36), selaku pemilik tanaman semangka organik itu menyatakan, setiap tahun ia memang selalu bertanam semangka. Dan untuk bertanam semangka organik ini telah ia lakukan dalam beberapa tahun belakangan di atas lahannya seluas 18 rante.

"Saat ini saya lebih memilih untuk bertanam semangka organik ketimbang semangka biasa, karena hasilnya lebih menguntungkan. Apalagi untuk sekali penanaman semangka ini, panennya bisa tiga hingga empat kali. Beda dengan semangka biasa, paling kita bisa melakukan pemanenan satu atau dua kali saja untuk sekali penanaman," katanya.

Karena yang ia tanam adalah semangka organik, maka ia sama sekali tidak menggunakan pestisida maupun pupuk kimia untuk tanamannya. "Pupuk yang kita gunakan semuanya pupuk organic, yakni pupuk kandang serta pupuk organik lainnya mulai dari pengolahan lahan hingga perawatan tanaman. Hasilnya, tanah semakin subur dan buah semangka yang dihasilkan juga besar-besar," sebutnya sembari menyatakan untuk musim panennya kali ini ia bisa menghasilkan sekitar 12 ton semangka.

Semangka-semangka ini, sebut Junaidi, akan ia tolak kepada pedagang penampung yang telah menjadi langganannya untuk dipasarkan ke sejumlah pasar di berbagai daerah. "Saya memang sengaja melakukan pemanenan semangka ini saat mendekati bulan Ramadhan. Karena saat Ramadhan permintaan akan buah semangka sangat bagus," katanya.

Dia mengatakan, perlu strategi dan membaca pangsa pasar dalam melakukan sebuah usaha pertanian, supaya kerugian bisa dihindari. "Saat ini harga jual semangka lagi bagus. Agen menghargai semangka kita seharga Rp2.000 per kg, naik dari harga sekitar dua minggu lalu yang masih berkisar Rp1.800 per kg. Namun di tingkat pedagang pengecer, harganya sudah naik menjadi sekitar Rp3.000 - Rp3.500 per kg," ucapnya.

Untuk menanam semangka ini, sebutnya, tidak begitu sulit, hanya saja perawatannya sedikit perlu keuletan. Karena tanaman semangka ini termasuk sensitif terhadap air. Jika tidak diselamatkan dari genangan air, maka akan mengalami kebusukan dan pastinya gagal hidup.

Dalam satu hektare lahan yang akan ditanam semangka, lanjutnya lagi, dibutuhkan 12 bungkus bibit. "Di sini kami tidak menggunakan pupuk kimia, tetapi pupuk yang berasal dari kotoran ternak. Sehingga kami memang mengutamakan pupuk organik. Karena selain sehat, juga lebih murah," terangnya.

Berita Pertanian : Sektor Pertanian Serap 42,47 Juta Tenaga Kerja

Mamuju. Sektor pertanian menyerap sekitar 42,47 juta orang tenaga kerja baru di Indonesia pada 2011 dan berkontribusi besar dalam mengurangi pengangguran.

Kepala Badan Penelian dan Pengembagan Kementerian Pertanian Haryono di Mamuju, Jumat, mengatakan, pertanian merupakan sektor utama penyerap tenaga kerja di Indonesia sehingga perlu ada regulasi yang mendorong sektor itu makin berkembang.

Menurut dia, tenaga kerja yang diserap sektor pertanian di tahun 2011 itu meningkat dibandingkan tenaga kerja yang diserap sektor pertanian tahun 2010, sekitar 41,49 juta orang.

Ia mengatakan, tingginya angka tenaga kerja yang diserap sektor pertanian 2011 ini, karena program penyediaan infrastruktur, dan perluasan areal serta pemberdayaan bagi petani yang dilaksanakan pemerintah.

"Program pertanian juga mendominasi belanja pemerintah di tahun 2011 sekitar Rp1.94 triliun anggaran disediakan untuk penyediaan lahan pertanian seperti cetak sawah baru, dan sekitar Rp1.07 triliun untuk pemberdayaan kelompok tani," katanya.

Kemudian sekitar Rp502 miliar anggaran untuk penyediaan infrastruktur berupa pengelolaan sumber irigasi petani, penanganan sistem pembenihan maupun kegiatan penelitian dan pengembangan.

Ia juga mengatakan, pemerintah menyediakan teknologi unggul berupa varietas dan klon klon unggul baru, rekomendasi pemupukan spesifik lokasi, sistem pertanian diberbagai ekosistem mulai dari dataran tinggi dan rendah, teknologi pengendalian pertanian dan kajian sosial ekonomi dan budaya pertanian.

Selain itu kata dia, pemerintah menjabarkan undang undang Nomor 16 tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian perikanan dan kehutanan, dengan menghidupkan lembaga penyuluh.

"Dengan cara itu petani makin giat dalam mengembangkan pertaniannya dan akhirnya sektor tersebut jadi penyerap tenaga kerja," katanya. (ant)

Berita Pertanian : Indonesia Kirim Ahli Pelajari Peternakan di Mesir

Kairo. Kementerian Pertanian mengirim ahli untuk mempelajari peternakan di Mesir sebagai tindak lanjut kesepakatan kerja sama pertanian kedua negara.

"Saya utusan dari Indonesia bersama peserta dari ahli peternakan berbagai negara untuk mengikuti `training` mengenai produksi dan kesehatan hewan khususnya unggas," kata Rika Yuniar Siregar kepada ANTARA di Kairo, Sabtu.

Kepala Fungsi Ekonomi KBRI Kairo Walther Soetjahjo Kariodimedjo menjelaskan bahwa keikutsertaan Indonesia dalam pelatihan peternakan itu sebagai bagian upaya peningkatakan kerja sama bilateral RI-Mesir.

Walther merujuk pada kesepakatan kerja sama pertanian yang dihasilkan dalam kunjungan Menteri Pertanian saat masih dijabat Bungaran Saragih ke Mesir beberapa tahun lalu.

Bungaran Saragih tercatat dua kali berkunjung ke Mesir yaitu pada 2001 di masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid dan pada 2003 di masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri.

Menurut Walther, keikutsertaan Indonesia dalam pelatihan peternakan di Mesir itu merupakan langkah awal, dan akan ditindaklanjuti kerja sama di bidang pertanian dan peternakan yang lebih luas di masa mendatang.

Rika Yuniar mengemukakan pelatihan yang diadakan oleh "Egyptian International Centre for Agriculture" (EICA) itu berlangsung hingga akhir September mendatang.

"Ini merupakan pengalaman baru bagi saya dalam pelatihan di Mesir. Dengan banyaknya peserta dari negara lain, kami dapat berbagi pengetahuan menyangkut pengembangan produksi dan penanggulangan kesehatan hewan," kata Rika, dokter hewan lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.

Selain Indonesia, ikut pula lebih dari 20 negara, antara lain, Malaysia, Thailand, Turki, Togo, Meksiko, Korea Selatan dan Madagaskar.

EICA, yang didirikan sejak 1973, merupakan lembaga pelatihan pertanian dan peternakan bertaraf internasional.

Bekerja sama dengan Badan PBB untuk Pangan dan Pertanian (FAO), EICA tercatat telah melatih peserta dari 90 negara mencakup Asia, Afrika, Eropa Timur dan Amerika Latin

Kamis, 28 Juli 2011

Pemerintah Janji Tekan Kenaikan Harga Bahan Pokok










Jakarta.
Pemerintah menyatakan akan berusaha menekan kenaikan harga bahan pokok menjelang bulan puasa dan Lebaran.
"Kami pantau (harga) tiap hari dan kalau ada kenaikan akan diambil langkah supaya tidak ada lonjakan harga di atas faktor musiman," kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu usai menghadiri rapat koordinasi pangan Kadin Indonesia di Jakarta, Selasa (26/7).

Kalau terjadi lonjakan harga melebihi rata-rata kenaikan harga musiman, lanjut Mari Pangestu , maka pemerintah akan mencari akar masalahnya dan mengambil langkah untuk mengatasinya.

Ia menjelaskan, setiap menjelang bulan puasa dan Lebaran biasanya terjadi kenaikan permintaan bahan pokok sampai antara 20 persen sampai 30 persen yang berdampak pada kenaikan harga.

Pemerintah, menurut dia, memiliki beberapa instrumen untuk mengendalikan kenaikan harga bahan kebutuhan pokok seperti beras, gula pasir, terigu dan minyak goreng.

Instrumen yang dimaksud antara lain operasi pasar beras di daerah-daerah yang menunjukkan kecenderungan kenaikan harga beras hingga 10 persen, penyaluran beras bersubsidi bagi keluarga berpendaparan rendah melalui Program Raskin, serta penyelenggaraan pasar murah untuk berbagai barang kebutuhan pokok.

Pemerintah, lanjut Mari, juga berusaha mengamankan ketersediaan bahan pokok untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama bulan puasa, Lebaran dan hari raya yang lain.

Selain itu, menurut dia, pemerintah berusaha memastikan jalur distribusi bahan pokok tidak terganggu supaya tidak mendorong kenaikan harga.

Lebih lanjut Mendag menjelaskan bahwa hingga pekan ketiga bulan Juli stok bahan pokok cukup untuk memenuhi kenaikan permintaan menjelang dan selama bulan puasa dan Lebaran bulan depan cukup aman

"Rata-rata kenaikan harga juga tidak melebihi lima persen kecuali beras, daging ayam dan telur. Daging sapi hanya naik 2,29 persen. Gula pasir, cabai rawit, cabai merah dan minyak goreng bahkan lebih rendah dibanding bulan Juni," katanya.

Menurut laporan pantauan harga bahan pokok Kementerian Perdagangan, rata-rata harga nasional per 25 Juli 2011 untuk beras medium Rp7.365 per kilogram, gula pasir Rp10.583 per kilogram,tepung terigu Rp7.558 per kilogram, minyak goreng curah Rp10.639 per kilogram.

Tak Terganggu Upaya Spekulan

Sementara itu Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian, Hatta Rajasa, mengatakan harga pangan tidak terpengaruh terhadap upaya spekulan karena stok kebutuhan menjelang puasa saat ini telah mencukupi.

"Ada spekulasi, dan kita minta ke aparat untuk menindak tegas mereka yang menyengsarakan ini, jangan menimbun kemudian membuat harga jadi naik. Kasihan rakyat, karena barang kita cukup, stok cukup," ujarnya.

Sebagai upaya antisipasi, Hatta meminta, agar instansi pemerintah dan Kementerian terkait ikut mengawasi tindakan spekulan yang bisa menaikkan harga kebutuhan pangan.

"Harus ada pengawasan. Banyak ikut mengawasi. Kemudian juga Bulog juga ikut memantau. Kemudian juga Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian juga, terutama yang harus menjamin bahwa produksi kita itu sesuai rencana kita," ujar Hatta.

Selain itu, Hatta juga memberikan instruksi kepada Menteri Perdagangan dan Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk melakukan operasi pasar serta memberikan beras untuk rakyat miskin (raskin).

"Bulog cukup kuat melakukan operasi pasar. Raskin kita terus bagikan, dan kita juga mempertimbangkan raskin ke 13. Disamping itu operasi pasar melalui pasar murah melalui CSR, baik BUMN maupun perusahaan swasta besar sudah dikoordinasikan Mendag," ujarnya.(ant)

Tips Ampuh : Nutrisi Penting untuk Pemain Sepak Bola











MESKI
kondisi fisik para pemain Tim Nasional kita dikabarkan telah meningkat 80 persen, ternyata dinilai belum 100 persen siap tempur. Lalu, apa yang kurang dari persiapan para atlet lapangan hijau itu?

Asupan nutrisi dan istirahat dinilai menjadi faktor penting dalam mendukung performa mereka. Maka itu, Timnas yang telah berangkat ke Turkmenistan hari ini, Rabu (20/7), diminta untuk menjaga asupan nutrisi dan istirahatnya agar mampu memberikan perlawanan maksimal saat laga partai tandang, 23 Juli nanti di Stadion Ashgabat, Turkmenistan.

Hal ini pun menimbulkan pertanyaan, seberapa pentingkah asupan nutrisi bagi seorang pemain sepak bola? Bagi seorang atlet, khususnya pemain sepak bola, makanan yang dimakan haruslah membuatnya mampu mempertahankan kebugaran dan memenuhi kebutuhan energi dalam berkompetisi. Lalu, makanan yang seperti apa yang harus dimakan para atlet?
Berikut adalah beberapa nutrisi penting untuk pemain sepak bola:
  1. Karbohidrat sederhana dapat ditemukan di permen, kue, minuman ringan, dan selai.
  2. Karbohidrat kompleks dapat ditemukan pada nasi, roti, pasta, kentang, sereal, dan buah.
  3. Lemak jenuh dapat ditemukan dalam mentega, margarin, dan keju.
  4. Lemak tidak jenuh dapat ditemukan dalam minyak bunga matahari, ikan salmon, dan kacang-kacangan.
  5. Protein dapat ditemukan dalam susu, ayam, ikan, telur, dan yoghurt.
  6. Vitamin dan mineral dapat ditemukan pada buah, sayuran, dan produk susu.
  7. Serat terdapat dalam biji, kacang polong, dan kacang-kacangan

Kemudian, penting juga untuk mengonsumsi beberapa makanan ini:
  1. Daging, ikan, telur, dan kacang-kacangan.
  2. Sayuran dan buah, terutama sayuran berdaun, salad, apel, jeruk, pisang.
  3. Produk-produk susu seperti susu, keju, yoghurt.
  4. Makanan bertepung seperti roti, pasta, nasi, sereal, dan kentang.

Pemain sepak bola membutuhkan energi. Adapun energi utamanya bisa didapatkan dari karbohidrat. Untuk kita, disarankan untuk makan makanan yang 55-60 persennya mengandung karbohidrat setiap hari. Namun, bagi pemain sepak bola lebih tinggi sebanyak 70 persen.

Namun tentu saja, pemain sepak bola juga membutuhkan nutrisi lain dan tidak mudah untuk mendapatkan asupan karbohidrat yang sempurna hanya dengan makan tiga kali sehari secara teratur. Cara untuk melakukannya adalah dengan ngemil. Camilan memainkan peran penting dalam pola makan pemin sepak bola, terutama setelah pelatihan atau pertandingan. Itu merupakan saat di mana tubuh menyimpan energi dalam otot yang baru saja bekerja.

Berita Pertanian : Petani Karet Riau Lebih Memilih Ekspor

Jakarta. Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah Riau mengakui mengalami kesulitan dalam pengembangan industri hilir karet karena petani karet lebih memilih mengekspor karet mentah.
"Petani karet kita lebih senang mengekspor karet mentah ke India, Singapura, China dan lainnya daripada digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Ini yang sedang kami sosialisasikan dan bujuk terus," kata Kepala Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah Riau Feizal Qamal Karim di acara Riau Investment Forum 2011 di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (26/7).

Hal ini terkait adanya investor Timur Tengah yang tertarik untuk berinvestasi di sektor pengolahan karet. Namun, hal ini mengalami kendala karena terbatasnya suplai karet mentah. "Mereka memiliki kapasitas produksi 700-2.000 ban per hari, tapi pasokannya tidak ada, ya itu tadi karena kebanyakan karet itu sudah diekspor," lanjut Feisal.

Di Riau sendiri menurutnya terdapat sekira 500 ribu hektar lahan karet. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, dari Januari-Maret lalu, volume ekspor karet dan barang dari karet secara nasional mengalami kenaikan 17,2% dibanding periode sama tahun lalu.

Ekspor karet dan barang dari karet selama Januari-Maret 2011 mencapai 775.339 ton. Jumlah tersebut naik 17,2% dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 661.559 ton. (ant)

Berita Pertanian : Gajah Liar Rusak Perkebunan











Liwa, Lampung
. Satu gajah liar yang diduga keluar dari hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Lampung, merusak gubuk dan lahan pertanian warga Desa Serdang, Kecamatan Balik Bukit, Lampung Barat.

"Seekor gajah liar yang keluar hutan kembali meresahkan warga, selain merusak lahan pertanian dan perkebunan warga, gajah tersebut juga merobohkan dua pondok warga setempat," kata Kabid Pengelolaan Taman Nasional wilayah II Liwa di Liwa, Rabu.

Dia menjelaskan, gajah liar tersebut mengobrak abrik tanaman warga yang hampir panen, sehingga petani setempat dipastikan merugi.

Menurut dia, gajah liar tersebut keluar dari hutan disebabkan pasokan makanan berkurang.

"Hingga kini satwa liar tersebut berada dekat di pemukiman warga, sehingga petugas mengefektifkan penjagaan agar gajah liar tersebut tidak merusak pemukiman warga dan mengacam keselamatan," kata dia lagi.

Kemudian lanjut dia, petugas TNBBS dibantu masyarakat setempat terus menghalau hewan besar tersebut agar kembali masuk hutan sehingga kerusakan tidak semakin meluas.

"Kami terus meningkatkan pengawasan kampung untuk menghindari masuknya gajah liar di pemukiman warga, beruntung saat perusakan dua gubuk, tidak ada warga yang berada di lokasi tersebut, sehingga potensi jatuhnya korban tidak terjadi" kata dia.

Dia mengakui, kerusakan hutan menjadi pemicu terjadinya konflik antara hewan dan manusia, sehingga dibutuhkan tindakan serius pemerintah pusat untuk mengatasinya.

Berita Pertanian : Pertanian Organik Sumbar Hasilkan 20 Komoditas

Padang. Penerapan konsep pertanian organik di Sumatera Barat yang dimulai sejak tahun 1990 hingga saat ini telah berhasil menghasilkan 20 komoditas pertanian serta mendapat sambutan yang baik di kalangan petani serta masyarakat.
Pengurus Persatuan Petani Organik (PPO) Sumatera Barat Fauzan Azim, di Padang, Selasa (26/7), mengatakan, seiring berjalannya waktu, saat ini pertanian organik telah berkembang dan mendapat tempat di kabupaten/kota daerah ini dengan menghasilkan berbagai produk organik.

Ia menyebutkan 20 komoditas hasil pertanian organik yaitu, padi, pisang, kangkung, kacang panjang, kakao, terung, buncis, pare, daun bawang, bawang merah, wortel, cabai merah, cabai rawit, kol, sayur manis, kacang ripi, bayam, durian, cabai kopay, pitulo, sirsak, rebung dan jagung.

Namun, menurutnya, ke depan diperlukan penguatan kelembagaan petani organik guna membangun jaringan pemasaran komoditas pertanian, sehingga produk organik lebih dihargai daripada nonorganik.

"Selain itu, agar pemasaran produk pertanian organik lebih optimal petani perlu dibekali pelatihan bisnis khusus guna meningkatkan kemampuan komunikasi bisnis dalam memasarkan produk," kata dia.

Sebelumnya, untuk mengembangkan pertanian organik di Sumbar, PPO menggelar acara Galanggang Alam Pertanian Organik (Gapo) pada 21-23 Juli 2011 sebagai wadah pertemuan petani organik, yang diikuti 200 peserta.

Pada acara tersebut dihasilkan lima rekomendasi yang diserahkan langsung kepada Gubernur Sumatra Barat.

Lima rekomendasi yang diserahkan yaitu pendidikan rakyat untuk kemandirian, pengembangan potensi lokal dan adaptasi mitigasi terhadap perubahan iklim, pengembangan pertanian organik dan energi alternatif, jaringan dan marketing produk organik serta pengurangan risiko bencana.

Sementara Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno menyambut baik konsep pertanian organik yang telah dikembangkan di Sumatra Barat dan diharapkan kedepan semakin berkembang dan produknya diminati masyarakat.

Ia yakin jika diminta tanggapan dari petani mereka pasti semuanya sepakat konsep pertanian organik karena kualitas produk yang dihasilkan jauh lebih baik daripada pertanian nonorganik.

Kemudian, lanjutnya, masyarakat sebagai konsumen tentunya akan lebih memilih produk pertanian organik karena lebih alami dan terjamin keamanannya untuk dikonsumsi secara kesehatan.

Namun, menurutnya, konsep pertanian organik belum sepenuhnya bisa diwujudkan karena fakta di lapangan belum semua kebutuhan petani organik bisa dipenuhi.

"Saat ini jumlah petani organik di Sumbar baru mencapai satu persen karena sebagian besar petani lainnya masih membutuhkan pupuk dan pestisida dalam menggarap lahan pertanian mereka," kata dia.

"Untuk itu, Pemerintah Sumatera Barat telah mencanangkan program satu petani satu sapi, di mana jika program ini telah terlaksana 100% maka kebutuhan pupuk organik bisa dipenuhi," kata dia.

Ia mengatakan untuk kebutuhan satu hektare lahan pertanian, kebutuhan pupuk organiknya bisa dipenuhi dari kotoran dua ekor sapi atau lima ekor kambing. (ant)

Berita Pertanian : SBY Dinasehati soal Teknologi Pangan

Jakarta. Strategi kebijakan dalam rencana induk percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia, sudah tepat. Namun Indonesia harus memacu inovasi teknologi pangan untuk bisa bersaing di era kebangkitan Asia.
"Tadi dikatakan kita harus genjot pengembangan inovasi dan itu soal teknologi pangan," kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa.

Pernyataannya di atas merupakan masukan dari pada narasumber International Conference on Futurology kepada Presiden SBY. Pertemuan berlangsung di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (27/7).

Lebih lanjut Hatta menyatakan, di dalam pertemuan para futurulog menyebut Asia pada 2050 akan menjadi kekuatan ekonomi. Di saat itu mayoritas PDB dunia akan berputar di negara-negara Asia.

"Nah kita ada di situ kan? Jadi soal program cluster dan koridor dalam MP3EI sudah tepat," sambung Hatta.

Inovasi teknologi yang sebaiknya Indonesia pacu terutama masalah produksi pangan. Sebab masalah pemenuhan kebutuhan pangan masih merupakan ancaman yang makin serius bagi dunia di masa mendatang.

Sementara Indonesia mempunyai potensi sumber daya pangan yang melimpah. Hanya dengan inovasi teknologi sumber daya itu bisa menjawab tantangan masa depan.

"Salah satu pakar tadi berbicara tentang pemanfaatan teknologi dalam hal pangan. Tantangan keamanan pangan dihadapi dunia, lalu bagaimana peran teknologi mengatasi masalah ini," sambung Jubir Kepresidenan T Faizasyah pada kesempatan sama.

Para futurolog yang Presiden SBY terima siang kemarin adalah Prof Donald K Emmerson, Prof Thomas Fingar, DR George Friedman, James Canton, Robert D Kaplan, Roger Beachy dan Zubaid Ahmad. Mereka akan menjadi narasumber dalam konferensi internasional yang digelar hari ini di Hotel Shangri-La, Jakarta.

Isu Keragaman Pangan Hanya Berlaku di Indonesia

Jakarta. Sekretaris Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Indroyono Susilo menyatakan, masalah keanekaragaman (diversifikasi) jenis bahan pangan untuk dikonsumsi sebenarnya bukan isu dunia di bidang ketahanan pangan. Diversifikasi pangan hanya menjadi milik Indonesia yang budayanya adalah makan nasi.

"Kalau saya jualan di FAO, tidak laku karena isu keanekaragaman pangan itu cuma milik Indonesia," katanya pada acara diskusi ketahanan pangan untuk mengatasi kemiskinan di Hotel Cemara, Menteng, Jakarta, Rabu (27/7).

Menurut Indroyono, faktor kebudayaan masyarakat Indonesia lah yang menjadi faktor penunjang Indonesia sangat sulit untuk diversifikasi pangan. Kebanyakan masyarakat Indonesia harus selalu memakan nasi di setiap waktu makannya. "Pagi makan kentang, timun, pakai nasi. Siang, makan daging, mie, pakai nasi. Malam juga seperti itu," ujarnya.

Indroyono menjelaskan, Indonesia memiliki keanekaragaman tumbuhan yang sangat beragam dan dari tanaman tersebut banyak sekali tanaman pangan yang mengandung sumber karbohidrat yang dapat dikonsumsi untuk menggantikan nasi. Menurutnya, ada sekitar 60 jenis bahan pangan sumber karbohidrat yang ada di Indonesia.

"Orang Indonesia kebanyakan makan nasi, padahal ada 60 jenis makanan karbohidrat, dari kentang, singkong, sagu, terigu, dan lain-lain, tapi semua makan nasi," imbuhnya.

Indroyono mengungkapkan, Indonesia masih kalah jauh dalam urusan diversifikasi dari Jepang yang sudah mampu mengurangi konsumsi beras sampai dengan di bawah 100 kg per kapita per kg. Sedangkan konsumsi beras Indonesia masih sekitar 139 kg per kapita per tahun.

Lakukan Kampanye

Sementara itu, Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Hermanto mengatakan, pemerintah sudah melakukan kampanye untuk mengurangi konsumsi beras nasional minimal sampai dengan 100 kg per kapita per tahun yang sebenarnya dapat dikatakan ideal.

Namun, hal tersebut masih terlalu jauh, bahkan butuh waktu sampai dengan 18-19 tahun untuk mengurangi ketergantungan masyarakat pada beras.

Menurut Hermanto, pihaknya telah memiliki program untuk mengurangi konsumsi beras 1,5% setiap tahunnya dengan target sampai dengan 2015 konsumsi Indonesia sampai di angka 100 kg per kapita per tahun. "Kita menyarankan penurunan konsumsi beras sampai dengan 1,5% per tahun karena kita sudah sedemikian tingginya ketergantungan beras," katanya pada acara yang sama.

Hermanto menjelaskan, kampanye untuk menurunkan konsumsi beras ini dilakukan salah satunya dengan memberikan pengetahuan gizi.

"Penurunan beras itu harus diimbangi peningkatan gizi di tempat yang lain kan," ujarnya.

Swasembada

Dikesempatan yang sama, Hermanto juga menyatakan bahwa swasembada beras di Indonesia masih terjadi sporadis atau tak terjadi setiap tahun. Beberapa cara untuk mengejar swasembada beras berkesinambungan itu antaralain menggenjot produksinya dan mengurangi konsumsi beras masyarakat.

Dikatakannya, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang dapat dikonsumsi sebagai bahan pangan, seperti umbi-umbian. Karena itu, seharusnya diversifikasi bahan pangan sudah mulai dilakukan sejak masa penanaman.

"Potensi kita di daerah untuk umbi-umbian bisa kita manfaatkan. Itulah maksudnya, mulai dari diversifikasi produksinya sampai konsumsinya," katanya.

Menurut Hermanto, cara tersebut bisa dijadikan salah satu program untuk mencapai swasembada beras yang ditargetkan pada tahun 2014. Keterbatasan lahan yang dimiliki Indonesia untuk menambah jumlah produksi beras dapat diakali dengan menurunkan konsumsi beras nasional.

"Swasembada beras itu ada 2 aspek, yang pertama peningkatan produksi, 1 lagi penurunan konsumsi. Jadi kalau dengan penurunan konsumsi, energi untuk meningkatkan produksi tidak terlalu berat," ungkapnya.

Lebih lanjut Hermanto menambahkan, melakukan keanekaragaman untuk menjaga ketahanan pangan nasional pun seharusnya sudah dilakukan mulai dari hulu sampai ke hilir. "Itulah ketahanan pangan, dari mulai menanam benih sampai menyuap," imbuhnya.

Sabtu, 23 Juli 2011

BUDIDAYA ASHITABA : Tanaman obat dari Jepang penangkal kanker











Ashitaba tanaman obat asal Jepang untuk penangkal kanker


Tanaman obat ashitaba (Angelica keiskei) sangat populer di negara asalnya, Jepang. Tanaman berdaun mirip seledri ini dipercaya memiliki kandungan antiaging, antiinflamasi, dan pencegah kanker. Getah pohon ini bermanfaat untuk terapi penyakit kanker.

Walaupun memiliki manfaat berjibun, di Indonesia tanaman ashitaba masih belum sepopuler di Jepang. Karena itulah sebagian besar produksi tanaman ini diekspor ke luar negeri.

Salah satu petani yang membudidayakan tanaman ashitaba adalah Nizar Zulmi di Sembalun, Lombok Timur. Dengan luas lahan mencapai 1 hektare (Ha), Nizar dalam sebulan mengaku mampu menghasilkan 100 kilogram (kg) daun ashitaba kering.

Selain dijual dalam bentuk daun kering, ashitaba juga dijual dalam bentuk bubuk. "Biasanya yang meminta bentuk bubuk adalah pasar luar negeri. Dengan dimensi lebih kecil, biaya angkut lebih murah," kata Nizar.

Daun ashitaba kering dijual dengan harga Rp 150.000 per kg, sedangkan dalam bentuk bubuk harganya Rp 160.000 per kg. Daun kering seberat 1 kg dihasilkan dari daun basah 15 kg.

Tak hanya daun, getah tanaman ashitaba juga memiliki nilai ekonomis tinggi. "Harganya mencapai Rp 600.000 per liter," katanya. dalam sebulan, Nizar mampu mengumpulkan empat liter getah dengan omzet mencapai Rp 17,4 juta per bulan.

Daun kering, bubuk, dan getah tanaman ashitaba dijual Nizar ke pengepul di Bali. Oleh pengepul di Bali, produk tanaman obat itu selanjutnya diekspor ke Jepang, Korea Selatan, dan Malaysia. "Hampir semua produk ashitaba di Bali berasal dari Lombok," tandas Nizar.

Sayangnya, pasca gempa dan tsunami yang melanda Jepang, membuat produknya yang berbau Jepang ikut terimbas. Walhasil, ekspor langsung ke Malaysia dihentikan karena kekhawatiran terkena imbas radiasi nuklir.

Selain Nizar, Ruslan Abdul Gani juga membudidayakan ashitaba. Lelaki yang juga asal Lombok Timur ini memiliki lahan mencapai 1 ha.

Dari lahan itu, Ruslan mampu mengumpulkan getah sebanyak 5 liter. Dari getah tersebut, dia mendapat penghasilan Rp 3,5 juta per bulan, sebab harga jualnya mencapai Rp 700.000. "Itu sudah termasuk ongkos kirim," kata Ruslan yang telah menjadi petani ashitaba sejak sembilan tahun lalu.

Selain pendapatan dari getah tanaman, Ruslan juga mampu memproduksi 50 kg daun ashitaba kering dalam sebulan. Daun ashitaba kering dijual seharga
Rp 300.000 per kg termasuk ongkos kirim.

Dengan harga jual tersebut, dia mendapat omzet per bulan mencapai Rp 15 juta. Produk-produk ashitaba lebih banyak dijual ke Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). "Saya jual ke pengepul di Mataram. Oleh mereka kemudian akan dijual lagi" ujarnya.

Karena belum banyak dikenal masyarakat Indonesia, sampai saat ini baik Nizar maupun Ruslan masih mengandalkan penjualan melalui pengepul. Sama seperti pengepul di Bali, pengepul di Mataram juga mengekspor daun dan getah ashitaba ini. "Penjualan asithaba memang masih tergantung pada pasar ekspor" ujar Nizar.

Ashitaba sudah bisa panen ketika pohon berumur satu tahun

Perawatan pohon ashitaba tidak boleh menggunakan zat kimia. Untuk menanggulangi serangan hama, pembudi daya pun menggunakan cara manual, yakni dengan cara membuangnya. Satu hal yang menguntungkan, mereka bisa memanen ashitaba mulai umur satu tahun.

Ashitaba berarti daun hari esok. Tanaman yang memiliki nama latin Angelica keiskei ini tumbuh baik di ketinggian 200 kaki dari permukaan air laut. Seorang pembudi daya ashitaba di Lombok Timur, Ruslan Abdul Gani mengaku penanaman ashitaba tidak memerlukan perlakuan khusus.

Menurut pria yang akrab disapa Ulin ini, penanam ashitaba hanya cukup memberinya air dan pupuk supaya tanaman tumbuh besar. "Pupuk yang diberikan adalah pupuk organik, seperti pupuk kandang, sehingga sangat murah," terangnya.

Ia juga mengingatkan, dalam pemeliharaan selanjutnya, ashitaba juga tak membutuhkan pestisida. Maklum, negara yang menjadi tujuan ekspor tanaman ini adalah Jepang dan Korea Selatan. "Mereka menolak tanaman yang menggunakan pestisida," jelas Nizar, seorang pembudi daya ashitaba lainnya di Lombok Timur.

Pria yang kini menanam sekitar 1.000 pohon ashitaba di lahan seluas hampir satu hektare ini hanya mengandalkan pupuk organik berbahan tumbuhan, seperti jerami dan kayu. Berdasarkan pengalamannya, pupuk kompos kurang baik bagi tanaman ini karena terlalu panas.

Hama yang menyerang ashitaba biasanya adalah hama penggerek yang menyerang akar tanaman. Karena menghindari pestisida, Nizar pun mengupah orang untuk mencangkul tanah agar gembur dan membunuh penggerek.

Bila ada pohon yang terserang hama, tak ada pilihan lain, selain membuangnya. Lahan bekas tanaman itu dicangkul kembali dan didiamkan selama dua minggu.

Untunglah, selama ini serangan penggerek belum menjadi wabah. "Dalam satu hektare, yang terkena penggerek mungkin hanya 50 pohon," kata Nizar.

Daun-daun ashitaba mulai bisa dipetik ketika pohon berumur satu tahun. Saat itu, para petani bisa memanen, baik dari daun dan menyadap getahnya.

Nah, ketika pohon berumur lima tahun, lanjut Nizar, justru daunnya makin sedikit. Sebaliknya, getah yang dihasilkan akan bertambah banyak. Pada umur empat tahun, pohon ini sudah mencapai tinggi satu meter dan pada umur 15 tahun, tinggi pohon mencapai dua meter.

Meski begitu, Nizar tak memiliki pohon yang umurnya lebih dari lima tahun. Pasalnya, banyak pembeli yang menginginkan pohon dengan banyak daun. "Kalaupun ada yang ingin ashitaba lebih dari lima tahun, biasanya untuk tanaman bibit," ujarnya.

Prospek budi daya pohon ashitaba memang cerah. Ulin melihat, belum banyak orang yang menanam pohon yang punya banyak khasiat bagi kesehatan ini. "Penanaman baru di sekitar Lombok dan daerah di Nusa Tenggara Barat," ujarnya.

Ia mengingat, saat pertama kali menanam ashitaba tahun 1994 lalu, orang yang membudidayakan pohon ini masih bisa dihitung dengan jari. Namun, sekarang, hampir semua tetangganya menanam ashitaba. "Saya berharap, makin banyak orang menanam ashitaba di lahan-lahan atau pekarangannya," katanya.

Tapi, harapan ini agaknya sulit terwujud. Pasalnya, kata Nizar, pembudi daya yang menjual bibit ashitaba masih sangat jarang. "Mereka takut pasarnya terganggu," ujarnya. (KONTAN)

Peluang Usaha Pertanian : Meneguk laba dari minuman sari wortel

Pola hidup sehat adalah sebuah kebutuhan. Nah, agar hidup kita tetap sehat, tentu banyak caranya. Yang sudah kita kenal adalah berolah raga teratur dan mengudap makanan bergizi. Tetapi, olah raga dan asupan makanan saja belum cukup. Minuman yang sehat dan penuh vitamin juga perlu untuk menyempurnakan kebutuhan gizi di badan kita.

Itulah sebabnya banyak produsen makanan dan minuman berlomba-lomba membuat minuman nikmat namun tetap kaya gizi dan vitamin. Salah satunya adalah Guntoro Joko Santoso.

Pria asal Kediri, Jawa Timur, ini mempunyai produk minuman bernama Mr Carrot. Menilik namanya, kita bisa menduga, minuman ini berbahan baku wortel (Daucus carota).

Menurut Guntoro, selain dijual di gerai Mr Carrot, minuman wortel itu juga dikemas dalam bentuk bubuk instan yang dijual di beberapa apotek atau melalui sistem kemitraan. Walaupun baru berdiri tahun ini, Mr Carrot sudah mendapatkan dua mitra di Madiun dan Surabaya. Guntoro sendiri memasarkan produknya ini di pusat perbelanjaan Ramayana di Kediri dan di Paragon, Semarang.

Guntoro mengungkapkan, dia membuat Mr Carrot itu karena minuman berbahan baku sayuran belum banyak dijajakan. "Saya melihat minuman dari wortel itu belum ada," kata Guntoro.

Karena berbahan baku wortel, dia mengklaim bahwa Mr Carrot mengandung banyak vitamin A. "Survei kami menyebutkan, minuman wortel dikonsumsi oleh mereka yang sadar kesehatan, seperti dokter," klaim Guntoro.

Untuk memproduksi Mr Carrot dalam bentuk instan, Guntoro bekerja sama dengan pabrik jamu. Karena itu, dia mengemas bubuk instan Mr Carrot sesuai dengan standar industri jamu.

Guntoro menjual Mr Carrot di rentang harga Rp 3.500 hingga Rp 5.000 per gelas. Mr Carrot sendiri mempunyai tiga varian, yakni wortel polos, wortel campur jeruk, dan wortel dengan tambahan jeli.

Untuk investasi kemitraan, Guntoro menawarkan investasi terendah sebesar Rp 7,5 juta. Dengan investasi sebesar ini, mitra akan mendapatkan booth, seragam, banner, pemanas, blender, bahan baku, dan perlengkapan kerja plus biaya pelatihan karyawan.

Selain itu, Guntoro menyediakan paket investasi Rp 40 juta. Dengan paket ini, mitra mendapat lima booth, pemanas, seragam, banner, blender, bahan baku serta perlengkapan kerja. Investasi sebesar itu sudah termasuk biaya pelatihan bagi para calon karyawan. Agar mitra lebih tertarik, Guntoro membebaskan mitra dari kewajiban membayar royalty fee.

Guntoro bilang, setiap booth bisa menjual 40 gelas sehari. Jika harga segelasnya hanya Rp 5.000, dalam sebulan omzet booth minuman ini bisa mencapai paling tidak Rp 6 juta.

Ketua Dewan Pengarah Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia, Amir Karamoy, menilai positif kemitraan minuman berbahan sayuran ini. Ia bilang, minuman berbahan sayuran boleh dikatakan belum ada. "Kalau minuman yang menggunakan bahan baku buah sudah banyak, namun dari wortel belum ada," kata dia.

Namun demikian Amir mengingatkan, karena usaha ini pionir, ia meminta calon mitra harus hati-hati melihat segmen pasar. "Lihat dahulu pasarnya bagaimana, apakah ada peminat atau tidak? Walau investasinya murah tetap sayang kalau usaha kita merugi," ujar Amir.(KONTAN)

Berita Pertanian : Puluhan Hektar Tanaman di Tanah Karo Terancam Mati

Berastagi. Kemarau panjang yang berlangsung pada musim ini tak hanya meresahkan kalangan petani di dataran rendah yang khawatir akan mengalami gagal panen, namun juga meresahkan para petani di dataran tinggi seperti Tanah Karo, Simalungun, dan Dairi. Pasalnya, akibat kemarau panjang ini, puluhan hektar tanaman muda di Tanah Karo terancam mati.

Kalangan petani yang ditemui di Tanah Karo, Kamis (21/7) menyatakan, jika musim kemarau ini terus berlangsung panjang, mereka mengkhawatirkan pertumbuhan tanaman mereka akan terganggu. Bahkan, puluhan hektar tanaman muda yang baru mereka tanam dikhawatirkan akan mati atau tumbuh dalam keadaan tidak besar (kerdil). Apalagi jika pupuk yang digunakan tidak tepat.

Hal itu seperti diungkapkan Ninok, petani kol bunga di Jalan Samura Kabanjahe dan Andera Pelawi petani jeruk di Desa Aji Jahe, Kecamatan Tiga Panah. Hal yang sama juga disebutkan Peraturan Gurusinga, petani kol dan cabai di Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi dan Tomas Tarigan, petani tomat dan kentang di Kecamatan Simpang Empat.

Karenanya, menurut para petani ini, agar tanaman bisa tumbuh dengan baik meski di saat musim kemarau, petani harus pandai dan bijak dalam memilih pupuk yang akan digunakan untuk tanaman, baik pupuk tabur maupun cair.

Seperti yang dilakukan Ninok pada tanaman kol bunga miliknya di Jalan Samura Kabanjahe, meski musim kemarau namun kol bunga miliknya tetap tumbuh segar dan buahnya besar-besar.

"Kita melihat saat ini banyak tanaman muda seperti kol, kol bunga, kentang, tomat, cabai, sawi, daun sop, daun pere dan sejumlah tanaman lainnya mengalami stress, di mana pertumbuhannya terganggu akibat kekurangan air. Namun tanaman kita tetap bisa tumbuh subur dan stabil serta buahnya terus membesar, ini karena pupuk yang kita gunakan tepat sehingga dapat membantu pertumbuhan tanaman meski air kurang," kata Ninok.

Saat ditanya pupuk apa yang digunakannya agar pertumbuhan tanaman tetap bisa stabil di saat musim kemarau ini, Ninok menyatakan bahwa ia saat ini memilih menggunakan pupuk tabur Bintang Tani dan pupuk cair Aura Multi yang di pasarkan oleh Bintang Anugerah, karena terbukti lebih mampu meningkatkan kesuburan tanaman meskipun di saat musim kemarau.

Ninok juga membandingkan tanamannya dengan tanaman milik saudaranya yang lokasinya tidak begitu jauh dan menggunakan pupuk yang lain. Memang terlihat, tanaman milik Ninok jauh lebih segar dan stabil pertumbuhannya ketimbang tanaman milik saudaranya.

Disebutkan Ninok, tak hanya untuk tanaman kol bunga, untuk tanaman jenis lainnya seperti kentang, cabai dan lainnya ia juga tetap menggunakan kedua jenis pupuk itu dan hasilnya memang mampu meningkatkan hasil panennya.

Dari hasil penelusuran MedanBisnis di beberapa kecamatan seperti Simpang Empat, Naman Teran, Payung, Kabanjahe, Berastagi, Tagi Panah dan Merek, terlihat sejumlah tanaman muda termasuk tanaman jeruk tumbuh dalam keadaan layu dan kecil-kecil akibat musim kemarau, sehingga diperkirakan memasuki bulan Ramadhan 1432 H kedepan, harga sayur-mayur dan buah-buahan akan mengalami lonjakan harga karena hasil produksi sayur-mayur dari Tanah Karo mengalami penurunan.

Berita Pertanian : Sumbar Perluas Kebun Jagung Menjadi 629.618 Hektare

Padang. Pemerintah Propinsi Sumatera Barat (Sumbar) menargetkan program perluasan areal kebun jagung di daerah ini dalam periode 2011-2015 dapat merealisasikan penambahan lahan menjadi 629.618 hektare.
Pada 2011 melalui program perluasan areal kebun ditargetkan luas kebun jagung Sumbar dapat bertambah menjadi 488.978 hektar, kata Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno dalam dokumen rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) tahun ke-II (2011-2015) di Padang, Jumat (22/7).

Untuk pelaksanaan perluasan areal kebun jagung pada 2011 dibutuhkan anggaran mencapai Rp1,6 miliar dengan penanggungjawab kegiatan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Sumbar.

Selanjutnya, perluasan di 2012 ditargerkan kebun jagung Sumbar bertambah menjadi 524,138 hektare dengan kebutuhan dana pelaksanannya sebesar Rp1,712 miliar. Lalu di 2013 luas kebun jagung Sumbar ditargetkan bertambah menjadi 559.298 hektare dengan anggaran Rp1,831 miliar.

Berikutnya, melalui perluasan areal di 2014 ditargetkan kebun jagung Sumbar bertambah menjadi 594.458 hektare dengan dana perluasan mencapai Rp1,959 miliar. Selanjutnya, pada akhir periode RPJMD tahun ke-II 2015, melalui perluasan areal ditargetkan kebun jagung Sumbar dapat ditingkatkan lagi menjadi 629.618 hektar dengan dana pelaksanaannya Rp2,09 miliar.

Pada bagian lain, Pemprop Sumbar dalam pelaksanaan RPJMD 2011-2015 juga menargetkan peningkatan produktifitas hasil panen jagung daerah ini. Untuk tahun pertama pelaksanaan PJMD 2011-2015 atau di 2011 ditargetkan produktifitas jagung Sumbar mencapai 60,03 kwintal/hektare/tahun meningkat dari tahun sebelumnya yang tercapai 51,11 kwintal/hektar/tahun. (ant)

"Bank Pohon" Gerakan Penghijauan Berbasis Masyarakat










Kupang
. Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melaksanakan program "Bank Pohon" untuk mengkampanyekan perlindungan dan pelestarian lingkungan sebagai gerakan penghijauan berbasis masyarakat.

"Program "Bank Pohon" baru ada di NTT, khusus di BLHD yang dilakukan secara periodik sejak tahun 2009 hingga saat ini. Kegiatan ini dilakukan dengan harapan dapat tersedianya permintaan bibit atau anakan pohon dari masyarakat secara bertahap," kata Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Propinsi Nusa Tenggara Timur, Alexander Oematan saat ditemui, di Kupang,Jumat.

Ia mengungkapkan kegiatan itu dapat dimanfaatkan masyarakat untuk memulihkan lingkungan di sekitar tempat tinggal.

"Bibit dan anakan pohon tersebut diberikan secara cuma-cuma kepada masyarakat tanpa biaya apapun. Karena kalau masyarakat disuruh untuk membeli pasti tidak ada yang mau," tegasnya.

Untuk memperolehnya, kata dia masyarakat atau kelompok masyarakat dapat mengambilnya langsung dilokasi "Bank Pohon" di Kantor BLHD NTT.

Ia mengatakan program bank pohon pada tahun 2009 memperoleh anggaran sebanyak Rp.100 juta lebih dari APBD Propinsi NTT. Dan tahun 2011 memperoleh dana sebanyak Rp.90 juta lebih

"Kendati dana terbatas,namun dapat mendukung tersedianya kebutuhan permintaan anakan dan bibit pohon secara bertahap dalam rangka penghijauan dan penanaman pada lahan kritis di NTT,"kata Aleks.

Dikatakannya,dana itu untuk pengadaan bibit,media (plastik),tanah dan pupuk.

"Pada umur tiga sampai empat bulan anakan atau bibit tersebut sudah bisa disalurkan kepada masyarakat," ujarnya.

Bank pohon BLHD NTT menurut Alex Oematan merupakan wadah perhimpunan masyarakat yang memiliki kepedulian lingkungan.

"Pemerintah berpartisipasi dalam menyediakan dan mengembangkan bibit unggul bagi kebutuhan masyarkat yang berupaya melestarikan lingkungan,"jelasnya.

Selama ini,kata dia banyak masyarakat,organisasi masyarakat dan pihak swasta berpartisipasi untuk mendukung kegiatan tersebut.

"Pemerintah Pusat mencanangkan Bank Pohon untuk pemenuhan emisi 26 persen sampai tahun 2020. Dan Pemerintah Daerah diberi tugas untuk memotivasi masyarakat menanam pohon," kata Alex Oematan.

Ia menyebutkan di Bank Pohon tersedia berbagai jenis tanaman seperti mahoni, cendana, nangka, mangga, angsana dan nimba.

"Juga tanaman mahkota dewa yang paling diminati oleh masyarakat," sebutnya.

Menurut Aleks Oematan dengan adanya Bank Pohon yang permanen dalam waktu panjang dapat membangun kebun rakyat dan hutan buatan di NTT yang berkualitas serta produktivitasnya yang jauh lebih tinggi.Karena terbentuk dari bibit yang teruji dan berkualitas.

"Selain itu pemanasan global dan polusi udara dapat diantisipasi melalui lingkungan yang hijau, asri, dan lestari," ujarnya.(ant)

Tips Ampuh : Batasi Konsumsi Harian 4 Makanan Ini











TERNYATA
tidak semua makanan yang dianggap sehat baik dikonsumsi setiap hari. Bila terlalu banyak, malah bisa membahayakan atau justru merugikan, khususnya bagi Anda yang tengan menjaga berat badan. Bukannya menurunkan malah bisa menambah berat badan. Jadi, makanan apa saja yang sebaiknya konsumsinya dihindari setiap hari?
1. Segelas susu

Susu memang menyehatkan dan melengkapi kebutuhan nutrisi, tapi bila diminum setiap hari malah bisa merugikan. Jika Anda terbiasa minum segelas susu sebelum tidur, saat sarapan, atau bahkan sebagai camilan di malam hari, coba hindari minum susu selama sebulan. Niscaya Anda akan melihat suatu perbedaan, yakni tidak lagi sering lesu, berat badan menurun, dan kulit lebih bersih. Coba saja.

2. Makanan manis setelah makan

Banyak yang terbiasa mengunyah sesuatu yang manis sehabis makan. Padahal kebiasaan itu benar-benar tidak diperlukan karena hanya menambah gula saja di dalam tubuh. Ubah kebiasaan dengan memakan makanan penutup yang manis hanya di saat-saat tertentu seperti saat pesta atau akhir pekan saja.
3. Karbohidrat untuk camilan malam

Seberapa sering Anda merasa lapar di waktu antara makan siang dan makan malam? Makanan ringan di malam hari bisa menghambat usaha diet. Oleh karena itu, lebih baik ganti camilan berkarbohidrat dengan makanan yang mengandung protein dan lemak sehat seperti kacang-kacangan sehingga Anda tetap tak akan kelaparan menunggu waktu makan malam.
4. Kentang

Baru-baru ini, sebuah penelitian yang digelar oleh Harvard menemukan bahwa kentang adalah makanan yang dipastikan menambah berat badan secara signifikan. Jika Anda membuat makanan olahan kentang, coba seimbangkan dengan banyak sayuran.

Kamis, 21 Juli 2011

Pemasaran Jamu Terbentur Masalah Uji Klinis

Pemasaran jamu Indonesia di tingkat internasional mengalami kesulitan lantaran masalah uji klinis terhadap formula jamu. Akibatnya, jamu belum mampu menjadi ikon Indonesia di mata internasional.

Hingga 2011 ini, dari sekitar 7.000 jenis tanaman obat di Indonesia, baru delapan jenis saja yang sudah diformula dan mendapatkan uji klinis. Padahal, pada tahun ini, pemerintah sudah menargetkan 66 jenis tanaman obat siap diekspor.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Hasanudin Ibrahim mengatakan bahwa masalah uji klinis memang menjadi kendala. Menurutnya, uji klinis adalah sesuatu yang mahal dan tidak boleh dilakukan sembarang orang seperti para petani, melainkan pihak tertentu seperti investor dan industri pengolahan.

"Ini tantangan pemerintah untuk membantu melakukan riset kepada petani agar formula jamu benar-benar sesuai aturan. Warisan leluhur dahulu bisa menjadi dasar risetnya," ungkap Hasanudin di sela-sela membuka acara Festival Jamu 2011 di Pagelaran Kraton Yogyakarta, Rabu (20/7).

Penelitian mengenai jamu kurang optimal lantaran terbatasnya dana. Oleh karena itu, pengembangan jamu Indonesia masih sebatas pembinaan petani di Indonesia untuk memproduksi tanaman obat sesuai potensi wilayahnya.

Sementara itu, permintaan jamu di pasar domestik dan luar negeri mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ekspor tanaman obat, baik bahan baku maupun barang olahan meningkat sebanyak 13,5 ribu ton dengan nilai 18,8 juta dolar AS pada tahun 2010, lebih tinggi dibanding tahun 2009 yang sebanyak 13,09 ribu ton dengan nilai 11,8 juta dolar AS.

Hasanudin melanjutkan jamu layak menjadi ikon Indonesia. Jamu adalah warisan budaya bangsa yang sudah banyak diolah untuk berbagai keperluan, seperti kosmestika, kesehatan, atau permen. "Ketersediaan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam di Indonesia juga melimpah," tambahnya.

Untuk meningkatkan pemasaran jamu ini, selain meningkatkan penelitian ,perlu adanya kerja sama yang baik di antara petani, industri, serta pemerintah. Selain itu, petani perlu diberi insentif agar semakin giat dalam memproduksi tanaman obat ini.

Sistem Jaminan Mutu Pangan Harus Diterapkan

Medan. Dalam menghadapi tantangan pasar global dan desakan konsumen, tuntutan mengenai jaminan mutu hasil komoditas pertanian, baik oleh pelaku agribisnis, konsumen langsung maupun pasar ekspor, menjadi semakin kuat. Ini juga telah menjadi persyaratan pasar yang tidak dapat ditawar lagi.

"Permintaan terhadap komoditas tanaman pangan dan olahannya terutama untuk kebutuhan konsumsi terus meningkat dari tahun ke tahun. Agar mampu bersaing di pasar global, mutu tanaman pangan maupun olahan harus ditingkatkan," kata Kepala Bidang Bina Usaha Tani Dinas Pertanian Sumut, Ratna Gultom, Selasa (19/7).

Dari data yang didapat, setiap tahun perkembangan produksi tanaman pangan dan hortikukltura di Sumut semakin meningkat. "Produksi padi berdasarkan angka tahun dasar 2010 mencapai 3.582.431 ton, atau naik 1,55% dibanding tahun 2009 yang hanya mencapai 3.527.899 ton.

Sedangkan jagung untuk tahun 2010 mencapai 1.377.718 ton, atau naik 18,1% dari tahun 2009 yang hanya mencapai 1.166.548 ton," ujarnya.

Ditambahkannya, sasaran kegiatan penerapan sistem jaminan mutu keamanan pangan komoditi tanaman pangan ini yakni, petani atau kelompok tani, koperasi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan pelaku agribisnis. Sedangkan potensi untuk pengembangan komoditas hortikultura masih dapat dikembangkan mengingat potensi lahan luasnya mencapai 1.094.157 ha.

Selain itu terdapat beberapa komoditas holtikultura yang telah diekspor keluar negeri seperti kentang, tomat, wortel, bawang daun, dan lainnya. Untuk buah sendiri ada seperti alpokat, jeruk, manggis, dan lainnya.

Sedangkan daerah potensi tanaman pangan dan hortikultura di Sumut yang nantinya dilakukan adalah, ada di daerah dataran tinggi dan rendah atau lazim disebut pantai timur dan pantai barat.

Untuk pantai timur di antaranya, Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Asahan, Binjai, Medan, Tebing Tinggi. Sedangkan pantai barat meliputi Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Nias, Nias Selatan, dan Padang Sidempuan.

Untuk daerah dataran tinggi atau sepanjang Bukit Barisan dan diperkirakan luasnya mencapai 26,7% dari total luas Provinsi Sumut diantaranya, Karo, Tapanuli Utara, Simalungun, Dairi, Humbang Hasundutan, dan Toba Samosir.

Petani Semakin Banyak Menjual Lahan

Jakarta. Ketua Bidang Kajian Strategis dan Advokasi Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia, Yeka Hendra Fatika, mengatakan, pendapatan petani yang rendah membuat laju konversi lahan pertanian meningkat. Berdasarkan penelitian, rata-rata pendapatan petani paling besar hanya Rp 750.000 per bulan. Sedangkan bagi petani gurem (memiliki lahan kurang dari 0,5 hektare) pendapatannya hanya Rp 250.000 per bulan. Pendapatan tersebut, kata dia, dinilai sangat rendah dan membuat sektor pertanian tak lagi menarik.

"Saya pernah bertemu 100 petani. Saya tanya apakah mereka mau melepaskan lahannya kalau ada yang menawar harga tinggi. Semua menjawab mau melepasnya. Ini menunjukkan petani dalam posisi tidak menguntungkan," kata Yeka dalam sebuah diskusi "Ancaman Perberasan Nasional" di Gedung DPR, Jakarta, Selasa, 19 Juli 2011.

Dia menjelaskan bahwa dari aspek produksi, ketersediaan beras nasional salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan lahan dan sumber daya manusia. Dalam kurun waktu 20 tahun, kata dia, Indonesia telah kehilangan lahan sawah sekitar 2,5 juta hektare tanpa ada penggantian yang setara. "Tiap tahunnya, ada 110.000 hektare lahan sawah yang dikonversi menjadi industri lain," katanya.

Sebanyak 58,7% lahan sawah di Pulau Jawa telah beralih menjadi perumahan, sedangkan sebanyak 48,68% lahan sawah di luar Pulau Jawa telah beralih menjadi pertanian lainnya, seperti perkebunan. Menurut dia, semakin tingginya nilai tanah, menjadi salah satu motif para petani untuk menjual lahan pertaniannya kepada pihak lain.

"Selama ini belum ada kebijakan komprehensif terkait rencana tata ruang wilayah dan belum adanya insentif bagi petani dalam mempertahankan ketersediaan lahan sawahnya," jelas Yeka. Implikasi adanya konversi lahan sawah merupakan ancaman permanen terhadap produksi padi.

Anggota Komisi Pertanian DPR, Viva Yoga Mauladi, menilai pemerintah tidak serius mengatasi masalah pertanian. Padahal, Indonesia memiliki tanah yang subur dan sumber daya alam yang melimpah. "Laju konversi ini lebih tinggi dibanding upaya pemerintah meningkatkan produktivitas padi. Akibatnya, kita terus mengimpor beras," ungkap politikus dari fraksi Partai Amanat Nasional itu dalam kesempatan yang sama.

Oleh karena itu, kata dia, perlu ada political will dari pemerintah untuk mewujudkan kemandirian pangan. DPR akan mengusulkan penambahan anggaran bagi Kementerian Pertanian untuk tahun depan. Pada 2010, anggaran Kementerian Pertanian sebesar Rp 8 triliun dan meningkat pada 2011 menjadi Rp 16,8 triliun, kemudian pada 2012 diusulkan menjadi Rp 17,1 triliun.

"Kalau terus-terusan kita impor, Kementerian Pertanian sudah tidak mampu lagi meningkatkan produksi. Kita krisis pangan. Beda dengan Singapura yang memang impor karena tidak memiliki sumber daya alam," tegasnya.

Berita Pertanian : Benahi Tata Niaga Buah Dalam Negeri

Jakarta. Kementerian Pertanian meminta kepada Kementerian Perdagangan untuk melakukan pembenahan tata niaga buah di dalam negeri guna meningkatkan daya saing buah lokal. Menteri Pertanian Suswono, di Jakarta, mengatakan, salah satu faktor buah lokal kalah bersaing dengan buah impor di pasar dalam negeri karena mata rantai yang panjang.

"Untuk itu perlu dibenahi tata niaga buah lokal. Potong mata rantai niaganya," katanya dalam acara Jalan dan Sepeda Santai dalam rangka program kampanye Gemari Buah Lokal, di Parkir Timur Senayan, Jakarta.

Dalam acara yang digelar Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA-IPB) tersebut, hadir pula Menteri BUMN Mustafa Abubakar, Mantan Menteri Pertanian Anton Apriyantono dan Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri.

Suswono menyatakan, dari segi kualitas sebenarnya buah lokal tidak kalah dengan buah impor, apalagi produk yang didatangkan dari luar umumnya sudah berbulan-bulan disimpan setelah masa panen.

Sedangkan buah lokal, tambahnya, umumnya masih segar dan baru dipanen, sehingga kualitasnya bisa dijamin lebih bermutu.

Mentan mengakui, upaya membenahi tata niaga pasar buah dalam negeri berada di tangan Kementerian Perdagangan, namun demikian pihaknya tetal melakukan berbagai upaya untuk membantu pemasaran buah yang diproduksi petani.

Salah satu upaya yang dilakukan Kementerian Pertanian yakni dengan mengembangkan pasar-pasar tani diberbagai daerah, ucapnya.

Melalui pasar tani ini, menurut dia maka petani selaku produsen bisa langsung memasarkan produknya kepada masyarakat, sehingga mampu memotong mata rantai distribusi yang panjang.
"Dengan memotong mata rantai ini maka harga buah lokal bisa lebih murah," ujarnya.

Menyinggung impor buah nasional, tanpa menyebut angka pasti Suswono mengakui cukup besar.
Sementera itu, Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi menyatakan impor buah nasional hanya 3,5 persen dibandingkan produksi dalam negeri pada 2010.

Pada tahun lalu, menurut dia, produksi buah nasional 19,03 juta ton sedangkan impor hanya 667 ribu ton, sementara ekspor buah Indonesia 276 ribu ton.

Sementara itu, Ketua HA-IPB M. Said Didu mengatakan, program kampanye Gemari Buah Indonesia yang akan dilaksanakan sepanjang 2011-2012, selain akan meminta pemerintah memperbaiki tata niaga dan infrastruktur produksi dan perdagangan buah juga akan mendorong penerapan SNI buah Indonesia dan penerapan standar kualitas bagi buah impor. (ant)

Berita Pertanian : Permintaan Biofuel Picu Kenaikan Harga Jagung

Washington. Dukungan pemerintah AS untuk etanol telah menyebabkan peningkatan produksi jagung, dan kenaikan tajam dalam impor kedelai. Sebuah laporan yang dirilis oleh ekonom Purdue University for the Farm Foundation menyatakan, permintaan untuk biofuel di AS mendorong harga makanan tinggi tahun ini. Menurut prediksi, harga pangan tidak mungkin kembali turun untuk dua tahun lagi.

Kenaikan dalam impor kedelai China juga menempatkan tekanan pada harga dan pasokan, kata laporan itu.

Sejak tahun 2005, semakin banyak petani AS beralih ke jagung dan kedelai dari tanaman lainnya. Petani di negara-negara lain juga telah beralih ke jagung, namun permintaan terus berkembang.

"Pada tahun 2005, kami menggunakan sekitar 16 juta hektare untuk memasok semua etanol di Amerika Serikat dan impor kedelai China," kata Wallace Tyner, salah satu penulis.

Departemen Pertanian AS melaporkan awal bulan ini bahwa penyuling etanol AS untuk pertama kalinya membutuhkan jagung lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk peternakan.

Butuh 27% dari tanaman jagung tahun lalu untuk memenuhi permintaan untuk etanol jagung. Pusat Pengembangan Pertanian dan Pedesaan di Iowa State University telah memperkirakan bahwa 40% dari tanaman jagung AS kini digunakan untuk membuat ethanol.

Disisi lain China, yang telah membangun cadangan kedelai sejak harga pangan global meningkat pada 2008, merupakan negara yang paling diuntungkan.

Namun laporan tersebut berfokus kuat pada mandat pemerintah AS untuk produksi etanol dan US$ 6 miliar dalam subsidi tahunan untuk kilang etanol. Para penulis memperingatkan ada saja tidak cukup tersedia lahan pertanian untuk beralih ke jagung dan kedelai.

Senin, 18 Juli 2011

Berita Pertanian : Harga Gula Beranjak Naik











SURABAYA.
Petani tebu rakyat di Jawa Timur (Jatim) mampu bernapas lega seiring merangkak naiknya harga gula internasional. Pekan kemarin, fluktuasi harga gula internasional mempengaruhi hasil harga tender 11.900 ton gula milik petani di lingkungan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI. Mencapai Rp 8.325 per (kilogram) hingga Rp 8.501,50 per kg.

Jika dibandingkan dengan lelang pada Juni 2011, maka hasil lelang pada Rabu menunjukan kenaikan. Pada awal juni, harga tender gula petani hanya Rp7.125 - Rp7.200 per kg. Yang tersu membaik dengan hasil pada minggu ke-4 Juni 2011, di posisi Rp8.050-Rp. 8.215.

"Kenaikan harga tampaknya dipicu pula oleh lonjakan harga dunia dalam beberapa hari belakangan yang cenderung liar," kata Adig Suwandi, Sekretaris PTPN XI kemarin.

Menurutnya, sebagian eskalasi harga dipicu mulai berkurangnya stok dari hasil giling 2010. Pada penutupan Bursa Berjangka London Tabu, Rabu, 13 Juli, gula untuk pengapalan Agustus 2011 diperdagangkan pada level USD876,30 per ton FOB (harga di negara asal, belum termasuk biaya pengapalan dan premium). Sedangkan harga untuk pengapalan Agustus dan Oktober 2011, masing-masing sebesar USD790,30 dan USD750,10.

Tender gula petani di lingkungan PTPN XI yang di gelar pada Rabu, 13 Juli, dihadiri 33 dari 36 perusahaan yang diundang. Harga yang terbentuk untuk 2.850 ton binaan pabrik gula (PG) wilayah Madiun Rp8.410 kg; 4.360 ton untuk wilayah Timur sebesar Rp8.325 per kg; 2.950 ton dari PG Semboro berhasil mencapai Rp8.501,50; dan 1.740 ton dari Djatiroto tercatat 8.325 per kg.

"Harga gula Semboro yang lebih tinggi dinilai wajar menginat proses produksinya telah mengalami perubahan dari sulfitasi ke remelt karbonatasi sehingga sudah setara semi-rafinasi, jelas Adig.

Dia berharap pembentukan harga terbaru ini mampu memotivasi petani tebu untuk terus meningkatkan produktivitas melalui best practices dan ekspansi areal.

Selain itu, petani tebu dan PG terus meminta agar pemerintah semakin pro aktif dalam upaya memposisikan peruntukan gula rafinasi di masyarakat.

Jangan sampai terjadi lagi lagi gula rafinasi yang seharusnya hanya untuk keperluan bahan baku industri pangan (makanan dan minuman) masuk ke pasar eceran dengan memperlakukannya sebagai gula eceran sehingga menjadi kompititor tidak sehat.

Berita Pertanian : Petani yang Masuki Panen Pilih Simpan Padi












BANYUMAS.
Petani di Banyumas, Jawa Tengah (Jateng) yang memasuki musim panen memilih untuk menyimpan hasil panenan ketimbang menjualnya ke pasar, meski harga melambung.

Mereka khawatir kalau hasil panenan dijual, justru tidak akan dapat membeli beras yang melambung hingga Rp7.500 per kilogram (kg) untuk jenis IR 64.

Salah seorang petani di Desa Sokawera, Kecamatan Patikraja, Banyumas, Suranto, 41, mengungkapkan ia memeroleh hasil panen sebanyak 2 kuintal dari lahan seluas 210 meter persegi (m2).

"Saya tidak akan menjual hasil panenan ini, meski harga gabah kering panen (GKP) mencapai Rp3.600 per kg. Lebih baik saya menyimpannya saja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi beras di pasaran harganya telah mencapai Rp7.500 per kg," kata Suranto, Senin (18/7).

Berita Pertanian : Pemulihan Pertanian di Lereng Merapi Butuh Tiga Tahun

KLATEN. Pemulihkan sektor pertanian di lereng Gunung Merapi wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pascaerupsi pada tahun lalu memerlukan waktu sedikitnya tiga tahun.

"Lahan pertanian di kawasan lereng Gunung Merapi setelah erupsi 2010 kondisinya masih memprihatinkan, karena upaya penghijauan yang dilakukan selama ini belum sepenuhnya berhasil dan cenderung gagal karena tidak ada keberlanjutan dalam perawatan," kata Pelaksana Tugas Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten Wachju Adhy Pratomo di Klaten. Senin (18/7).

Ia menjelaskan, lamanya upaya merehabilitasi sekaligus merekonstruksi lahan pertanian itu disebabkan faktor kondisi lahan yang masih tertutup abu vulkanik Merapi setebal kira-kira 40 sentimeter (cm).

Menurut dia, selama ini memang banyak donatur yang mengupayakan kehidupan tanaman di Merapi melalui penanaman berbagai jenis pohon. Jumlahnya mencapai ratusan ribu batang. "Tetapi coba lihat hasilnya, sebagian besar bibit pohon tersebut mati karena dalam penanaman tidak memperhatikan kondisi tanah yang masih tertutup abu vulkanik," ujarnya. (ant)

Peneliti : Biofungisida Lebih Aman Basmi Hama Dibanding Fungisida

Padang. Peneliti Fakultas Pertanian Universitas Andalas (Unand) Padang, Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Jamsari, Sp. Mp mengatakan penggunaan pestisida yang berasal dari bakteri (biofungisida) lebih aman dibandingkan pestisida kimia (fungisida) dalam menghambat pertumbuhan jamur patogen(perusak) pada cabai.

"Penggunaan pestisida yang berasal dari mikroorganisme menguntungkan seperti bakteri atau dalam bahasa ilmiah biofungisida lebih unggul dibanding penggunaan pestisida kimia dalam membunuh jamur atau cendawan yang bersifat merusak pada salah satu penyakit cabai yaitu busuk buah," katanya, di Padang, Senin.

Ia menjelaskan, penyakit busuk buah (Anthraknosa) dapat menyerang saat cabai mulai berbuah atau menjelang merah yang disebabkan oleh jamur perusak seperti species Coletotricum capsici, Colletotrichum gleosporides dan Colletotricum gleosporides.

Ia mengatakan, biasanya para petani mewaspadai dan mencegah pertumbuhan jamur tersebut dengan menyemprotkan pestisida kimia dalam bentuk cair, bubuk dan gas ke tumbuhan.

Penyemprotan yang dilakukan secara langsung terhadap tanaman, kata lulusan doktor dari Christian Albrechts Universitas zu Kiel Jerman, dapat berbahaya terhadap lingkungan dan bagi manusia yang mengkonsumsi buah tersebut.

Pestisida kimia yang diseprotkan, menurutnya, merupakan racun pembunuh jamur atau cendawan, apabila terhirup atau terkonsumsi oleh manusia bisa menyebabkan gangguan kesehatan dan pencemaran lingkungan.

Sehubungan dengan itu, kata Jamsari, jurusan Budidaya Pertanian, telah tengah melakukan penelitian dan telah menemukan isolat bakteri menguntungkan yang mampu membunuh dan menghambat pertumbuhan jamur pada buah cabai.

"Hingga kini telah ditemukan 125 isolat bakteri yang teruji secara laboratorium dapat menghambat pertumbuhan jamur pembusuk tersebut," katanya.

Keseluruh bakteri tersebut, katanya,akan diaplikasikan dalam bentuk produk biofungisida seperti yang telah ada yang telah beredar Trichoderma.

Ia menyebutkan, produk Trichoderma yang telah beredar di lapangan, awalnya dikembangkan dengan menumbuhkan bakteri `Trichoderma sp.`

Namun, kata Jamsari yang saat ini menjabat sebagai kepala Laboratorium Bioteknologi dan Pemulihan Tanaman Fakultas Pertanian Unand, Trichoderma pada buah cabai belum efektif digunakan.

"Penelitian akan terus dilakukan untuk menemukan biofungisida yang efektif sehingga mampu dimanfaatkan oleh petani untuk membasmi hama jamur perusak tanaman cabai," katanya.

Padi Tahan Wereng Sukses Dicoba di Klaten

Klaten. Gubenur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, mengatakan bahwa percobaan padi varietas unggalan jenis Inpari 13 terbukti berhasil menghadapi serangan hama wereng batang coklat yang menyerang wilayah Kabupaten Klaten selama beberapa waktu terakhir ini.

"Uji coba padi varietas tahan wereng ini terbukti sukses, hasilnya akan dapat dinikmati petani dalam waktu dekat," ujarnya usai meninjau padi varietas Inpari 13 di Desa Polan, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah, Minggu.

Menurut dia, padi yang ditanam serempak pada 18 Mei 2011 lalu itu, sudah dapat dipanen dalam beberapa minggu ke depan.

Ia menuturkan, meski belum dipanen, uji coba padi tahan wereng ini dapat dipastikan berhasil mengingat kondisi tanaman serta ekosistem di sekitarnya yang cukup baik.

"Kita lulus ujian, ini kerja keras semua. Dalam waktu dekat, padi ini akan disebar ke seluruh wilayah Jawa Tengah," kata gubernur.

Ia mengungkapkan, selain varietas padi unggulan, terdapat beberapa hal yang menjadi kunci sukses dalam menghadapi hama wereng tersebut.

Para petani, menurut, tetap harus diingatkan akan proses penanaman serempak, memperbaiki pola tanam serta selalu memelihara sistem irigasi.

"Pola tanam serempak terbukti cukup efektif. Petani yang menanam padi sendiri-sendiri akan berisiko meresak semua tanaman," katanya.

Meski demikian, ia tetap meminta para petani terus mengawal padi varietas unggulan ini hingga nanti waktu panen.

"Jangan sampai, karena merasa menggunakan varietas unggulan, lalu tidak diawasi petumbuhannya," katanya.

Menurut dia, kawalan serta pengawasan tersebut tidak hanya terhadap ancaman wereng batang coklat, namun juga jenis hama yang lain.(ant)

Kawasan Hutan Dapat Memperkuat Ketahanan Pangan Kalbar













Pontianak
. Luasnya kawasan hutan di Provinsi Kalimantan Barat bisa memperkuat ketahanan pangan di provinsi itu kata, Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, Prof Dr Abdurrani Muin, MS.

"Untuk pencapaian ketahanan pangan dari hutan diperlukan perumusan kebijakan, evaluasi dan pengendaliannya melalui pemanfaatan potensi sumber daya hutan bagi kesejahteraan masyarakat, khususnya di dalam dan sekitar kawasan hutan," kata Abdurrani Muin, di Pontianak, Senin.

Ia menjelaskan, tujuan dan sasaran pencapaian ketahanan pangan dari sektor kehutanan yakni memberikan informasi dan faktualisasi tentang kebijakan strategi serta implementasi kegiatan pembangunan kehutanan melalui penyuluhan berbasis pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan.

Langkah itu dilakukan guna mendukung terciptanya pengelolaan sumber daya hutan yang lestari dan ketahanan pangan nasional, melalui identifikasi potensi dan permasalahan strategi sektor kehutanan terkait ketahanan pangan nasional, pengembangan strategi kontribusi sektor kehutanan terhadap ketahanan pangan nasional yang komprehensif dan menyamakan persepsi para pihak yang peduli dalam mendukung ketahanan pangan nasional.

Menurut Abdurrani Muin, dengan kondisi saat ini, yaitu tingkat konsumsi masih di bawah kecukupan energi minimal (2.200 kilo kalori/hari dan protein sebesar 57 gram/hari per kapita. Di mana kondisi tersebut belum memenuhi kaidah gizi, baik dari segi kualitas maupun keragamannya serta akses masyarakat dalam memperoleh sumber pangan masih terbatas akibat kemiskinan maka harus ada upaya pengembangan strategi kontribusi sektor kehutanan terhadap ketahanan pangan.

Ia menggambarkan, realita dan persepsi tentang pangan dari hutan bahwa masyarakat sudah melakukannya secara tradisional sejak lama dan turun temurun.

Pola pemanfaatan beragam, mulai dari memanen langsung jenis-jenis komoditas hutan hingga mengusahakan lahan hutan untuk memproduksi pangan.

Ia mengingatkan sejak dahulu fungsi hutan begitu penting sebagai penyangga sistem kehidupan di mana peran hutan sebagai pengatur tata air, pengatur iklim mikro dan penyerap karbon serta sumber plasma nutfah baik flora maupun fauna.(ant)

Sabtu, 16 Juli 2011

10 Manfaat Lidah Buaya










Aloe vera
atau lebih dikenal dengan sebutan lidah buaya adalah tanaman tropis sukulen yang memiliki bentuk seperti daun berdaging. Daun ini memiliki banyak manfaat, baik sebagai obat maupun untuk kosmetik.

Lidah buaya merupakan tanaman yang cukup unik karena mengandung berbagai senyawa biologis aktif, seperti mannans asetat, polymannans, antrakuinon, dan berbagai lektin. Lidah buaya juga mengandung sekitar 75 jenis zat yang telah dikenal bermanfaat dan lebih dari 200 senyawa lain yang membuatnya layak digunakan dalam pengobatan herbal.

Zat-zat tersebut termasuk enzim yang membantu pencernaan dan mengurangi peradangan, semua jenis vitamin terkecuali vitamin D, mineral yang diperlukan untuk fungsi enzim, gula rantai panjang untuk menyeimbangkan kembali sistem pencernaan; saponin yang berfungsi sebagai anti-mikroba, dan 20 dari 22 jenis asam amino.

Berikut ini adalah sejumlah manfaat yang dapat Anda peroleh dari lidah buaya :

1. Detoksifikasi. Jus lidah buaya adalah peluruh racun alami, tetapi juga mengandung beragam vitamin dan mineral yang membantu tubuh kita mengatasi stres dalam kehidupan sehari-hari.

2. Gangguan pencernaan. Lidah buaya berguna terutama pada kasus panas perut serta iritasi usus dan tukak lambung. Lidah buaya diketahui dapat menenangkan esofagus dan mengatasi refluks asam.

3. Kesehatan mulut. Lidah buaya sangat bermanfaat untuk masalah mulut dan gusi, terutama dalam memperbaiki gusi yang memburuk.

4. Perawatan kulit. Fungsinya juga menghilangkan jerawat, melembabkan kulit, detoksifikasi kulit, penghapusan bekas luka dan tanda, mengurangi peradangan, serta perbaikan dan peremajaan kulit.

5. Diabetes. Setengah sendok jus lidah buaya yang diberikan selama 14 minggu terbukti mengurangi kadar gula darah sebesar 45 persen.

6. Membantu gerakan usus. Aloe lateks mengandung antrakuinon glycosidesaloin A dan B yang bermanfaat sebagai obat pencahar yang kuat.

7. Menjaga berat badan. Jus lidah buaya telah digunakan selama bertahun-tahun untuk menurunkan berat badan.

8. Kekebalan. Lidah buaya merupakan antioksidan yang penuh kontra radikal bebas untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

9. Luka bakar. Gel lidah buaya dapat menyembuhkan dan memperbaiki kulit yang terkena luka bakar, termasuk luka bakar akibat paparan sinar matahari.

10. Ketombe. Lidah buaya dapat membantu mengurangi gatal dan ketombe. Lidah buaya juga bisa digunakan untuk perawatan rambut sebelum keramas.

Cetak Sawah bukan Solusi Peningkatan Produksi Beras

JAKARTA. Penambahan luas sawah baru dari 100 ribu hektare (ha) menjadi 200 ribu hektare tidak menjadi solusi peningkatan produksi beras.

Peningkatan produksi melalui penambahan cetak sawah baru tidak akan pernah berhasil selama tidak ada perlindungan lahan pertanian petani.

"Pemerintah melalui Kementerian Pertanian memang harus melakukan pembenahan untuk peningkatan produksi. Namun, bukan melalui cetak sawah baru. Itu hanya kebijakan orde baru yang bersifat pragmatis," ujar pengamat agraria Gunawan Wiradi di Jakarta, Sabtu (16/7).

Permasalahan utama pertanian, lanjut Gunawan, adalah kepemilikan lahan pertanian yang sebagian besar dikuasai oleh perusahaan besar. Akibatnya, terus terjadi konversi lahan pertanian menjadi perumahan, dan pembangunan lainnya.

"Selama pemerintah tidak mampu mengendalikan laju konversi tersebut, usaha peningkatan produksi pertanian melalui cetak sawah baru akan sia-sia," tandasnya.

Berita Pertanian : Jelang Ramadan, Harga Daging Sapi Melonjak

BEKASI. Harga eceran daging sapi di sejumlah pasar tradisional di Kota Bekasi, Jawa Barat, menjelang Ramadan mengalami kenaikan jadi Rp60 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp48 ribu hingga Rp50 ribu.

Seorang pedagang daging sapi di Pasar Baru Bekasi Timur, Nanang, 40, Sabtu (16/7) mengatakan, kenaikan itu terjadi secara berkala sejak dua pekan lalu dan diprediksi akan terus melonjak hingga perayaan Idul Fitri mendatang.

"Harga jual dasar daging sapi kotor (daging dan tulang) dari penyalur, awalnya Rp48 ribu hingga Rp50 ribu per kilogram, kini menjadi Rp52 ribu per kilogram," katanya.

Sementara daging bersih, kata dia, harga dasarnya berada di kisaran Rp60 ribu per kilogram. Oleh pedagang eceran di pasar tradisional, daging murni dijual antara Rp70 ribu hingga Rp75 ribu per kilogram.

"Mendekati lebaran nanti, harga jualnya bisa Rp80 ribu per kilogram. Hal ini sesuai dengan situasi yang sama tahun sebelumnya" katanya.

Menurut Nanang, tingginya kenaikan harga daging karena permainan tengkulak atau penyalur relatif meningkat untuk menutupi kebutuhan masyarakat menjelang bulan puasa.

"Kalau peternak tidak mungkin menaikkan harga, karena mereka tidak tahu harga, yang bermain ini adalah kalangan penyalur," katanya. (ant)

Kamis, 14 Juli 2011

Peluang Usaha Pertanian : Kerajinan bernilai tinggi dari sabut kelapa







Hampir seluruh bagian pohon kelapa memiliki bisa dipergunakan. Tak terkecuali sabut kelapa. Bahan yang satu ini memang sering terabaikan, padahal potensi ekonomis sabut kelapa cukup tinggi untuk diolah menjadi berbagai barang kerajinan bernilai seni tinggi.

Selama ini sabut kelapa sering dipakai sebagai media untuk mencuci piring atau peralatan masak. Banyak orang kurang menyadari, sejatinya, sabut kelapa ini menyimpan banyak pesona.

Di tangan orang yang memiliki tingkat kreativitas yang tinggi, sabut kelapa bisa disulap menjadi berbagai barang kerajinan. Bahkan, kulit buah kelapa ini bisa menjadi salah satu media lukisan yang memiliki nilai seni tinggi.

Mansur Mashuri, pemilik Rumah Sabut Jogja, mulai mengolah sabut kelapa sejak tahun 2008. Ia terjun pada usaha ini karena tergoda melihat potensi ekonomi yang terkandung dalam sabut kelapa. Alhasil, "Memanfaatkan sabut kelapa menjadi barang yang berguna adalah pekerjaan menantang," ucapnya.

Mansur memang sangat tertantang untuk mengeksplorasi manfaat ekonomis sabut kelapa. Pasalnya, di daerah tempat tinggalnya, pasokan sabut kelapa sangat berlimpah.

Salah satu produk hasil produksinya kini adalah cocomesh, sebuah media yang berfungsi untuk memperbaiki kelembaban tanah di area yang tingkat kelembapannya turun akibat aktivitas tertentu.

Bentuk cocomesh ini menyerupai jaring. Selain mengembalikan kelembabapan tanah, cocomesh juga berfungsi untuk mencegah erosi dan membantu penguatan tanah di lereng bukit. Tak heran, jika permintaan banyak datang dari perusahaan pertambangan.

Hanya, Mansur enggan menjelaskan lebih detail tentang produk cocomesh yang dijualnya dengan harga Rp 9.000 per m². "Pasar cocomesh ini masih sangat terbatas, dan belum banyak orang yang mengetahui produk ini," ujarnya.

Namun, Mansur menegaskan, produk andalan yang terbuat dari sabut kelapa adalah kasur dan matras. Ia mengklaim produk ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan kasur yang terbuat dari busa atau kapuk. "Kasur ini memiliki tekstur yang lebih lentur dan tidak cepat kempes serta memiliki sirkulasi udara yang baik," ungkapnya.

Untuk membuat kasur ini, selain sabut kelapa, Mansur juga menggunakan bahan lateks, sejenis karet yang memiliki permukaan lembut. Harga jual kasur dan matras ini Rp 3 juta tiap m³. "Kami dapat membuat sesuai dengan permintaan pelanggan," katanya.

Biasanya, Mansur mendapatkan pesanan kasur berukuran panjang x lebar x tinggi masing-masing 2 m x 1,2 m x 1 m. Ia mengaku, permintaan untuk kasur ini belum terlalu banyak atau rata-rata tiga hingga lima kasur per bulan.

Meski begitu, pesanan itu ada yang datang dari Australia dan Singapura. "Mereka ternyata menyukai kasur berbahan sabut kelapa ini," ujarnya.

Selain menjual kasur berbahan sabut kelapa, Mansur juga menyuplai bahan sabut kelapa kepada para perajin patung dan keramik. Menurutnya, pemakaian sabut kelapa dalam pembuatan patung dan keramik dapat memperkuat bentuk patung dan keramik itu. Proses pengeringan pun bisa berlangsung lebih cepat.

Dalam sebulan, Mansur mampu menjual 10.000 lembar sabut kelapa dengan harga jual sekitar Rp 4.000 tiap lembar. Rumah Sabut Jogja pun bisa meraup omzet hingga Rp 50 juta per bulan. "Tapi pendapatan ini sifatnya fluktuatif, tergantung dari minat pasar yang berubah-ubah," ujarnya.

Salah satu perajin sabut kelapa yang mengolahnya menjadi patung adalah Ery Murdiyanto. Pemilik JongJava's Art di Klaten ini mulai menekuni usaha kerajinan patung dari sabut kelapa ini sejak dua tahun silam. "Sabut kelapa memiliki karakteristik yang unik sehingga berbeda dengan bahan baku lain," tutur Ery.

Seperti Mansur, Ery mulai terinsipirasi menggunakan sabut kelapa sebagai bahan baku kerajinan setelah melihat tumpukan batok kelapa di sekitar tempat tinggalnya.

Awalnya, Ery fokus mengembangkan hasil kerajinan sabut kelapa berbentuk patung kepala hewan, seperti monyet, elang, dan ular. Tapi, setahun belakangan dia menambah variasi bahan baku kerajinan tersebut dengan bahan lain untuk membuat postur tubuh patung hewan tersebut. "Kami mengkombinasikannya dengan bambu," ujar Ery.

Ia menjual patung tersebut berkisar Rp 30.000 hingga Rp 80.000. Ery menjelaskan, harga jual patung tergantung dari bentuk dan tingkat kerumitannya.

Sementara itu, dalam urusan penjualan, selain di galeri yang berada di Klaten, Ery juga mengirimkan pesanan kepada para pelanggan yang berasal dari Bali dan Yogyakarta. Dalam sebulan, Ery menjual sampai 300 patung. Alhasil, duit yang mengalir ke kantongnya bisa bisa mencapai Rp 24 juta.

Untuk membuat kerajinan sabut kelapa, terlebih dulu Ery memilih buah kelapa yang sudah tampak tua dan kuning. "Buah kelapa yang digunakan adalah yang sabutnya tebal dan buahnya tipis," ujar Ery.

Buah kelapa tersebut lalu dipecah dan dikeringkan di bawah sinar matahari selama tiga hari hingga empat hari. Selanjutnya. Ery akan mengandalkan keahliannya memainkan pisau ukir untuk membuat kerajinan itu.

Sementara itu, pemain lain yang menggunakan sabut kelapa untuk memberi nilai tambah pada produk kerajinannya adalah Nandang M. Pengelola studio lukisan Egy Art Gallery di Bandung ini memang menjual lukisan dengan bahan dasar sabut kelapa. "Berbeda dengan lukisan pada umumnya lukisan dengan media sabut kelapa ini memiliki nilai seni yang lebih tinggi dibandingkan dengan lukisan pada umumnya," ucapnya.

Meski baru tahun lalu ia menemukan lukisan sabut kelapa ini, pemasaran kerajinan ini sudah mencapai mancanegara. "Saya mengirimkan ke Singapura dan Malaysia," ujarnya.

Nandang pun meraih sukses dengan usaha ini hingga memiliki omzet Rp 100 juta per bulan. "Saya beruntung mendapat dukungan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung,” ujarnya.

Kini, ketiga perajin sabut kelapa ini sedang berusaha memperkuat pemasaran. Mereka yakin, dengan pamasaran yang baik, produk kerajinan sabut kelapa ini akan menuai banyak peminat. Kalau sudah begitu, permintaan pun akan mengalir dengan cepat.(KONTAN)