Rabu, 23 Maret 2011

Berita Pertanian : Harga Karet Turun Drastis



PALEMBANG
. Memasuki periode kedua Maret 2011, harga lelang karet mengalami penurunan signifikan. Versi KUD Serasan Jaya, pada periode pertama (tanggal 1-15) Maret, harga karet setengah bulan tipis dengan kadar karet kering 60 persen menyentuh level Rp23.300 per kg. Sementara untuk umur pengolahan 1 bulan giling (70 persen) Rp26.729 per kg dan tipis Rp25.135 per kg. Selisih harga tersebut tidak jauh berbeda dengan 5 KUD lain yang tersebar di beberapa kabupaten di Sumsel.

Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Disbun Sumsel, Ir Hj Minarsih mengatakan, pada periode kedua, harga tersebut melorot tajam. Pada 15-31 Maret, harga karet setengah bulan tipis melorot menjadi Rp14.160 per kg. Pemicunya, karena pembeli (importir, red) dari negara luar memiliki banyak stok. ”Mereka mengeluarkan stok untuk memenuhi kebutuhan di beberapa negara dan cukup, sehingga permintaan ekspor turun,” ungkapnya, kepada koran ini, kemarin.

Kata Minarsih, sesuai hukum permintaan, jika demand ekspor karet berkurang sedangkan suplai dan stok karet di pasar domestik banyak, maka harga karet akan turun. ”Walaupun saat ini harga minyak dunia sedang naik, namun harga karet tetap turun karena persediaan stok para importir cukup,” tandasnya. Sebelumnya, terang dia, para importir banyak membeli karet domestik sehingga harga karet pun naik signifikan sejak November 2010.

Pada periode pertama Oktober 2010, harga lelang bahan olah karet (bokar) di petani mencapai Rp20.156 per kg untuk 1 bulan giling dan Rp16.305 per kg untuk setengah bulan tipis. Harga tersebut terus mengalami kenaikan, bahkan sangat fantastis dan tidak wajar. ”Mulai dari November 2010 hingga 1 Februari kemarin sempat menyentuh level tertinggi Rp29.775 per kg untuk 1 bulan giling dan setengah bulan tipis Rp26 ribu. Bahkan periode kedua Februari setengah bulan tipis tembus Rp27.025,” paparmya.

Minarsih mengungkapkan, ada tiga negara produsen karet terbesar yakni Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Pada Oktober 2010, Thailand dilanda banjir dan musim penghujan, sehingga produksi karetnya menurun. ”Permintaan karet Thailand banyak beralih ke Indonesia. Makanya permintaan tinggi, stok menipis dan membuat harga karet melambung tinggi. Sebenarnya harga itu tidak wajar, makanya pasti kembali normal,” ungkapnya.

Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Palembang, Awi Aman mengungkapkan, seminggu terakhir harga karet memang mengalami penurunan. Pada 14 Maret lalu, harga FOB Palembang (100 persen karet kering) US$4,38 per kg, lalu turun menjadi US$3,78 pada 15 Maret. Harga kembali naik pada 16 Maret menjadi US$3,98 dan US$4,83 per kg pada 18 Maret.

”Harga turun atau naik dipengaruhi suplai dan demand. Tapi kami yakin ke depan harga karet bisa tembus US$5 atau tertinggi sepanjang sejarah,” tukasnya. Saat ini karet domestik diekspor ke beberapa negara, yakni India, Cina, Jepang, Eropa, dan Timur Tengah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar