Senin, 28 Maret 2011

Berita Pertanian : Pedagang Lebih Pilih Jual Buah Impor

Jakarta. Peredaran buah-buahan impor kian menjamur di pasar dalam negeri karena para distributor dan pedagang eceren lebih tertarik menjualnya.

Selain berharga murah, suplai buah impor sangat berlimpah sehingga tak sulit untuk memasarkannya.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Sayur dan Buah Indonesia Hasan Johnny Widjaja, Minggu (27/3)

"Hancur, hancur kita, lihat buah-buah kita dikuasai semua oleh barang luar. Barang kita terlalu mahal, sehingga pedagang sampai konsumen lebih senang buah impor," katanya.

Hasan menambahkan saat ini ada fenomena menarik, yaitu para pedagang sudah mengemas penjualan buah impor dengan menggunakan kendaraan pick-up (mobil bak terbuka), tersebar banyak di pinggir-pinggir jalan.

Bukan hanya itu, peredaran buah impor kini sudah menyebar ke banyak pelosok di Indonesia, mulai dari Sumatera, Jawa dan wilayah lainnya.

"Sekarang ini sudah bukan hanya fenomena kota, di Sumatera juga banyak, tapi masih mending tak separah di Jawa.

Misalnya saya ke Jawa Tengah, dari Semarang hingga Banjarnegara, sampai-sampai di Ciwidey (Bandung) saja sudah banyak buah impor," katanya.

Ia mengestimasi saat ini perederan buah impor seperti jeruk, apel, pear, anggur, duren monthong sudah menguasai pasar lebih dari 80%, di pasar moderen maupun tradisional. Distribusi buah-buah ini sangat sistematis oleh para importir maupun pemasok. Sehingga suplainya tak pernah kurang.

"Mengapa pedagang senang jual buah impor? Pedagang itu yang penting bagi mereka melihatnya barang murah, lebih menarik, berkesinambungan suplai-nya," katanya.

Masalah yang dihadapi oleh buah lokal saat ini, lanjut Hasan, selain suplai yang tak menentu, juga tampilan yang tak menarik.

Suplai yang tak menentu ini membuat harga buah lokal sering fluktuatif bahkan cenderung harganya tinggi.

"Kasihan petani kita, jika ini dibiarkan menjadi kecelakaan bangsa," katanya.

Ia mengatakan, membanjirnya buah impor bukan lah fenomena baru. Masalah ini sudah berlangsung lama dan semakin membesar setelah adanya perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA).

Selama ini ia melihat belum ada langkah nyata dari pemerintah untuk mengatasi membanjirnya buah impor di pasar dalam negeri. "Saya melihatnya semakin bingung dan takut," katanya.

Seperti diketahui ACFTA telah ditandatangani pada November 2002, dalam jadwal penurunan tarif tahap pertama yaitu early harvest programme (EHP), dilakukan penurunan atau penghapusan bea masuk impor untuk produk-produk pertanian (termasuk diantaranya buah-buahan), kelautan perikanan, makanan dan minuman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar