Rabu, 23 Maret 2011

Peluang Usaha Pertanian : Telus Asin Aneka Rasa

Nur Hidayat, salah satu perajin menunjukkan telur asin aneka rasa yang sudah dikemas dan siap dipasarkan hingga ke luar Jawa.

Beda dengan kebanyakan rasa telur asin pada umumnya, rasa telur asin aneka rasa ini tergantung dengan racikan bahan tambahannya. “Kalau udang, ya gurihnya rasa udang,” ucap Nur Hidayat (40), salah satu perajin telur asin aneka rasa, di Desa Kebonsari RT 5/W 1 Kecamatan Candi, Selasa (15/3).

Selain rasa udang, para perajin ini juga menyediakan produk telur asin dengan pilihan rasa ikan tengiri dan ikan salmon. Sama halnya dengan telur asin biasa, bahan baku telur asin aneka rasa ini berasal dari telur bebek. “Bedanya ya cara pengolahan dan tambahan bahan bakunya,” jelas Sulaiman (51), perajin lainnya, yang juga warga Kebonsari.

Yang membuat beda, telur asin aneka rasa ini rasa asinnya lebih menggigit jika dibandingkan dengan telur asin biasa. Keunggulan lainnya, produk ini tahan lebih lama. Jika kondisi normal, telur asin aneka rasa mampu bertahan hingga sebulan.

“Kalau telur asin biasa, ya paling lama 10 hari. Lebih dari itu tidak layak dikonsumsi,” sambung M Khoiron (44), perajin lainnya yang juga warga Kebonsari.

Tidak hanya rasanya, tampilan telur asin aneka rasa ini beda dengan telur asin biasa. Rata-rata tampilan luarnya berwarna coklat agak hitam. Seperti buah sawo yang sudah matang. Maklum selain dimatangkan dengan mesin oven, proses pembuatan telur asin aneka rasa ini juga dengan cara pengasapan dan penggorengan.

Lazimnya cara membuat telur asin, bahan baku telur bebek dipilah-pilah, terutama ukurannya agar produk tampak seragam. Telur bebek yang sudah disortir lalu dibersihkan. “Telur lalu dimasukkan dalam rendaman batu bata merah yang sudah dicampur dengan garam. Lama merendam bisa sampai 12 hari,” ujar Nur Hidayat.

Nah, proses selanjutnya inilah yang menghasilkan telur asin aneka rasa. Untuk membuat telur asin rasa udang, bahan baku telur bebek tadi dimasukkan ke dalam mesin oven, sekitar 3 jam. Dari proses inilah, muncul aroma rasa udang.

“Kalau rasa udang tidak perlu tambah bahan lain, kan telur ini dihasilkan dari bebek yang setiap harinya kami beri makan dengan campuran udang-udang kecil,” tambahnya.

Namun untuk membuat telur asin rasa kepiting, bahan campuran kepiting ditambahkan saat telur asin diproses dengan cara telur tersebut digoreng. Sedangkan telur asin biasa, prosesnya telur asin yang sudah direndam dengan garam, dimatangkan dengan cara dikukus dan diasapi. “Inilah yang membedakan produk kami dengan produk sejenis milik perajin lain,“ beber Sulaiman.

Tidak hanya di Sidoarjo dan sejumlah kota di Jawa Timur, gurih telur asin aneka rasa ini aromanya sudah menyebar hingga Jakarta, Bali, Kalimantan dan Sumatera. Rata-rata setiap perajin mengaku memproduksi telur asin aneka rasa ini sebanyak 600-700 butir/sehari.

“Kalau saya per hari membuat 650 butir telur asin dengan berbagai rasa,” cetus Sulaiman yang mengawali bisnis ini dengan menjadi peternak bebek pada 1997 silam. Dengan produksi sebanyak ini, omzet para perajin telur asin bisa mencapai kisaran Rp 36 juta per bulan.

Bapak dua anak ini bercerita, mayoritas perajin telur asin dulunya juga peternak bebek. Sebagian peternak itu kini juga nyambi menjadi perajin telur asin setelah hasil panen telur bebek melimpah ruah hingga memicu harga telur bebek anjlok. “Karena itu sejak tujuh tahun silam banyak yang meluaskan usahanya membuat telur asin,” urainya.

Menurut Nur Hidayat, karena beda rasa dan kualitas inilah, harga telur asin aneka rasa juga beda dengan telur asin biasa. Per butir telur asin aneka rasa ini, harganya dipatok Rp 2.500. Sedangkan telur asin biasa harganya antara Rp 1.600-Rp 1.800 per butir.

“Namun biasanya kami menjual dengan kemasan berisi 4 butir, sehingga harganya menjadi Rp 10.000,” ucap Nur, panggilan karib Nur Hidayat, yang membuka depot dengan menu utama serba bebek, seperti bebek goreng atau bebek rames.

Saat ini, ada sekitar 15 perajin yang menggeluti usaha pembuatan telur asin yang juga diantaranya memproduksi telur asin aneka rasa. Belasan warga ini tinggal di Desa Kebonsari, Kecamatan Candi. Sedangkan peternak itik, jumlahnya mencapai 37 orang. “Makanya selain dikenal sebagai kampung bebek, Kebonsari juga disebut kampung telur asin,” katanya.

Nur menjelaskan, produk telur asin aneka rasa ini dipasarkan ke luar Jawa melalui beberapa warga yang khusus menjadi agen pemasaran. Tetapi tidak menutup kemungkinan, produk telur asin aneka rasa ini langsung dikulak para pedagang besar dengan cara datang langsung ke Desa Kebonsari. “Biasanya mereka orang Jakarta, yang juga kulakan produk lain ke Surabaya,” pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar