Jumat, 22 Februari 2013

Biaya Produksi Petani Karo 50% untuk Pestisida


Medan. Hingga kini, masih banyak petani yang menggunakan pestisida dalam jumlah mengkhawatirkan guna memacu produksi tinggi khususnya di Kabupaten Karo. Hal tersebut bisa dilihat dari porsi biaya produksi untuk pestisida mencapai 50%.
“Karena itu, peran penyuluh pertanian sangat diharapkan memberikan penyadaran tentang bahaya penggunaan pestisida secara berlerbihan,” kata Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (FP USU), Prof Maryani Cyccu Tobing dalam seminar nasional Peranan Pers dalam Pembangunan Pertanian Berwawasan Lingkungan dalam Mendukung Ketahanan Pangan Berkelanjutan yang diselenggarakan di Aula Soeratman FP USU, Kamis (21/2) di Medan.

Dikatakannya, ketergantungan petani di Karo sebagai sentra produksi hortikultura Sumatera Utara (Sumut) terhadap pestisida sangat besar. Dalam pengendalian hama dan penyakit pada tanaman sayuran, petani menghabiskan 50% biaya produksi hanya untuk pestisida.

Bahkan dalam penggunaannya, dosisnya melebihi dari yang direkomendasikan. Dari masa penanaman hingga panen, petani bisa memberikan pestisida sebanyak 16 kali. Banyaknya dosis yang digunakan bisa ditemukan di buah-buah yang saat ini dijual di pasar ataupun di supermarket di Medan.

“Produk yang dipasarkan itu masih ‘berbedak’. Mungkin banyak yang tak tahu kalau itu adalah fungisida, bayangkan kalau itu dikonsumsi masyarakat," ujarnya.

Selain itu, kata Cyccu tak jarang petani melakukan pencampuran 3 jenis pestisida sekaligus padahal jika dilihat dari sisi fungsinya memiliki kesamaan. Dengan banyaknya penggunaan pestisida, yang paling dirugikan adalah petani. Sementara yang mendapatkan keuntungan paling besar, adalah perusahaan pembuat pestisida.

"Petani juga seringkali salah, hamanya di atas, yang disemprot di bawah. Bahkan ada juga yang walaupun tidak tahu ada penyakit atau tidak, tetap saja diberi pestisida," katanya.
Ia menjelaskan, ada kesalahan pemahaman di tingkat petani yang menganggap bahwa produk yang baik adalah yang cantik, mulus dan tanpa cacat. Padahal, produk yang demikian menunjukkan adanya penggunaan pestisida.

Pihaknya pernah melakukan penelitian terhadap 500 orang petani cabai di Karo berkaitan penggunaan pestisida. Dalam temuannya, penggunaan pestisida untuk cabai mencapai 100%. Sementara, untuk tomat 98%, kentang 89% dicampur dengan bahan lain.

Menurutnya, situasi tersebut cukup mengkhawatirkan karena sangat berpengaruh terhadap masa depan pertanian hortikultura di Kabupaten Karo, yang selama ini dikenal sebagai sentra produksi hortikultura yang sangat penting di Indonesia, khususnya di Sumut.

Untuk mengajak petani agar tidak terus menggunakan pestisida, harus ada peran aktif dari penyuluh dalam memberikan pengetahuan dan berbagi pemahaman dengan petani tentang dampak penggunaan pestisida. Pasalnya, penyuluh memiliki fungsi yang langsung bersentuhan dengan petani di lapangan untuk memberikan pendampingan kepada petani.

Senin, 18 Februari 2013

Tips Ampuh : Tapak Dara Obati Leukemia

JAKARTA - Daun dan bunga tapak dara (Catharanthus roseus) bisa menjadi obat leukemia. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Arif Yoga Pratama, Ari Purnomo, dan Amallia Nugrahaeni, meneliti teh dari daun dan bunga tapak dara yang mengandung alkaloid vinblastine, vincristine, leurosine, catharanthine, dan lochnerine yang berkhasiat antikanker.

”Tanaman ini murah dan mudah diperoleh. Kandungan kimia utama yang berkhasiat antikanker adalah senyawa alkaloid vincristine dan vinblastine,” kata Arif sebagaimana dikutip situs UNY, Jumat (11/1).

Vincristine digunakan sebagai bahan obat kanker bronkial, tumor ganas pada ginjal, kanker payudara, leukemia, dan berbagai jenis tumor ganas yang awalnya menyerang saraf dan otot. Tanaman ini juga mengandung alkaloid catharanthine yang diduga melarutkan inti sel kanker

Sabtu, 16 Februari 2013

Mengubah Pekarangan Jadi Lahan Pertanian

Medan. Daripada hanya menanam tanaman hias, lebih baik menanam tanaman yang bernilai ekonomis di pekarangan rumah. Seperti menanam sayuran ataupun buah-buahan.
Hal itu dikatakan Ketua Gabungan Kelompok Tani Johor, Juliana Astuti kepada MedanBisnis saat disambangi di lokasi pengembangan pertanian perkotaan atau yang disebut urban farming, di Jalan Eka Rasmi, Gang Eka Rosa, Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor, Jumat (15/2).

Tak tanggung-tanggung, lahan yang dikelolanya bersama dengan 5 kelompok tani lainnya, yakni Kelompok Melati, Kelompok Tani Anggrek, Kelompok Tani Pedasur, Kelompok Tani Serasi dan Kelompok Tani Suka Mandiri dan menjadi binaan dari Serikat Petani Indonesia (SPI) Wilayah Sumatera Utara dan Sintesa luasnya mencapai 10 hektare.

Lahan yang dikelola juga merupakan lahan sewa maupun pinjam pakai dari pemilik tanah yang senang hati tanahnya dikelola sebagai lahan pertanian. Menurut Juliana, tanaman hias memang sedap dipandang mata namun hanya berfungsi untuk memuaskan hati saja.

Jika tanaman hias digantikan dengan tanaman sayuran ataupun tanaman buah, bukan saja lingkungan yang menjadi asri tapi juga bisa menghasilkan manfaat ekonomis. Misalnya sayur yang dihasilkanya bisa dijual ke masyarakat lainnya.

Dikatakannya, lahan pekarangan tersebut yang sebelumnya banyak ditumbuhi ilalang, berubah menjadi hamparan tanaman sayuran mulai dari bayam, kangkung, kacang panjang, sawi, cabai, terung, buncis, pak choy, selada, sampai ubi kayu (ubi roti).

Dikelola dengan konsep ramah lingkungan yakni secara organik. "Apalagi produk organik tetap memiliki pasar yang luas, dan untuk kebutuhan sayuran, di daerah Medan Johor sudah bisa dicukupi dari sini," katanya

Genetika Berpotensi Memakmurkan Bangsa

Bogor. Guru Besar Fakultas Institut Pertanian Bogor Prof Hadi S Alikodra mengemukakan bahwa potensi nilai-nilai genetika di Indonesia berpeluang besar bagi upaya mencapai kemakmuran bangsa.
"Karena itu, salah satu potensi penting yang perlu segera mendapatkan perhatian adalah potensi genetika," katanya melalui Kantor Humas IPB di Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/2).

Dalam acara diskusi bulanan bertema "Keanekaragaman Hayati Bagi Ketahanan Nasional Bangsa Indonesia" dalam rangka Ulang Tahun Emas 50 tahun Fakultas Kehutanan IPB, ia menjelaskan dalam amanatnya ia sampai pada kesimpulan bahwa bangsa ini mempunyai potensi kuat menjadi bangsa besar dan kokoh.

"Tentunya, jika konsekuen mampu menjadikan kekuatan utama keanekaragaman hayati bagi pembangunan nasional," kata Guru Besar Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fahutan IPB itu.

Pada diskusi yang dimoderatori Haryanto R Putro, dan menghadirkan pembahas Kepala Pusat Penelitian Biologi LIPI Prof Dedy Darnaedi dan Asisten Deputi Urusan Keanekargaman Hayati dan Pengendalian Kerusakan Lahan Deputi III Kementerian Lingkungan Hidup Atung Dedi Radiansyah, ia mengemukakan dalam rangka mengamankan keanekaragam hayati yang dimilikinya, pemerintah sudah menerbitkan berbagai undang-undang tentang keanekaragaman hayati.

"Undang-undang tersebut berperan penting bagi implementasi kebijakan konservasi keanekaragaman hayati nasional, dan bagi peran pemerintah Indonesia dalam forum internasional," katanya.

Untuk itu, menurut Hadi, keanekaragaman hayati Indonesia merupakan aset nasional yang perlu dimanfaatkan dan dilindungi."Keanekaragaman hayati wajib terus dijaga keberadaannya, termasuk dengan semakin maraknya upaya pihak asing untuk mengambil manfaatnya secara ilegal bagi kesehatan atau pun ilmu pengetahuan," katanya. (ant)

BERITA UMUM : Gara-Gara 3 Butir Kelapa Seharga Rp6.000, Mustain Ditangkap

BANYUWANGI - Gara-gara mencuri tiga butir kelapa di sebuah kebun di Desa Macan Putih, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, seorang buruh pembuat batu bata dilaporkan ke polisi.

Buruh bernama Ahmad Mustain (34), warga Dusun Krajan, Desa Macan Putih, itu kini ditahan di sel Mapolsek Kabat.

Kepada petugas, Mustain mengaku meminta lima butir kelapa kepada penjaga kebun, Hasbullah (47). Namun, Mustain mengakui dia belum mendapat izin dari Hasbullah untuk mengambil kelapa-kelapa tersebut. Hasbullah saat itu juga berada di kebun.

Mustain mengaku terpaksa meminta kelapa karena tak punya uang untuk membelinya. Kelapa itu sedianya akan dibuat makanan yang harus dibawa anaknya ke sekolah untuk perayaan Maulid. Dari lima butir yang diminta, dia hanya mengambil tiga butir.

Tak disangka, dalam perjalanan pulang, Hasbullah mengejar Mustain sambil meneriakinya maling. Tak hanya itu, Hasbullah juga mengacungkan celurit ke arah Mustain. Mustain pun lari menyelamatkan diri dan meninggalkan tiga butir kelapa itu di jalan.

Tidak berhenti sampai di situ, pemilik kebun, Haris Rusdi (53), warga Kelurahan Tukangkayu, Kecamatan/Kabupaten Banyuwangi, melaporkan Mustain ke polisi. Setelah dilaporkan, Mustain ditangkap polisi.

Kapolsek Kabat, Iptu Imron, Rabu (13/2/2013), mengatakan, berdasarkan keterangan saksi, Mustain tertangkap tangan mencuri tiga butir kelapa seharga Rp6.000. Mustain dijerat Pasal 362 KUHP dengan ancaman hukuman penjara empat tahun.

Senin, 11 Februari 2013

Buaya terbesar di dunia tewas di Filipina Selatan

Kota Davao, Filipina (ANTARA News) - Satu buaya air asin raksasa terpanjang di bumi, telah tewas saat berada di kurungannya di Filipina selatan."Kematian Lolong itu sangat disayangkan," kata Wakil Gubernur sel Sur, Santiago Cane, kepada Xinhua dalam pesan teks, Senin.

Reptil sepanjang 6.12 meter dijuluki Lolong ditemukan mati di kandangnya di Kota Bunawan, Provinsi Mindanao Agusan del Sur sekitar pukul 20.00 waktu setempat Minggu, kata Walikota Bunawan, Edwin Elorde.

Elorde mengatakan, belakangan ini Lolong beraktivitas lamban tidak biasa sebelum kematiannya, mendorong pemerintah setempat menutup laguna resor di desa pedalaman Consuelo di mana Lolong dipelihara selama ini.

Pemerintah setempat telah menarik bayaran atas penampilan reptil itu sebagai daya tarik wisata di kota yang sepi sampai lebih dari 20.000 pengunjung sejak binatang itu ditangkap pada 2011.

"Dia telah berhenti makan seperti biasanya sejak bulan lalu. Sebenarnya, kami telah melihat perubahan yang tidak biasa dalam perilaku binatang itu tepat setelah topan Desember lalu," kata Elorde. "Perutnya membengkak," tambahnya.

Lolong ditangkap pada 2011 di Agusan Marsh. Tahun lalu, Guinness World Records menyatakan Lolong buaya air asin terbesar di dunia di penangkaran.

Lampung budi daya tanaman sorgum

Bandarlampung . Provinsi Lampung, tengah membudidayakan tanaman sorgum bahan baku pembuatan bioetanol di Kawasan Kalianda Resort Kabupaten Lampung Selatan.

"Kebun sorgum di Lampung Selatan tumbuh dengan baik, dan sekarang lagi panen," kata Ketua DPD Perhiptani Lampung Selatan, Sutono, di Kalianda, Sabtu.

Ia menyebutkan, tanaman percontohan sorgum itu saat ini dibudidayakan di areal seluas 0,1 hektare.

Batang tanaman itu lanjutnya, tidak hanya digunakan sebagai bahan baku bioetanol saja, tetapi bisa dibuat sirup, karena kandungan gulanya cukup tinggi.

Berdasarkan penelitian kandungan gula tanaman sorgum tersebut cukup tinggi, ujar dia.

"Selain itu, batang sorgum juga dapat dijadikan bahan baku bumbu penyedap makanan," kata dia.

Ia mengatakan, tanaman sorgum dapat dipanen tiga kali dalam setahun dan produksinya bisa mencapai sekitar 430 ton/hektare/ tahun.

Sementara itu peneliti dari LIPI Bambang Subianto mengatakan, pihaknya menepis keraguan bahwa tanaman sorgum tidak dapat dibudidayakan di Tanah Air.

"Tidak benar, tanaman sorgum tidak bisa dibudidayakan di Tanah Air," kata dia.

Ia menambahkan, tanaman yang benihnya berasal dari Jepang itu dapat dibudidayalan dengam baik di Lampung Selatan.

Tanaman itu lanjutnya, bila dibudidayakan dengan baik mengingat produksinya bisa mencapai 430 ton/ha/tahun.

Batang sorgum itu menurut dia, dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol, sirup dan bumbu masak.

Kandungan gula tanaman sorgum bisa mencapai 16-20 persen, jelasnya.

Hadir pada panen sorgum di Lampung Selatan, Wakil Gubernur Lampung MS Joko Umar Said, mantan Menteri Pertanian Anton Apriyantono, peneliti LIPI, dan pejabat di lingkungan Pemprov Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan.
(ANT)

Sabtu, 09 Februari 2013

Memilah sampah sudah berperan lestarikan lingkungan

Jakarta - Orang yang memilah sampah rumah tangga, berarti secara tidak langsung telah melestarikan lingkungan, kata pengamat lingkungan dari Tehnik Lingkungan Universitas Indonesia, Gabriel Andari Kristanto.

"Kalau kita memilah sampah untuk daur ulang, kita membantu sampah menjadi lebih berkualitas" ujar Andari usai acara puncak kampanye GEMAS di Jakarta, Senin.

Andari menjelaskan bahwa sampah yang telah dipilah akan memudahkan proses daur ulang.

Menurut dia, ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab atas sampah yang telah dihasilkan. Namun, Andari menegaskan bahwa tindakan pertama untuk kelola sampah adalah dengan tidak membuat sampah.

Cobalah untuk hidup hemat. "Tapi ketika sampah tercipta, cobalah berpikir ulang sebelum Anda membuangnya. Selain itu, letakkan sampah pada tempatnya. Setiap orang di dunia ini harus bertanggung jawab pada sampah yang dia hasilkan," demikian Andari. (ant)

Insentif Memadai Bantu Petani Tingkatkan Produksi

Jakarta. Pengamat pertanian HS Dillon mengatakan pemerintah perlu menyusun struktur insentif yang memadai untuk membantu petani lokal dalam meningkatkan produksi pertanian. Insentif yang memadai berupa pemberian bibit yang berkualitas, pengadaan infrastruktur yang baik guna mendukung distribusi hingga pembebasan pungutan liar dinilai bisa mendukung produktivitas petani lokal.

"Semua buah dan sayur bisa kita hasilkan sendiri, tidak ada alasan untuk kita tidak bisa menghasilkan kalau petani diberikan insentif yang memadai," kata Dillon saat dihubungi di Jakarta, Jumat (8/2).

Insentif yang tidak memadai, lanjut Dillon, berpengaruh pada harga jual produk pangan lokal yang lebih tinggi dibanding produk impor.  Harga yang tinggi, menurut dia, disebabkan oleh biaya distribusi yang mahal akibat buruknya infrastruktur serta pungutan "preman" atau calo.  "Kalau harga untuk produksinya lebih kecil, tentu petani bisa menurunkan harga menjadi lebih murah," ujarnya.

Menurut Dillon, aturan impor produk pangan yang diberlakukan pemerintah menunjukkan ketidakberpihakkan terhadap nasib petani sebagai produsen. Dia menilai elit politik lebih mengedepankan kepentingan sendiri ketimbang merangkul petani.

Dia mengemukakan Indonesia memiliki sejumlah daerah yang berpotensi menghasilkan produk pertanian. Padi, yang merupakan pangan kebutuhan utama masyarakat Indonesia, menurut dia juga bisa dihasilkan sepanjang tahun. "Kalau masalah kualitas, kita juga tidak kalah, bibit yang ada sekarang juga sudah cukup baik menurut saya. Hanya saja sekarang struktur insentifnya keliru," katanya.

Dillon menilai kebijakan mengenai larangan impor sejumlah produk hortikultura seperti buah dan sayur tidaklah cukup untuk mendorong produksi dalam negeri.

Menurut dia, harus ada langkah kebijakan utuh mengenai pengembangan pertanian seperti masalah lahan yang memihak petani. "Larangan impor tidak cukup, harus ada langkah ke depan yakni kebijakan yang utuh mengenai pengembangan dan pertanahan pertanian yang pro petani," katanya.

HKTI: Stabilkan Harga Daging Bukan dengan Impor

Jakarta. Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Nasional Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (Sekjen DPN HKTI) Fadli Zon mengimbau pemerintah segera menstabilkan harga daging sapi yang sudah 'melambung', namun bukan dengan cara impor.


"Tingginya harga daging sapi yang mencapai Rp90.000 per kilogram disinyalir karena kelangkaan pasokan daging di pasar. Namun, bukan berarti pemerintah harus impor dan melepaskan pada mekanisme pasar untuk mengatasi kelangkaan pasokan itu," kata Fadli pada siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat (8/2).

Dia juga mengatakan tingginya harga daging sebenarnya suatu hal yang baik bagi para peternak, tetapi bila harga terlalu tinggi tentu akan menjadi masalah bagi konsumen.

"Harga daging sapi yang mencapai Rp90.000 per kg merupakan harga tertinggi jika dibandingkan dengan di negara lain yang hanya berkisar antara Rp50.000 hingga Rp60.000 per kg," ujarnya.

Fadli juga menyoroti harga daging sapi yang tinggi itu tak selalu dinikmati manfaatnya oleh para peternak. "Seharusnya, harga daging sapi yang mahal dapat menjadi insentif peternak. Belum lagi, tingginya harga daging sapi berpengaruh terhadap harga produk lain. Yang jelas semakin mahal daging, rakyat makin sengsara," katanya.

Dalam kondisi tersebut, dia menyadari ada suatu tekanan bagi pemerintah untuk memperbesar kuota impor.  Namun, Fadli juga menekankan bahwa Impor tidak akan menyelesaikan masalah. "Hal ini dikondisikan oleh oknum para pemburu rente. Bahkan, impor cenderung rawan korupsi dan menjadi mainan para koruptor," katanya.

Dia juga berpendapat, kebijakan perdagangan Indonesia yang terlalu bebas telah membuat pemerintah malas mewujudkan swasembada  dan tidak berpikir strategis ke depan.
Target pemerintah untuk swasembada daging pada 2014, kata dia, akhirnya hanya menjadi mimpi bila Indonesia terus tergantung pada pasokan daging sapi impor.

Menurut Fadli, solusi yang tepat untuk permasalahan tersebut ialah dengan membenahi mekanisme distribusi dan mempercepat produksi swasembada.  "Percepatan produksi bisa dilakukan dengan inseminasi buatan, perbaikaan kualitas pakan ternak, dan pengadaan sapi betina bibit dari pemerintah,” jelasnya.   

Pemerintah juga kata dia, harus perbaiki transportasi untuk distribusi ternak sapi dari sentra produksi oleh BUMN, yaitu PT KAI, Pelni, dan Angkutan Darat BUMN. Meningkatkan kualitas prasarana transportasi adalah hal strategis yang harus segera dilakukan.

Dia menambahkan, pasokan daging sapi dari produksi lokal sebenarnya cukup banyak, terutama di Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, dan NTT, namun distribusinya belum dikawal secara baik.  Karena itu, dia menyarankan pemerintah untuk tidak gegabah membuka 'kran' impor yang lebih besar. "Jika memang terpaksa impor, harus dilakukan dengan tepat. Selain itu, impor sapi hanya boleh di luar sentra produksi dan kuota impor sapi yang diberikan kepada 'feedloters' yang mampu membibitkan sapi," kata Fadli.(ant)

Kamis, 07 Februari 2013

Pelarangan impor holtikultura lindungi produk lokal

Jakarta. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan bahwa pelarangan impor 13 produk hortikultura hingga enam bulan kedepan bertujuan melindungi produk lokal.

"Kita harus memberikan perlindungan kepada produk hortikultura lokal karena menyangkut hajat hidup petani kita dimasa mendatang," kata Hatta Rajasa seusai rapat koordinasi mengenai RKP 2014 di Gedung Menko Perekonomian di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, perlindungan tersebut terkait pasar dalam negeri. Para Petani lokal kalau mengekspor produk hortikultura mereka susah. Saat ini petani lokal sedang panen sehingga kebutuhan dalam negeri bisa dipenuhi tanpa impor.

"Jadi apa salahnya kalau mereka diberikan perlindungan. Kalau ada gugatan, yah kita hadapi," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian, Suswono mengatakan pemerintah optimistis dapat memenangkan gugatan AS di World Trade Organization (WTO) tentang pembatasan impor produk hortikultura.

"Kalau ada celah dia (Amerika) untuk memprotes silahkan, tapi kita sudah siapkan jawabannya. Oleh karena itu kami sangat optimistis, kalau memang Amerika fair (jujur-red) bisa menerima penjelasan kita," kata Suswono di Jakarta, Senin.

Menurut dia, pihak pemerintah Indonesia akan memfasilitasi konsultan. Dimana konsultan tersebut akan memberikan penjelasan kepada World Trade Organization (WTO)/organisasi perdagangan dunia.

Ia mengatakan WTO memberikan waktu 60 hari atau dua bulan kepada pemerintah Indonesia, untuk memberi balasan surat protes yang dilayangkan oleh Amerika. Jika tidak dilakukan maka akan dilakukan arbitrase, dan segera dipublikasikan dalam beberapa hari ke depan.

"Kita tunggu saja jadwalnya, tidak ada masalah," ujarnya.

Amerika Serikat menyampaikan keluhan ke WTO sehubungan dengan Indonesia melakukan pelarangan impor 13 produk hortikultura.

"Ketiga belas produk itu adalah Kentang, Kubis, Wortel, Cabai, Nanas, Melon, Pisang, Mangga, Pepaya, Durian, Bunga Krisan, Bunga Anggrek dan Bunga Heliconia," ujarnya.

Pembatasan tersebut tertuang dalam Permentan Nomor Tahun 2012 dan Permendag Nomor 60 Tahun 2012 tentang Ketentuan impor produk hortikultura.

Keluhan yang disampaikan ke WTO itu menjelaskan lisensi impor dari Indonesia dan penetapan kuota secara tidak langsung signifikan dengan perdagangan, membatasi dampak pada impor.

Pengendali Serangga Tenaga Surya.

Seorang petani memeriksa alat pengendali serangga tenaga surya yang dipasang di areal sawah desa Pekandangan Jaya, Kec. Indramayu, Jawa Barat, Selasa (4/2). Alat perangkap serangga tenaga surya (Solar Light Trap) bantuan kementrian Pertanian tersebut digunakan untuk mengendalikan serangga sehingga petani bisa mengurangi biaya untuk pembelian pestisida.
(ant)

Pemerintah Diharapkan Jangan Salah Diagnosis Pangan

Jakarta. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengharapkan pemerintah tidak salah melakukan diagnosis soal pangan agar masalah klasik yang terjadi dari tahun ke tahun dapat ditemukan solusinya. "Kemendag dan Kementan terlalu percaya diri dalam mengelola manajemen pangan nasional, di mana persoalan klasik pangan, seperti produksi, distribusi dan perdagangannya setiap tahunnya masih saja berkutat dengan masalah yang sama," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pemberdayaan Daerah dan Bulog Natsir Mansyur di Jakarta, dalam siaran persnya di Jakarta, Selasa (5/2).

Kementan dan Kemendag, kata Natsir, sudah banyak memiliki jurus untuk menangani masalah tersebut, namun kenyataannya jurus-jurus pemerintah tersebut tak kunjung menyelesaikan persoalan, sehingga, pihaknya mengimbau pemerintah agar bisa berkoordinasi lebih baik lagi dengan para pengusaha terkait.

Natsir mencontohkan, persoalan klasik setiap tahun khususnya pangan strategis itu antara lain gula, daging, beras, jagung, kedelai, bawang, dan pangan lainnya merupakan ritual tahun yang sulit ditangani pemerintah.

Ia menilai hal itu terjadi karena selama ini pemerintah tidak mempunyai perencanaan jangka panjang, menangani masalah secara "ad hoc" dan tidak mempunyai penunjang logistik pangan. (ant)

ips Ampuh : Anak Sulit Makan Sayuran? Coba Tambahkan Gula

KEBIASAAN sehat perlu ditanamkan sejak dini. Ini penting mengingat adanya rutinitas yang dilakukan setiap hari yang akan menjadi kebiasaan hingga dewasa. Salah satu kebiasaan yang perlu diberikan pada anak-anak adalah pola makan sehat.

Memang sulit bagi para orangtua untuk mengajarkan pola makan sehat pada anak-anaknya. Terutama mengonsumsi buah atau sayur. “Kebanyakan anak enggan makan sayur karena mereka tidak menyukai rasanya. Khususnya sayuran berdaun hijau. Sangat sulit membujuk anak agar mau mengonsumsi sayuran ini,” ungkap Fendy Susanto, S.TP dari Nutrifood Research Center, dalam diskusi media bertema Healthy Habit Since Young di Penang Bistro, Kebon Sirih, Jakarta, Kamis (7/2/2013).

Masa kanak-kanan tentu sangat memerlukan asupan nutrisi yang baik terutama vitamin dan mineral yang membantu pertumbuhan anak Anda. “Banyak cara yang bisa dilakukan untuk membuat anak Anda menyukai sayuran, terutama sayuran berdaun hijau. Salah satunya dengan menambahkan sedikit gula pada sayuran yang Anda masak,” ujar Fendy.

Fendy menjelaskan bahwa gula terbukti ampuh sebagai alternatif bagi anak untuk mau mengonsumsi sayuran. “Dari penelitian di Belanda, anak memang gemar dengan sesuatu yang manis. Misalnya, buah-buahan. Untuk membujuk anak agar mau makan sayuran, gula bisa ditambahkan agar rasa sayuran lebih lezat,” tutur Fendy.

Setelah dua hingga tiga pekan ditanamkan kebiasaan mengonsumsi sayuran dengan gula, Anda bisa mulai mengurangi asupan gula pada makanan tersebut. Lama kelamaan anak akan terbiasa dengan sayuran yang diberikan dan akan makan tanpa menggunakan gula lagi.

“Satu hal yang perlu diingat adalah penggunaan gula yang disesuaikan. Jangan terlalu banyak menambahkan gula pada makanan, karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan lainnya, “ tegas Fendy.

Harus Ada Tim Pengamat Gugur Buah Jeruk Karo

Medan. Penurunan produksi jeruk di Kabupaten Karo harus menjadi masalah bersama. Petani tidak bisa bekerja sendiri menghadapi masifnya serangan lalat buah. Namun, muncul dugaan bahwa penyebab terpuruknya produksi jeruk tidak hanya disebabkan lalat buah.
“Harus ada tim yang mengamati terjadinya gugur buah sebelum waktunya,” kata Koordinator Pengamat Hama Penyakit (PHP) Karo, Rabu (6/2) di Medan.

Umumnya kata dia, orang memahami keterpurukan produksi jeruk di Karo karena serangan lalat buah. Padahal, yang terjadi adalah banyak buah yang jatuh lebih cepat dari waktu pembusukannya di dahan.

“Mengetahui penyebab terjadinya gugur buah sangat penting karena berkaitan dengan langkah penanganannya. Jika penanganan yang diberikan mulai dari perangkap, obat-obatan, dan perlakuan lain dikhususkan untuk lalat buah sementara ada penybab lain yang tidak bisa diselesaikan dengan penanganan yang diberikan, tentunya akan menjadi sia-sia,” jelasnya.

Faktor lain seperti iklim yang seringkali berubah kata dia, sangat mungkin menyebabkan buah jeruk jatuh lebih cepat dari waktunya. "Nah, setelah jatuh lalu membusuk, dibiarkan menjadi tempat berkembang biaknya hama lain, salah satunya lalat buah," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Laboratorium Pengendalian Hama Penyakit Medan Johor, Utema Silan, mengatakan, tidak semua buah jeruk yang gugur disebabkan lalat buah. Penyebab lainnya adalah mati ranting, busuk tangkai buah, dan penggerek buah.

Dikatakannya, lalat buah merupakan hama yang menjadi perhatian secara nasional untuk dikendalikan secara cepat agar jeruk tidak punah. Dalam satu buah jeruk yang diserang lalat buah didalamnya terdapat 4 - 5 ekor lalat buah baik jantan maupun betina.

Lalat buah betina bisa menelurkan 1.200 – 1.500 butir di dalam buah jeruk. Dari jumlah tersebut yang bisa menetas sekitar 800 butir jantan dan betina. "Itu dari satu buah saja, bisa dibayangkan berapa banyaknya jika petani tidak mau menerapkan pola perawatan yang sehat," katanya.

Di Sumut sendiri, lanjutnya, pengendalian lalat buah sudah dilakukan sejak 2002, dengan total pertanaman jeruk di Kabupaten Karo saat itu mencapai 11.700 hektare, 8.900 hektare merupakan tanaman produksi dan 2.800 hektare tanaman muda. Luas serangan lalat buah mencapai 426,50 hektare.

"Di tahun 2012, pengendalian lalat buah kita pusatkan di 4 kecamatan yang merupakan sentra produksi jeruk di Karo, yakni di  Kabanjahe, Tiga Panah, Merek, dan Simpang Empat, dengan luasan 50 hektar," tambahnya. (mb)

Selasa, 05 Februari 2013

Demplot Tanaman Kubis Memakai Pupuk Cair BSP-ELF di Simalungun

Peternak Minta Pemerintah Perbaiki Tata Niaga Daging

Jakarta. Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) meminta pemerintah memperbaiki tata niaga daging di Indonesia agar kepentingan rakyat termasuk enam juta peternak sapi dan kerbau di Indonesia tidak terabaikan.
"Hal yang harus dilakukan saat ini adalah memperbaiki tata niaga daging di Indonesia," kata Ketua Umum PPSKI Teguh Boediyana di Jakarta, Senin (4/2). Menurut dia, seluruh kebijakan pemerintah harus selalu mengedepankan kepentingan rakyat kecil termasuk enam juta peternak sapi dan kerbau di seluruh Indonesia. Ia mengatakan, saat ini rantai pemasaran daging dari tingkat peternak

konsumen terlampau panjang yang menyebabkan harga daging semakin mahal namun keuntungan peternak tidak sebanding. "Saat ini ada penggemuk, pejagal, pengumpul, hingga pedagang yang menyebabkan jalur tata niaga daging menjadi semakin panjang. Ini harus diperpendek," katanya.

Pihaknya juga meminta pemerintah untuk memperbaiki sarana dan infrastruktur transportasi dari daerah sentra sapi dan kerbau khususnya yang berada di Luar Jawa ke wilayah konsumen daging terbesar di Indonesia yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. "Selama ini ongkos angkut adalah komponen yang paling mahal jadi ini juga harus menjadi perhatian pemerintah," katanya.

Teguh menilai peluang pasar daging dalam negeri harus dimaksimalkan dari produk daging sapi lokal. Sedangkan impor daging, kata dia, seharusnya hanya dilakukan untuk sekadar menutupi kekurangan semata.

PPSKI memproyeksikan produktivitas sapi dan kerbau dari para peternak di seluruh Indonesia akan mencapai 17 juta hingga 18 juta ekor sampai 2014, khusus untuk sapi potong jumlahnya berkisar 15 juta ekor. (ant)

FPKB minta pemerintah revisi aturan impor pangan

Jakarta. Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) DPR RI minta pemerintah untuk meninjau ulang peraturan impor pangan karena menyebabkan impor bahan pangan ke Indonesia tidak terkontrol.

Ketua FPKB DPR RI Marwan Ja'far dalam pernyataan pers di Jakarta, Senin malam, mengatakan,
Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 59/2012 sebagai pengganti Permendag No. 27 Tahun 2012 tentang Angka Pengenal Impor (API) harus ditinjau ulang karena menyebabkan impor bahan pangan ke Indonesia tidak terkontrol.

"Pemerintah harus menindak tegas importir nakal yang mengakibatkan sengsaranya para petani saat ini," katanya.

Marwan juga minta pemerintah segera membuat peraturan perundang-undangan yang melindungi industri pangan nasional, petani dan rakyat Indonesia, seperti RUU tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani juga harus segera disahkan.

"Pemerintah juga harus melakukan audit kebutuhan bahan pangan nasional yang melibatkan pihak independen," ujarnya.

Menurut dia, audit tersebut diperlukan karena data kebutuhan pangan nasional masih terjadi simpang siur antara lembaga negara yang satu dengan yang lain.

Selain itu, kata Marwan, semua pemangku kepentingan (stake holder) pemerintah, yaitu Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian, Badan Pusat Statistik, Bulog, dan lain-lain harus duduk bersama untuk menyelesaikan permasalahan pangan Indonesia.(ant)

Sabtu, 02 Februari 2013

Palembang segera miliki taman kupu-kupu

Palembang - Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kota Palembang, Sumatera Selatan, sedang mempersiapkan taman kupu-kupu di kawasan Gandus yang menurut rencana dibuka secara resmi akhir Februari mendatang. "Taman kupu-kupu tersebut saat ini memasuki proses tahap akhir sehingga secepatnya akan beroperasi," kata Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kota Palembang, Sudirman Tegoeh, Sabtu. Ia menjelaskan, pemerintah kota mendatangkan tenaga ahli dari Bogor, Jawa Barat, untuk membantu penyiapan taman kupu-kupu yang pada tahap awal akan menjadi tempat hidup tujuh jenis kupu-kupu itu. Menurut dia, taman kupu-kupu seluas 500 x 500 meter persegi yang sudah dibangun sejak bulan November tahun lalu itu akan disambungkan dengan kebun anggrek yang sudah ada supaya pengunjung bisa menyaksikan keindahan kupu-kupu dan aneka bunga sekaligus.(ant)