Rabu, 23 Maret 2011

Berita Pertanian : Trichobas 09 Atasi Penyakit Jamur Tanaman


BANDAR LAMPUNG. Program Studi Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila) siap mengembangkan riset pestisida organik ramah lingkungan. Pestisida organik ini bernama Trichobas 09.

Ketua Jurusan Proteksi Tanaman Unila, Purnomo, beberapa waktu lalu mengatakan pihaknya terus mengembangkan penelitian terhadap pestisida organik Trichobas dan menargetkan dapat menekan penyakit tanaman akibat jamur hingga 50%.

Menurut dia, saat ini kemampuan Trichobas yang diproduksi Jurusan Proteksi Tanaman FP Unila mampu melawan penyakit tanaman akibat jamur hingga 30%. Produk Trichobas ini sudah diperkenalkan ke para petani sejak 2009.

"Trichobas telah dipakai untuk menekan beberapa penyakit akibat jamur. Antara lain busuk pangkal batang pada lada dan jamur akar putih pada tanaman karet. Kedua penyakit tersebut yang memang marak di Lampung," kata dia.

Pestisida ini, kata Purnomo, juga telah dikenalkan melalui klinik tanaman yang diselenggarakan FP Unila. Bahkan salah satu perusahaan tembakau di Indonesia pernah memesan 0,5 ton Trichobas pada 2010. Karena materialnya tidak mengandung zat kimiawi, Trichobas tergolong ramah lingkungan.

Kini jurusannya siap menerima pesanan Trichobas dari para petani. Mulai April mendatang, Trichobas sudah bisa diperoleh di klinik tanaman FP Unila. Dengan demikian, petani tidak perlu memesan lebih dulu dan menunggu pembuatan pestisida yang membutuhkan waktu 1 bulan.

"Untuk satu bungkus Trichobas 09 ukuran kecil, kami jual hanya Rp5.000," kata Purnomo.

Proses Produksi

Sementara itu, Pemimpin Produksi Trichobas 09, Joko Prasetyo, menjelaskan Trichobas merupakan pestisida organik yang berasal dari jamur Trichoderma spp. dan dikembangkan dalam media tertentu. Jamur ini adalah jamur antagonis yang mampu menghambat pertumbuhan jamur patogen pada tanaman.

Ia memaparkan media perkembangan yang digunakan dalam Trichobas ini antara lain sekam, bekatul, butiran jagung, menir, atau bahan organik secara umum. "Kami menggunakan media sekam dengan pertimbangan praktis dan murah. Namun media perkembangan yang paling baik adalah menir, hanya harganya mahal."

Joko menjelaskan pembuatan Trichobas dimulai dengan mengembangkan kultur Trichoderma spp. dalam media agar (potato dextrose agar) di cawan petri berdiameter 10 cm, sekitar 10 hari. Kemudian hasil perkembangan Trichoderma spp. tersebut dikembangkan lagi di media bahan organik, yang terlebih dulu disterilisasi.

“Trichoderma spp. yang dikembangkan di media bahan organik dan telah menjadi pestisida Trichobas ini mampu bertahan dua bulan sejak pembuatan. Namun, kami terus meneliti agar pestisida ini dapat bertahan lama, yakni mengembangkan Trichoderma spp. yang mempunyai klamidospora lebih tebal," kata dia.

Purnomo mengungkapkanpenelitian tentang Trichoderma spp. telah dilakukan dosen Proteksi Tanaman Unila sejak 1990-an. Penelitian ini dibantu dana khusus penelitian yang berasal dari Dikti Kemendiknas. Penelitian dasar ini telah menghabiskan sekitar Rp150 juta yang berasal dari Dikti dan dikerjakan enam dosen Proteksi Tanaman Unila.

Dia menjelaskan pihaknya terus mengembangkan penelitian pestisida organik Trichobas untuk penyakit dengan spesifikasi tertentu. Saat ini Trichobas masih untuk menekan penyakit jamur patogen umum. Ke depannya dikembangkan lebih spesifik dengan media perkembangannya. (LP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar