Jakarta. Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian akan mengembangkan bank gen tanaman pangan guna menjaga kelestarian sumber daya genetika yang ada di Indonesia.

Kepala Badan Litbang Pertanian Haryono di Jakarta, Selasa, mengatakan, saat ini belum ada fasilitas yang memadai untuk menyimpan gen dari varietas yang ada di tanah air.

Pada 1980-an, tambahnya, di Indonesia terdapat sekitar 10 ribu varietas tanaman pangan namun akhir-akhir ini tinggal sekitar 3.500 varietas.

"Oleh karena itu kita sangat memerlukan fasilitas untuk penyimpanan yang baik. Untuk itu diperlukan tempat pendingin yang memiliki suhu minus 18 derajat celsius," katanya.

Haryono mengatakan, saat ini negara yang memiliki bank gen tanaman pangan diantaranya Norwegia yang melakukan penyimpanan di kutub utara dengan suhu rata-rata minus 5 derajat celsius.

Menurut dia, bank gen yang sebenarnya telah dirintis sejak lima tahun itu nantinya akan dibangun di Bogor dan diharapkan dapat terealisasi pada tahun ini.

Dikatakannya, saat ini sudah ada fasilitas berupa peralatan "gen squencer" yang berfungsi untuk memetakan kode gen, namun masih diperlukan beberapa peralatan lain guna melengkapi bank gen tersebut.

Sementara itu ketika membuka Sidang Keempat atau The Fourth Session of Governing Body of The International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (ITPGRFA) di Nusa Dua Bali, Senin (14/3) Haryono menyatakan, keanekaragaman hayati pada sistem pertanian telah mengalami kemerosotan yang nyata.

Hal itu, lanjutnya, ditandai dengan semakin sedikitnya jenis tanaman penyedia kebutuhan pangan pokok yang mengancam terwujudnya ketahanan pangan.

Pada tingkat dunia, berbagai spesies baik yang sudah dibudidayakan maupun dimanfaatkan secara langsung dari alam hanya sejumlah kecil yang menjadi komoditas pertanian.

"Bahkan untuk memenuhi kebutuhan pangan hanya empat jenis yang menjadi andalan yakni padi, gandum, kentang dan jagung," katanya.

Menurut dia, setiap negara mempunyai ketergantungan pada negara lain untuk memenuhi kebutuhan sumberdaya genetik, oleh karena itu monopoli kepemilikan sumberdaya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian dapat memicu persengketaan internasional.

"Untuk mengatasi hal itu maka akses terhadap sumberdaya genetik perlu diatur secara multilateral," katanya.

ITPGRFA, tambahnya, bertujuan menjamin ketahanan pangan dengan tetap menjaga akses masyarakat terhadap sumber daya genetik yang memiliki nilai nyata maupun potensial untuk pangan dan pertanian.

Terkait dengan hal itu, Sidang Keempat ITPGRFA yang berlangsung selama 14-18 Maret 2011 akan berfokus pada peningkatan Benefit Sharing Fund (BSF) yang merupakan "central fund" yang langsung di bawah kontrol "governing body".

BSF digunakan langsung bagi petani kecil di negara berkembang dengan prioritas kegiatan berupa pengelolaan dan konservasi plasma nutfah, penggunaan plasma nutfah berkelanjutan, pertukaran informasi, transfer teknologi dan peningkatan kapasitas petani.(ant)