Sabtu, 15 Juni 2013

Meinarty Rehulina Bangun Bendahara DPD PDIP Sumut Bakal Calon Legeslatif DPRD Sumut 2014





Partai Demokarasi Perjuangan (PDIP) telah menyerahkan daftar calon anggota legislatif DPRD Sumut sebanyak 100 orang ke Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara di Medan beberapa waktu lalu.


Diantara nama nama dari daftar calon anggota legislatif yang diserahkan terdapat nama ibu Meinarty Rehulina Bangun, Bendahara DPD PDIP Sumatera Utara.  Meinarty Rehulina Bangun terdaftar dari PDIP sebagai Bakal Calon Legeslatif DPRD Sumut 2014 untuk Dapem Sumut 11 (Kabupaten Karo, Dairi, dan Pakpak Barat).





Ibu Meinarty Rehulina Bangun yang bakal maju sebagai calon legislatif DPRD Sumatera Utara terdaftar sebagai calon Nomor 1 dari partai yang bernomor 4 yaitu Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP) dari Dapil Karo, Dairi dan Pakpak Barat.

Selain terdapat nama Meinarty Rehulina Bangun dari dapil 11 (Kabupaten Karo, Dairi, dan Pakpak Bharat) ini, PDIP Sumut juga mendaftarkan empat nama bakal calon legislatif sehingga dari dapil 11 terdapat lima caleg yang didaftarkan untuk Caleg DPRD Sumut.

Lima nama yang telah didaftarkan untuk Bakal Calon Legislatif DPRD Sumut dari partai PDIP adalah :


1 MEINARTY REHULINA BANGUN, BA
2 SITI AMINAH PERANGIN-ANGIN, SE, MSP
3 SAHALA ARFAN SARAGIH
4 HALPIAN SEMBIRING MELIALA, SH
5 SUDARTO SITEPU

Senin, 10 Juni 2013

Pupuk Cair Enzim BSP-ELF

                                                         Pupuk Cair Enzim Cair BSP-ELF

Cirebon kekurangan waduk

Cirebon - Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, hanya memiliki dua waduk yakni Seto Patok dan Waduk Sedong di perbatasan Kuningan, dan tidak mampu mengairi semua lahan pertanian di daerah itu.

"Kabupaten Cirebon hanya memiliki dua waduk yakni Seto Patok di Kecamatan Mundu dan Waduk Sedong di perbatasan Kuningan, sehingga banyak lahan pertanian hanya mengandalkan tadah hujan ," kata Edi, salah seorang petugas Pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten Cirebon, Jumat.

Ia mengatakan, Setu Patok hanya mampu mengairi sekitar 14.000 hektare sawah untuk satu kali musim tanam, karena kapasitas waduk rendah sehingga sebagian lahan pertanian di daerah tersebut tadah hujan.

"Waduk Sedong yang berada di perbatasan Kabupaten Kuningan hanya mampu mengairi 2.000 hektare, sehingga petani tetap mengandalkan lahan tadah hujan dan memanfaatkan tanaman holtikultura yang hemat air," katanya.

Dikatakannya, waduk Seto Patok sering bisa menampung air maksimal saat musim penghujan karena tidak memiliki mata air.

Pihaknya sering mengimbau petani sekitar waduk tersebut supaya memperhitungkan persediaan air.

Luas Situ Patok 175 Hektare yang terletak di desa setu patok sekitar enam kilometer dari kota Cirebon ke arah Tegal, dan berada di titik Koordinat 6.7862011S, 108.5648065E, selain untuk mengairi sawah, waduk tersebut dijadikan obyek wisata.

Sementara itu Juhana, salah seorang petani di Waduk Setu Patok, menuturkan waduk Setu Patok andalan untuk mengairi sawah di Kecamatan Mundu, persediaannya terbatas hanya satu kali musim tanam. Petani setempat mulai beralih mengembangkan mangga dan holtikultura lain yang hemat air.(ant)

Budidaya Tomat Memakai Pupuk Enzim BSP-ELF




Menggunakan Pupuk Cair Enzim BSP-ELF ternyata terbukti meningkatkan hasil panen tanaman tomat lebih dari 100 persen, dimana budidaya tanaman tomat Bapak Cekta Sembiring di Desa Gajah Kec. Simpang Empat Kab. Karo ini setelah menggunakan Pupuk Cair BSP-ELF meningkat lebih dari 100 persen. "Tiga kali panen pertama saja, modal saya sudah balik" ujar Pak Cekta ketika diwawancarai (Senin,10/06/13)

Harga jengkol naik 400 persen


Cianjur - Harga jengkol dan berbagai  jenis sayur mayur di Pasar Induk Cianjur (PIC) Jawa Barat sejak satu sepekan terakhir terus naik.

Para pedagang menduga kenaikan harga tersebut karena turut campur spekulan dalam memainkan harga sehingga setiap sore harga beli sejumlah sayur mayur terus meningkat.

"Jengkol harganya kini naik drastis dari Rp10 ribu perkilogram menjadi Rp50 ribu perkilogram," kata Usman salah seorang pedagang di PIC, Jumat..

Usman mengatakan sejak satu pekan terakhir jengkol  kosong di pasaran.

Kenaikan harga sayur mayur lainnya adalah  cabe merah dari Rp18 ribu/kilogram menjadi Rp28 ribu/kilogram. Tomat  dari Rp8 ribu/kilogram menjadi Rp10 ribu/kilogram.

"Kami menduga kuat naiknya harga karena adanya permainan para spekulan, menjelang rencana pemerintah akan menaikan BBM,"  kata Usman.

Hal tersebut, dibenarkan pula sejumlah pedagang dan pemasok sayur mayur di Kecamatan Cipanas. Mereka mengaku sulit memenuhi pesanan pelaggan karena kosongnya sejumlah sayuran.

"Salah satunya jengkol, sudah satu pekan ini kami tidak mendapat pasokan, sekalipun ada harganya melambung hingga Rp50 ribu/kilogram," kata Tisna (28) salah seorang pedagang di Pasar Cipanas Indah.(ant)

Uji Mutu Residu Pestisida Jauh Lebih Baik daripada Ditolak

Belum lama ini, China menolak buah manggis dan salak dari Indonesia karena diduga mengandung logam berat. Meski sejumlah kalangan menilai penolakan itu mengandung unsur politis, namun penolakan itu tetap harus menjadi cambuk bagi pemerintah khususnya petani untuk intropeksi diri terutama dalam menghasilkan produk-produk pertanian yang tidak mengandung residu pestisida maupun logam berat. Tidak hanya itu, pengusuha juga harus melakukan pemeriksaan ke laboratorium untuk lebih memastikan apakah produk tersebut mengandung residu pestisida berbahaya atau tidak sebelum dipasarkan.
“Sebaiknya memang begitu. Pengusaha ataupun eksportir harus memeriksakan produk pertanian apakah itu pangan ataupun hortikultura untuk memastikan bahwa produk tersebut benar-benar tidak mengandung residu pestisida berbahaya bagi kesehatan sebelum dipasarkan terutama ke luar negeri.

 Sehingga tidak ada lagi pasar yang menolak produk pertanian asal Indonesia,” ucap Kepala Dinas Pertanian Sumatera Utara (Sumut) M Roem melalui Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Sumut Bahruddin Siregar, Jumat pekan lalu di Medan.

Menurut Bahruddin, pengujian laboratorium untuk produk-produk pertanian yang akan dipasarkan penting dilakukan terutama dalam menghadapi era perdagangan bebas nanti.

Karena hanya laboratoriumlah yang mampu menyediakan data mutu dan residu pestisida apakah suatu produk hasil pertanian aman atau tidak untuk dikonsumsi.

Apalagi isu keamanan pangan sudah merupakan isu Nasional dan Internasional. Ini disebabkan kesadaran konsumen akan keamanan pangan meningkat.

Makin ketatnya persyaratan keamanan pangan berakibat pada meningkatnya tuntutan terhadap mutu pangan (kualitas produk), terjadinya hambatan perdagangan hasil pertanian terutama dalam ekspor.

Keberadaan laboratorium kata dia, sangat dibutuhkan baik perusahaan swasta khususnya pestisida dan hasil pertanian maupun pemerintah dalam rangka membantu melaksanakan pengujian baik pengujian mutu pestisida maupun produk tanaman.

“Harganya tidak mahal, berkisar Rp 500.000 per sampel. Itu juga pemeriksaannya di Laboratorium Pengujian Mutu dan Residu Pestisida BPTPH Sumut.

Daripada direekspor atau dipulangkan kembali ke negara asal, kan jauh lebih rugi. Biaya transportasi saja sudah berapa? Belum lagi barang yang dipulangkan kualitasnya akan menurun selama diperjalanan,” terangnya.

Biaya tersebut jauh lebih murah dibanding laboratorium yang terakreditasi yang ada di Medan.

“Laboratorium Pengujian Mutu dan Residu Pestisida BPTPH Sumut juga sudah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) sejak tahun 2007 lalu dan secara berkala sekali empat tahun dilakukan reakreditasi,” aku Bahruddin.

Bahkan, Laboratorium Pengujian Mutu dan Residu Pestisida BPTPH Sumut merupakan satu-satunya di Sumatera Utara untuk pengujian tanaman pangan dan hortikultura.

 “Sekali lagi kami menyarankan bagi pengusaha yang melakukan kegiatan ekspor impor terutama produk pertanian agar melakukan pemeriksaan kandungan kimia berbahaya yang kemungkinan ada di produk tersebut sebelum dipasarkan,” katanya mengimbau.

Umumnya lanjut dia, untuk pestisida yang diuji adalah mutu dari formulasi pestisida atau kandungan bahan aktif dan sifat fisiko kimia seperti pH, dan bobot jenis. Sedangkan untuk sayur mayur, buah-buahan dan pangan yang diuji adalah residu pestisida.

 “Biasanya pengujian residu pestisida pada hasil pertanian dari golongan organochlor, organophosphate, pyretroid dan karbamat,” jelasnya. (MB)