Kamis, 10 Maret 2011

Berita Pertanian : Petani Jarak Khaidar Aswan Kecewa pada Pemerintah

Beberapa waktu lalu, ketika Indonesia disibukkan dengan kelangkaan dan tingginya harga bahan bakar minyak (BBM), pemerintah menyarankan untuk mengembangkan bahan bakar alternatif yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan (biodiesel).

Dan, jarak pagar (Jatropha curcas) salah satu tumbuhan yang paling digaungkan sebagai energi alternatif biodiesel di Indonesia. Banyak pihak yang mengklaim telah melakukan pengembangan dan penelitian tentang bahan bakar yang bersumber dari biji tanaman ini. Hingga akhirnya, permintaan terhadap biji jarak sempat melambung, harga biji jarak pun mengalami peningkatan.

Setidaknya ada satu optimisme peluang pasar minyak jarak ini cukup terbuka dengan munculnya pernyataan Direktur Utama Pertamina yang menyebutkan, Pertamina siap menampung minyak jarak masyarakat untuk diproses lebih lanjut sebagai Biodiesel. Tak pelak lagi, pernyataan ini menarik minat banyak orang untuk membudidayakannya. Khaidar Aswan, salah seorang yang melirik peluang tersebut.

Tokoh masyarakat yang berdomisili di kawasan Batangkuis, Deliserdang ini pun membudidayakan tanaman jarak. Tak tanggung-tanggung biaya yang dikeluarkannya. Ia tak hanya mempersiapkan lahan untuk budidaya tanaman jarak, pemimpin BMT Dirgantara ini juga sibuk mencari informasi tentang teknologi yang berkaitan dengan industri pengolahan biji jarak.

Dari mesin pembuka kulit biji jarak, hingga kompor berbahan bakar biji jarak. Khaidar bahkan sempat memesan kompor berbahan bakar biji jarak dari salah satu daerah di Pulau Jawa.

Kompor tersebut rencananya dijadikan contoh untuk membuka industri kompor biji jarak di Kota Medan. Namun alih-alih ingin membuka usaha kompor berbahan bakar biji jarak, seiring dengan kembali normalnya pasokan BBM, cerita tentang program pembudidayaan biji jarak pun makin meredup.

Tinggallah Khaidar dan petani biji jarak lainnya yang kebingungan dengan keberadaan biji jaraknya. Apalagi hasil panen jarak yang dibudidayakan Khaidar cukup besar, yakni di atas lahan 10 hektar.

"Rencana awalnya biji jarak hasil panenan itu sebagian akan saya jual, karena kalau pakai sendiri pasti nggak habis. Namun rencana tinggal rencana, hasil panen saya tak ada yang beli. Kalau pun ada harganya sangat murah, tak seperti yang dijanjikan tempo hari," aku Khaidar.

Menurutnya, jatuhnya harga jarak disebabkan karena tak ada industri yang mau menampung biji jarak. Hal ini, karena memang tak ada kepedulian pemerintah dalam mengembangkan industri biji jarak. "Pemerintah tak serius, padahal biji jarak sangat potensial dikembangkan sebagai sumber energi alternatif," ungkap Khaidar.

Dijelaskannya, pembuktian minyak jarak pada mesin sudah diujicoba. Menjelang pertengahan tahun 2004 lalu, DaimlerChrysler, salah satu perusahaan otomotif terkemuka, berhasil mengujikan penggunaan bahan bakar BTL (Biomass to Liquid) pertama di dunia pada mobil Mercedes-Benz seri C (Mercedes-Benz C 220, red) menempuh jarak 5.900 km dalan kondisi lingkungan yang ekstrim di India.

"Bahan bakar tersebut kemudian diberi nama dagang SunDiesel, diperoleh dari minyak jarak dan merupakan salah satu program DaimlerChrysler dalam mengembangkan Biodiesel,"papar Khaidar.

Diterangkan Khaidar, pengembangan minyak dari tanaman jarak melalui pendekatan ilmiah di Indonesia, dipelopori oleh Dr Robert Manurung dari Institut Teknologi Bandung (ITB) sejak tahun 1997 dengan fokus ektraksi minyak dari tanaman jarak. Sejak tahun 2004 lalu, penelitian ini mendapat dukungan dari Mitsubishi Research Institute (Miri) dan New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO) dari Jepang.

Akibat ketidak seriusan pemerintah dalam menjalankan program ini, Khaidar pun harus menelan kerugian yang tak sedikit. Tak hanya materi, namun juga tenaga dan pikiran. Saat ini Khaidar mengaku enggan membahas masalah tanaman jarak. Ia mengaku sedikit "patah hati" akibat tanaman jarak tersebut.

"Bukan dari segi materi yang buat saya kecewa. Bagi saya untung rugi dalam berusaha itu biasa, tapi yang buat saya kecewa adalah sikap pemerintah yang tak jelas. Banyak pihak yang jadi korban," aku Khaidar. (MB)

1 komentar:

  1. Bapak Khaidir dan rekan-rekan petani jarak, jangan putus asa, mari kita usahakan bersama-sama, dan kita buat minyak jarak. Penjualan insya allah tidak ada masalah.
    Silahkan hubungi saya H. SARDJANA GODJALI, HP.0818845815 silahkan SMS, Email: sgodjali@yahoo.com.
    Semoga bermanfaat semua pihak.

    BalasHapus