Dumai. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Riau di Pekanbaru menyatakan bahwa pada Juni hingga awal September 2011, seluruh wilayah Riau mulai memasuki musim kemarau kering sehingga rawan kebakaran hutan dan lahan.

"Ancaman kebakaran lahan tahun 2011 ini cukup tinggi karena datangnya musim kemarau kering pada Juni hingga September. Upaya dini mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan oleh pemerintah daerah sebaiknya dilakukan dari sekarang," kata Analis BMKG Riau, Marzuki, kepada ANTARA News di Kota Dumai, Kamis.

Sepanjang Juni tahun ini, katanya, pembentukan awan hitan atau awan penghujan di seluruh wilayah Riau cendrung minim, sehingga potensi hujan tidak begitu tinggi.

Jika dilihat dari pergerakan angin yang mendorong pergerakan awan penghujan, ia mengemukakan, maka dalam beberapa hari ke depan cenderung bergerak ke Riau bagian utara dan selatan.

Meski demikian belum tentu menyulut datangnya hujan pada daerah-daerah yang dilintasi, kata dia. Kalau pun ada, ia menilai, intensitasnya ringan hingga sedang dan tidak terfokus pada satu wilayah. Memasuki musim kemarau kering tahun ini, sebaiknya masyarakat meningkatkan kewaspadaannya dengan tidak membuka lahan baru dengan cara membakar, katanya.

Aktivitas membakar lahan, menurut Marzuki, selain meningkatkan jumlah titik bara api (hotspot), juga sangat berpotensi menyulut suhu udara meningkat hingga berada di atas normal.

"Seperti yang terjadi beberapa bulan lalu, tepatnya kalau nggak salah pada bulan Februari 2011, di mana suhu udara di seluruh wilayah Riau termasuk Kota Dumai sempat mencapai 35-36 derajat Celsius. Kondisi ini jauh diatas normal suhu udara Riau yang hanya berkisar 32-33 derajat Celsius," katanya.

Kepala Bidang Kehutanan pada Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kota Dumai, Hadiono menjelaskan bahwa guna mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan di wilayahnya, dia bersama pihak-pihak terkait seperti Kantor Lingkungan Hidup dan sejumlah masyarakat peduli api terus berupaya menggencarkan sosialisasi tentang dampak pembakaran lahan.

"Upaya ini kita lakukan bersama-sama. Khusus pemantauan lapangan, kita berkoordinasi dengan masyarakat peduli api dimasing-masing kecamatan," jelasnya.

Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Dumai H Basri menambahkan, hingga pertengahan tahun 2011 tercatat telah terjadi lebih dari 10 kali insiden kebakaran lahan yang mengakibatkan kemunculan kabut asap di Kota Dumai.

Kondisi itu, kata dia, diperburuk lagi dengan banyaknya perusahaan atau industri di Dumai yang terbukti tidak disiplin dalam pengelolaan limbah udara sehingga pencemaran udara semakin mengkhwatirkan.

"Agar mengurangi tingkat polusi udara di Dumai, kita terus melakukan evaluasi dan verifikasi di lingkungan perusahaan dan industri," katanya.

"Mereka yang terbukti kurang efektif dalam pengelolaan limbah udara, kita tegur dan diminta untuk memperbaiki sistem pembuangannya," ujar Basri menambahkan.(ant)