Semarang. Menteri Pertanian Suswono mengaku tidak khawatir dengan rencana Australia yang akan menghentikan ekspor sapi potong karena dugaan penyiksaan sapi di rumah pemotongan hewan (RPH).

"Kalau mereka (Australia, red.) memang mau menyetop silakan, masih ada pilihan negara-negara lain yang mau ekspor sapi," katanya, usai Peringatan Hari Susu Nusantara 2011, di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jateng, Sabtu.

Menurut dia, dugaan adanya RPH yang tidak memenuhi "animal welfare" (kaidah kesejahteraan hewan) hingga melakukan penyiksaan terhadap sapi sebelum disembelih memang perlu dibuktikan benar atau tidaknya.

Saat ditanya adanya tayangan video penyiksaan sapi yang diputar di Australia, ia mengatakan masih perlu dibuktikan kebenarannya, dan hal itu menjadi masukan yang sangat berharga untuk membenahi RPH-RPH yang ada.

Ia mengatakan kalaupun ternyata ada satu-dua RPH yang berlaku semacam itu terhadap hewan, tentunya tidak bisa digeneralisasi terhadap seluruh RPH sampai memutuskan kegiatan ekspor sapi yang selama ini berjalan.

"Keberadaan RPH-RPH ini menjadi kewenangan penuh pemerintah daerah, karena itu kami meminta pemda-pemda untuk aktif mengawasi kegiatan pemotongan hewan di RPH agar sesuai dengan kaidah yang ditetapkan," katanya.

Untuk rencana Australia yang akan menghentikan ekspor sapi ke Indonesia, ia mengatakan tidak perlu ditanggapi dengan penuh kekhawatiran dan akan membicarakan persoalan itu dengan pemerintah Australia dalam waktu dekat.

Ia mengakui Indonesia pernah negara pengekspor sapi ke negara-negara lain, termasuk ke Hong Kong sekitar tahun 1976, namun mulai 1990 Indonesia justru menjadi negara yang mengimpor sapi dari negara lain.

"Indonesia mengimpor pertama kali sekitar 18 ribu ekor sapi pada 1990, sampai sekarang yang mencapai 500-600 ribu ekor. Namun, impor ini hanya dilakukan untuk menutup kekurangan daya dukung pasokan dalam negeri," katanya.

Karena itu, kata dia, pemerintah akan menghitung kembali daya dukung ternak dalam negeri, terutama sapi, mengingat saat ini dilakukan sensus ternak untuk mengetahui berapa kekurangan yang perlu dicukupi melalui impor.

"Kalau tingkat konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia selama ini berkisar dua kilogram/kapita/tahun. Kami menargetkan pada 2014 mendatang volume impor sapi menjadi hanya 10 persen," kata Suswono.