Selasa, 03 Mei 2011

Berita Pertanian : Petani Hindari Tanaman Monokultur







KEDIRI. Kalangan petani memilih menghindari tanaman monokultur walaupun sekarang ini merupakan pilihan terbaik untuk menanam padi karena iklim yang kondusif.

Penanaman yang bervariasi bermanfaat untuk memutus mata rantai hama padi, memeliharan kemuliaan tanah, dan untuk mencegah kelebihan produksi yang berdampak hancurnya harga.

Menurut keterangan yang dikumpulkan Kompas di daerah lembah Sungai Brantas, Jawa Timur, yang merupakan kawasan pertanian andalan , Selasa (3/5/2011), sebenarnya sekarang ini sangat bagus untuk tetap menanam padi karena curah hujan masih cukup, di samping dukungan irigasi teknis. Tetapi kalau semua ditanami padi, dikhawatirkan akan terjadi kesinambungan organisme penyakit tanaman (OPT) seperti wereng, tungro, tikus.

"Sebenarnya tanaman yang terbaik sekarang ini padi. Kalau ditanami polowijo, cabe, sayur, kurang bagus karena curah hujan masih tinggi. Tetapi kalau tetap ditanami padi, tanah akan semamkin lembab sehingga kemuliaannya tidak terpelihara. Tidak memutus mata rantai hama karena cara terbaik memutus OPT itu hanyalah dengan tanaman berseling," kata Mat Khunaini, petani Gurah, Kabupaten Kediri.

Mujito, petani asal Pare, Kabupaten Kediri mengaku, memiliki tanah 1,5 hektar. Yang satu hektar ditanami tebu yang akan ditebang bulan Agustus mendatang, sebagian lagi ditanami berseling padi, satur sawi dan cabe.

"Kalau saya tanami tebu semua, selama setahun berarti saya tidak ada penghasilan. Kalau padi semua, kalau ada serangan wereng, kerugian bisa sangat besar. Dengan tanaman berseling begini kalau ada kerugian pilih tanaman, masih ada yang diharapkan," katanya.

Selain menghindari tanaman monokultur, kalangan petani juga menghidari penanaman serentak. Misalnya di Desa Banjararum, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang. Di desa itu ada padi yang baru tanam, ada yang sudah bunting, ada yang menguning dan malah ada yang panen.

Cara tanam demikian, di samping untuk menyiasati kekurangan tenaga kerja, juga agar kalau ada serangan hama tidak terkena semua. "Kalau panen padi atau kedelai secara serentak, harga bisa hancur. Sebaliknya kalau yang panen sedikit-sedikit, harganya bisa terkendali," kata Salamun, petani setempat.

Suwono, peneliti pada Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian, Malang melihat, cara petani menghindari tanaman monokultur dan menanam serentak itu sangat inovatif. Petani sudah memasukkan pertimbangan pasar dalam berbudidaya pertanian, tidak semata-mata pertimbangan subsistensi.

"Saya kagum melihat petani di lembah Sungai Brantas, khususnya daerah Kediri. Mereka sangat cerdas dan inovatif, baik memilih jenis tanaman maupun pembudidayaannya. Misalnya, sebelum m emutuskan memilih jenis tanaman tertentu, melakukan survei di daerah lain agar tidak terjembak kelebihan produksi," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar