Selasa, 24 Mei 2011

Salak Indonesia Diekspor ke China



SEBUAH berita gembira kepada petani salak Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, tiap minggu jumlah buah salak dari Indonesia mendarat di China mencapai 12 ton, yang selama ini rata-rata tercatat delapan ton lebih per-minggu.

Terlepas dari penggunaan buah salak di daratan China antara lain karena dianggap dapat meningkatkan "libido lelaki", namun bagi eksportir Indonesia, hal terpenting adanya salah satu komoditi buah-buahan dari Indonesia yang mendapat tempat dalam pasar di China. Kabar gembira ini diharapkan akan menggugah para pemilik kebun salak di Tanah Air untuk terus melakukan penanaman salak. Atau, jika sudah berproduksi, agar senantiasa melakukan pemeliharaan yang maksimal, supaya hasilnya makin meningkat termasuk kualitas buah, teristimewa rasanya.

Meski demikian, dua hal patut digarisbawahi yang terkait ekspor buah salak yakni: Pertama, mengenai kemampuan memenuhi jumlah yang dipesan importir China yang disepakati. Untuk hal ini, eksportir diharapkan menjalin kerjasama yang erat dengan petani buah salak di berbagai daerah. Terdapat beberapa sentra penghasil buah salak terkenal dengan mutu cukup baik, seumpama dari kawasan Padangsidimpuan (Tapanuli Selatan) Sumatera Utara, dari Pulau Bali juga Jawa Barat dan sebagainya. Kesepakatan antara eksportir dengan petani buah salak sangat penting, guna menjaga atau menjamin persediaan (stock) buah salak yang akan dikirim ke China. Ketidakmampuan dalam pemenuhan jumlah yang tercantum dalam perjanjian antara eksportir dan importir, akan melahirkan ketidakpercayaan importir dan ini berakibat tidak baik dalam hubungan bisnis.

Kedua, terkait mutu buah salak. Termasuk dalam hal ini citarasa. Ini penting, sebab akan turut mempengaruhi lidah konsumen maupun hasil akhir dalam proses untuk dijadikan sirop atau aneka produk lain dengan bahan baku buah salak tersebut. Kualitas buah salak tentu erat hubungannya dengan proses penanaman sejak dari pembenihan/pembibitan, pemeliharaan perawatan hingga panen dalam usia yang cukup, bukan dipetik mentah. Jangan terjadi prilaku curang seumpama panen awal sebelum waktu, hanya untuk mengejar angka ekspor, tetapi mengabaikan bahkan tidak peduli mengenai mutu buah salak. Begitu pula sisi pengepakan (pengemasan) secara khusus untuk mempertahankan kualitas buah selama dalam perjalanan dari Indonesia ke China, hingga sampai ke konsumen.

Sesungguhnya, dampak positif atas ekspor buah salak ini akan melebar ke sejumlah buah-buahan lainnya. Indonesia yang kaya dengan bermacam buah-buahan, diharapkan dapat mengikuti jejak buah salak yang memasuki pasar luar negeri. Guna perluasan ekspor terhadap buah-buahan lainnya diperlukan kerjasama dan perhatian instansi terkait, pelaku bisnis serta para petani buah-buahan. Dalam era pasar bebas dewasa ini yang makin mengglobal, hubungan dagang bilateral antar negara yang dilakukan antar pemerintah (government to government atau G to G) dapat pula diselenggarakan melalui jalur bisnis (business to business atau B to B).

Berbagai bentuk kontak-kontak bisnis dapat diwujudkan. Tentu kemampuan dalam "networking" sektor ini sangat menjadi salah satu faktor penentu terwujudnya ekspor buah-buahan ke mancanegara. Jadi "link" yang sudah ada sepatutnya dimanfaatkan secara maksimal, sehingga perdagangan antar negara makin berkembang yang mencakup berbagai komoditas. Kalau begitu, keberhasilan ekspor buah salak kiranya dapat menyentuh buah-buahan lainnya. Mari kita lakukan bersama, karena selain diyakini dapat meningkatkan pendapatan rakyat, juga akan menambah devisa negara. Mari meningkatkan produksi buah salak untuk konsumsi dalam negeri, sekaligus untuk ekspor. Pada saat bersamaan, ekspor jenis buah-buahan lainnya juga akan dapat dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar