Bali. Sektor perikanan dinilai menjadi satu sektor yang penting bagi terciptanya ketahanan pangan global yang saat ini bertumpu pada hasil pertanian, kata pejabat.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Prof.Dr.Ir. Indroyono Soesilo,MSc yang sedang mencalonkan diri sebagai kandidat Direktur Jenderal Badan PBB untuk Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menekankan hal tersebut ketika membawa delegasi konferensi tingkat menteri Gerakan Non Blok (GNB) dalam kunjungan lapangan ke Stasiun Riset dan Monitor Tuna Pelabuhan Benoa, Bali.

"Bicara tentang keamanan pangan, orang selalu bicara tentang peningkatan produksi. Saya menawarkan untuk mengangkat perikanan sebagai sumber pangan lain yang belum mendapatkan perhatian maksimal," ujarnya di sela-sela kunjungan.

Indonesia sebagai negara kepulauan disebut Indroyono belum memanfaatkan sumberdaya kelautannya secara maksimal, begitu juga banyak negara perairan lainnya.

Pemanfaatan sumberdaya laut dikatakan Indroyono harus memperhatikan tiga hal yaitu pengawasan penangkapan ikan, budidaya perairan dan pengolahan makanan hasil laut yang memadai.

Dengan semakin terbatasnya lahan yang digunakan untuk perumahan, Indroyono yakin ketahanan pangan global akan bergeser ke produk pangan asal laut.

Stasiun Riset dan Pengawasan Tuna di Benoa didirikan pemerintah sejak menjadi anggota penuh Komisi Tuna kawasan Perairan Hindia (IOTC/ Indian Ocean Tuna Commission) untuk mengumpulkan data dan informasi terkait bagi pemanfaatan periodik tuna.

"Adanya badai seperti El Nino akan menyebabkan adanya krisis ikan di daerah tertentu dan surplus di daerah lainnya. Untuk inilah pusat informasi semacam ini dibutuhkan untuk dapat saling bertukar informasi antar negara," papar Indroyono.

Para anggota delegasi GNB juga mengunjungi Pusat Informasi Mangrove Bali di Benoa, Denpasar karena lahan mangrove juga termasuk dalam salah satu budidaya perairan yang masih dapat terus dimaksimalkan.

Hutan mangrove merupakan habitat dari berbagai vegetasi dan hewan laut yang banyak diantaranya dapat dikonsumsi.

Pusat Informasi Mangrove Bali yang didirikan tahun 2003 atas bantuan dana dari Japan International Cooperation Agency (JICA) itu berada diatas lahan seluas 200 hektar dan berfungsi untuk tempat penelitian dan perlindungan hutan mangrove.

Beberapa jenis hewan yang dapat dikonsumsi dari hutan mangrove itu antara lain ikan, udang, tiram dan kepiting.

Sedangkan kayunya juga dapat digunakan sebagai bahan bakar, bahan bangunan, bahan baku kertas dan beberapa jenis mangrove dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan.

"Akar mangrove juga bisa menahan tanah dan menahan gelombang jika terjadi pasang atau tsunami untuk mengurangi dampak kerusakan," ujar Indroyono