Senin, 02 Mei 2011

Berita Pertanian : Penurunan Harga Pangan Dorong Deflasi

JAKARTA. Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan menyebutkan deflasi terjadi pada April dengan angka sebesar 0,31%. Deflasi terjadi karena penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,9%.

"Deflasi 0,31%. Nyaris sama dengan deflasi yang terjadi di bulan lalu (sebesar) 0,32%," ujar Rusman dalam konferensi pers, Senin (2/5), di Jakarta.

Secara keseluruhan, inflasi tahun kalender Januari-April 2011 sebesar 0,39%. Sedangkan laju inflasi year-on-year sebesar 6,16%.

Menurut Rusman, untuk inflasi inti, pada April 2011 mengalami inflasi sebesar 0,25%. Sedangkan, laju inflasi inti year-on-year April 2011 terhadap April 2010 , mencapai 4,62%.

"Dalam 3 bulan (ini) memang sekali lagi ya apa inflasi umum masih lebih rendah dari inflasi inti. Tetapi jika dalam hitungan yoy, inflasi umum masih lebih tinggi," jelasnya.

Sumbangan deflasi terbesar adalah bawang merah yang harganya turun 0,31% yang dan menyumbang deflasi 0,13%. Cabai merah dan cabai rawit menyumbang deflasi 0,11%. Daging ayam ras menyumbang deflasi 0,03%.

Ia menyebutkan, dari deflasi 0,31%, komoditas bahan makanan menyumbang 0,48%. Dalam hal ini, komoditas bahan makanan ini menjadi satu-satunya kelompok pengeluaran rumah tangga yang mengalami deflasi yang mencapai 1,9%.

"Sepanjang April tetap terjadi kenaikan terhadap kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang harganya naik 0,02%. Kemudian kelompok perumahan dan air juga mengalami kenaikan harga 0,2%," jelasnya.

Dalam komoditas bahan makanan, sumbangan tiga terbesar terhadap deflasi berasal dari bawang merah yang menyumbang 0,13% dari 0,31%. Sedangkan, cabai merah dan cabai rawit masing-masing menyumbang 0,11%.

Ia pun menyebutkan, emas perhiasan menjadi penyumbang inflasi satu-satunya yang cukup signifikan sebesar 0,05% dari 0,31% deflasi.

"Jadi kalau emas perhiasan tidak meningkat harganya, katakan nol. Tentu deflasi yang dialami itu juga akan lebih besar lagi," sebutnya.

Di sisi lain, penundaan sejumlah kebijakan pemerintah, seperti kebijakan pengaturan BBM memberikan kondisi yang positif terhadap inflasi.

Dari 66 kota IHK, hanya 9 kota yang mengalami inflasi. Ternate menjadi yang tertinggi dengan 0,52% dan Palangkaraya dengan 0,05%.

"Nah, hampir semua kota mengalami deflasi. (Sebanyak) 57 kota mengalami deflasi, 9 kota mengalami inflasi," sebutnya.

Di mana deflasi tertinggi ada di Jambi dengan minus 1,57%, diikuti oleh Palu (1,47%) dan Pematang Siantar (1,47%).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar