Senin, 11 April 2011

Peluang Usaha Pertanian : PELUANG BISNIS TOKO OBAT HERBAL

Omzet bisnis dari toko herbal tidak pahit

Obat herbal
dipercaya tidak memiliki efek samping bagi yang mengkonsumsinya. Itulah sebabnya, masyarakat Indonesia semakin melirik produk herbal sebagai alternatif pengobatan. Gerakan go green juga membuat toko herbal kebanjiran permintaan. Salah seorang pengusaha toko herbal mampu mengantongi omzet Rp 42 juta walau baru tiga bulan membuka bisnisnya.

Minat masyarakat Indonesia dengan produk herbal semakin tinggi. Itulah sebabnya, saat ini banyak bermunculan toko herbal yang menjual berbagai macam produk herbal seperti produk kesehatan, kecantikan, dan stamina.

Seperti yang dilakukan Pracoyo Wiryoutomo dengan mendirikan Insani Moslem Store di Bekasi pada Februari 2011. Ia menjual sekitar 100 jenis produk, seperti madu, minyak zaitun, habbatussauda alias jintan hitam, dan jahe merah. "Yang paling laris madu dan habbatusauda," kata Pracoyo.

Madu yang dijualnya juga terdiri dari berbagai macam jenis, seperti madu anak, madu hutan, madu batuk dan madu timur tengah. Harga madu bervariasi antara
Rp 40.000 sampai Rp 120.000 untuk madu timur tengah. Madu yang berguna untuk menjaga kesehatan itu, memiliki nilai jual lebih mahal jika tingkat kekentalan tinggi namun kadar glukosa makin rendah.

Adapun habbatussauda berbentuk bubuk, cairan fermentasi dalam kapsul. Produk ini tengah naik daun apalagi setelah ada iklan Hobbat yang dibintangi Dedy Mizwar terus diputar di layar televisi. Umat Islam percaya bahwa habbatussauda mampu menyembuhkan segala penyakit.

Pracoyo menjual habbatussauda seharga Rp 45.000 untuk botol berisi 50 kapsul. Harga ramuan jintan hitam isi 30 kapsul Rp 38.000.

Walau lebih populer dikalangan umat Islam, konsumen produk herbal Pracoyo juga banyak dari kalangan nonmuslim. Menurutnya, dulu konsumen utama toko herbal adalah orang-orang yang mengikuti pengajian dan mengetahui kegunaan madu dan habbatussauda. "Sekarang, karena gerakan kembali ke alam, konsumennya banyak juga yang nonmuslim," katanya.

Gerakan go green juga turut mendukung perkembangan toko herbal di Indonesia. Apalagi produk herbal memang dipercaya lebih ramah lingkungan dan tidak menimbulkan efek samping seperti ketergantungan. "Tidak mengandung bahan kimia sama sekali," katanya meyakinkan.

Tak salah jika dari toko herbalnya, Pracoyo mampu memperoleh omzet besar. Jika pada bulan-bulan pertama tokonya dibuka omzetnya hanya mencapai Rp 21 juta. Saat ini, setelah tiga bulan berjalan, omzet Pracoyo melonjak menjadi Rp 42 juta. Dengan margin keuntungan sebesar 30%, pundi-pundi kekayaan Pracoyo semakin tebal.

Untuk mengembangkan usaha toko herbal, Pracoyo berniat menawarkan kemitraan. Dengan biaya Rp 3 juta, calon mitra hanya perlu menyiapkan etalase dan tempat usaha. "Saya yang akan menyuplai produk herbal dan memberikan supervisi. Minggu depan sudah ada yang buka di Ciracas," katanya.
Ia mengatakan, keuntungan yang didapat akan dibagi dua dengan proporsi 1:4, seperempat bagian keuntungan untuk Pracoyo.

Selain Pracoyo ada juga Zhakiah yang memiliki toko Marwa di Semarang, Jawa Tengah. Sejak pertengahan tahun tahun 2008, Zhakiah menekuni usaha penjualan produk herbal ini.

Ia tertarik menjual produk herbal setelah setelah fokus pada penjualan perlengkapan baju muslim, perlengkapan haji serta oleh-oleh haji. "Penjualan obat herbal pada saat itu masih sedikit, hanya madu, habbatussauda, sari kurma dan minyak zaitun," katanya.

Namun, melihat potensi yang besar maka saat ini Zhakiah lebih memilih mengembangkan usaha obat herbal. Apalagi setelah dia sadar bahwa permintaan pasar untuk produk herbal terus meningkat.

Dari seluruh penjualan toko Marwa, Zhakiah mampu mengantongi omzet Rp 80 juta-Rp 150 juta per bulan. Nilai omzet itu paling besar disumbang dari penjualan produk herbal. Ia yakin ke depan, produk herbal akan semakin diminati, sebab, "Sudah banyak masyarakat yang merasakan khasiat obat herbal," katanya.

Zhakiah mendatangkan berbagai produk herbal tersebut, dari Semarang, Solo, Jakarta, Bogor, Surabaya, Madura, dan Bandung. Karena harganya bersaing, konsumen Marwa tidak hanya perseorangan, tapi juga datang dari agen grosir. Pembeli grosir toko Marwa bahkan bisa mencapai 50% dari seluruh pelanggan yang datang ke tokonya.(kontan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar