Jumat, 29 April 2011

Berita Pertanian : Waspadai Serangan Hama Wereng











JAKARTA
. Kementerian Pertanian mengingatkan perlunya mewaspadai serangan hama wereng coklat pada tanaman padi yang kemungkinan melanda kembali.

Dikatakan, berdasarkan ramalan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kondisi tahun ini akan sama dengan 2010. Tahun lalu terjadi ledakan serangan hama wereng pada akhir Desember.

"Antara musim kemarau dan penghujan jika perbedaannya musim panas dan dingin sangat jelas maka akan timbul hama wereng, oleh karena itu harus diwaspadai," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian Haryono di sela Rapat Kerja Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian di Jakarta, Jumat (29/4).

Meski demikian, Haryono menyatakan, kemungkinan serangan hama wereng pada tahun ini diperkirakan lebih rendah dibanding tahun lalu, apalagi terlihat di sejumlah sentra produksi padi di kawasan Pantai Utara Jawa Barat, seperti Sukamandi dan Ciasem Subang tidak sebesar 2010.

Menurut dia, walaupun intensitas serangan hama wereng diperkirakan tidak akan setinggi tahun lalu, namun pihaknya tetap melakukan langkah-langkah antisipasi untuk menanggulanginya, antara lain dengan pelatihan tenaga Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT).

Tahun ini, lanjutnya, akan ditempatkan seribu petugas POPT di seluruh daerah endemik serangan hama wereng di sentra-sentra produksi padi, antara lain tujuh kabupaten di Jawa Tengah sebanyak 700 tenaga POPT, Kabupaten Lamongan Jawa Timur dan Sukamandi Subang Jawa Barat masing-masing 400 orang.

13 Hektare Lahan Padi Terserang Hama Wereng Coklat

Areal padi di lima kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, diserang hama wereng batang coklat. Akibatnya produktivitas menurun dan kualitas padi pun buruk.

Lima kecamatan tersebut adalah Candimulyo, Dukun, Salam, Ngluwar, dan Muntilan.

"Dari 29 hektare (ha) tanaman padi milik kelompok tani, sekitar 13 ha di antaranya telah terserang hama wereng ini sehingga mengalami penurunan produksi antara 80-90 persen. Sebagian bahkan telah gagal panen," kata Ketua Kelompok Tani Sido Luhur, Desa Tersangede, Kecamatan Salam, Sudiwiyatno, Kamis (28/4).

Menurutnya, jika biasanya setiap satu hektare tanaman menghasilkan antara enam hingga tujuh ton padi, saat ini berkurang drastis. Satu hektare tanaman hanya mampu berproduksi sekitar satu hingga dua ton saja. Kondisi ini mulai dirasakannya sejak dua bulan terakhir.

Nasib malang menimpa Yono, petani lainnya di desa itu. Dari sekitar 0,5 ha areal padi yang seharusnya tinggal menunggu panen malah puso lantaran diserang hama ini. "Mau bagaimana lagi, saya hanya bisa pasrah. Semua tanaman mengering karena cairannya dihisap wereng coklat," ujarnya.

Petugas Pengamat Hama dan Penyakit Tanaman Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jateng untuk Wilayah Magelang Pratondo, mengatakan, berkembangnya hama wereng coklat ini dipicu musim hujan berkepanjangan.

"Lantaran air tersedia cukup banyak, membuat petani terus-menerus menanam padi. Padahal biasanya diselingi cabai maupun tembakau. Siklus menanam padi yang terus menurus ini menimbulkan serangan organisme pengganggu tanaman seperti tikus dan tungro," kata Pratondo.

Dikatakan, hingga Maret 2011 tercatat sudah 11,81 ha areal padi di wilayah Magelang yang terserang wereng. Sedangkan pada minggu pertama April justru berkurang menjadi 8,5 ha. Namun luasan yang terancam serangan hama ini meluas dari 101 menjadi 128 ha.
Penanaman Padi Hibrida Merosot

Kementerian Pertanian mengungkapkan penanaman padi hibrida tahun ini mengalami penurunan dari 300 ribu hektare pada 2010 menjadi 298 ribu hektare 2011.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian Haryono di Jakarta, Jumat (29/4) mengatakan, penurunan luas tanam tersebut disebabkan adanya penolakan oleh petani di sejumlah daerah terhadap padi hibrida akibat serangan hama wereng.

"Pada awalnya target penanaman 400 ribu hektare. Kemarin hibrida sedikit turun karena hibrida memang tidak untuk tahan wereng. Selama ini hibrida untuk meningkatkan produktivitas," katanya.

Menurut dia, beberapa wilayah yang mengalami penurunan penanaman padi hibrida seperti Jawa Barat dan Jawa Timur yang selama ini dikenal sebagai sentra produksi padi.

Meski demikian, lanjutnya, untuk provinsi Jawa Timur penanaman padi hibrida tetap paling luas karena respon petani terhadap benih padi tersebut cukup baik.

Haryono mengatakan, untuk mengantisipasi serangan hama wereng maka Badan Litbang telah mengembangkan padi hibrida yang tahan serangan wereng antara lain HIPA Jatim 1 dan HIPA Jatim 2 yang rencananya akan dilepas pada 2012.

Selain tahan serangan wereng ataupun organisme pengganggu tanaman (OPT), menurut dia, benih padi hibrida hasil kerja sama Badan Litbang Pertanian dengan Pemda Jawa Timur itu memiliki potensi produktivitas hingga 12 ton per ha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar