Jumat, 29 April 2011

Berita Pertanian : TNI Sediakan 50.000 Hektare Lahan Tidur untuk Pertanian

Medan. TNI Angkatan Darat akan memberikan sekitar 50.000 hektare lahan tidur untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian guna mendukung ketahanan pangan dan mewujudkan petani sejahtera.
Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI George Toisutta mengatakan, prajurit TNI siap membantu pengembangan pertanian dengan menyediakan lahan tidur yang dimiliki tentara. Kondisi pertanian yang sekarang ini sedang dilanda pemanasan global tentu perlu strategi khusus dan kerja sama seluruh pihak termasuk TNI untuk memperkuat ketahanan pangan.

"Sedikitnya 50.000 hektare lahan tidur yang dimiliki TNI bisa dimanfaatkan untuk menambah luas lahan pertanian di seluruh Indonesia," ujarnya pada acara Rakernas Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) I dan HUT ke-38 HKTI, Rabu (27/4) di Balai Citra, Tiara Hotel, Medan.

Dikatakannya, lahan non-produktif itu akan diberikan kepada petani sesuai dengan tujuan TNI yang ingin mewujudkan industri pertanian nasional yang mapan, maju dan modern. "Dengan pengembangan lahan diharapkan produksi juga bisa meningkat sehingga bisa sama dengan negara lain yang produksinya mencapai 20 ton per tahun sehingga petani bisa sejahtera,” ucapnya.

Seluruh lahan tersebut, lanjut dia, harus dimanfaatkan hingga tingkat desa. Jangan sampai terhenti pada tingkat pusat saja sehingga tujuan mewujudkan petani yang makmur dan berdaulat tidak tercapai.

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Bayu Krisnamurthi mengatakan, bicara pertanian bukan hanya soal impor dan ekspor. “Meskipun selama ini kita masih mengimpor produk pertanian dengan nilai total US$ 12 miliar, namun perlu diketahui Indonesia juga mengekspor produk yang sama dengan nilai lebih tinggi yakni US$ 15 miliar. Jadi perlu diketahui bahwa perdagangan kita sudah cukup bagus,” katanya.

Ke depan, lanjut Wamentan, hal yang perlu ditingkatkan adalah keseimbangan perdagangan (balance of trade) sehingga Indonesia bisa memimpin pasar. Indonesia tidak bisa menghentikan impor karena akan berimbas negatif ke negara sendiri apabila negara lain juga menghentikan impor.

"Kalaupun Indonesia masih tetap mengimpor, hanya produk-produk strategis yang memang dibutuhkan. Jadi produk yang diimpor sesuai dengan kebutuhan dalam negeri," imbuhnya.

Daya saing produk dalam negeri harus bisa ditingkatkan. Tidak seperti sekarang ini pada umumnya produk pertanian yang dihasilkan tidak berdaya saing tinggi. Dapat dilihat dari kualitas, pengemasan yang masih rendah tetapi harganya mahal. “Tiga hal itu menjadi kunci sehingga pertanian bisa tumbuh berkelanjutan dan petani makmur. Kemandirian pangan yang harus dikedepankan terlebih dahulu,” ujarnya.

Sementara Menko Kesra Agung Laksono mengatakan, apabila kemandirian pangan yang merupakan bagian dari ketahanan pangan tercipta maka tingkat kesejahteraan masyarakat akan meningkat.

Saat ini, kata dia, penurunan tingkat kemiskinan hanya berkisar 0,8%. Ke depan harus ditingkatkan di atas 1% sehingga rata-rata penurunan tingkat kemiskinan pada 2014 sebesar 10%. “Kalau petani sudah mandiri maka daya beli juga meningkat yang menunjukkan tingkat kesejahteraannya juga meningkat,” katanya.

Ketua Umum DPN HKTI Oesman Sapta mengatakan, pihaknya menargetkan produksi padi di Indonesia bisa mencapai 15 ton per hektare sehingga petani lebih mandiri. Untuk mencapai itu kerja sama dengan berbagai pihak telah dilakukan khususnya kepada TNI.

Dengan kerja sama tersebut, pihaknya berharap target tersebut bisa tercapai, tidak hanya beras, tetapi juga jagung, kedelai, gula dan lainnya. Seluruh komoditas itu merupakan masalah pokok. “Kerja sama dengan TNI sudah dilakukan. Lahan tidur bisa dimanfaatkan tanpa sewa tapi bagaimana system detail-nya masih di susun oleh HKTI begitu juga teknologi dan petani dari HKTI,” tuturnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar