Selasa, 01 Maret 2011

Harga Anjlok, Petani Kol di Karo Merugi










Berastagi
. Para petani kubis (kol) di Kabupaten Karo mulai kesulitan untuk memasarkan hasil panennya, mengingat harga jual komoditas tersebut anjlok.
Salah seorang petani kol, Jokia Tarigan warga Kecamatan Simpang Empat ketika di temui wartawan, Minggu (27/2), di ladangnya mengatakan, tanaman kol yang dikelolanya sebanyak 7.000 batang yang siap panen hanya dihargai sekitar Rp 2,3 juta. Padahal ia sudah mengeluarkan biaya produksi mencapai Rp 3 jutaan mulai dari pembelian bibit, pestisida dan pemupukan sejak tanam hingga panen atau dalam waktu sekitar tiga bulan.

“Sebelum Imlek pembeli yang umumnya mempunyai gudang di Simpang Gurusinga Berastagi berani menawar Rp 800 per pokok. Kalau dikalkulasikan maka waktu itu tanaman saya ditawar Rp 5 juta.

Tetapi saya masih mempertimbangkan karena kol tersebut juga masih belum siap dipotong (dipanen). Tapi, sekarang saya harus rugi sekitar 2,5 juta karena harha kol anjlok. Sementara masa panen telah tiba dan beberapa dari kol mulai pecah dan layu,” lirihnya.

Tarigan mengatakan, selama ini para pedagang membeli kol petani untuk dikirim ke luar negeri seperti Singapura dan Malaysia melalui gudang penyimpanan. Tetapi sekarang para pedagang tersebut mengatakan harga turun drastis karena gudang tidak buka sekaitan dengan imlek atau tahun baru Cina.

Sementara itu, Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo melalui Kasi Perdagangan Dalam Negeri Sidarta Bangun ketika dihubungi, Senin (28/2) mengakui adanya penurunan harga sayur mayur termasuk harga kol. Namun, menurutnya hal itu wajar saja karena sifat pasar yang naik turun. “Petani kita memang begitu, jika harga turun mereka mengeluh tapi jika harga naik mereka diam,” ungkap Bangun tanpa memberikan solusi dalam mengatasi masalah petani tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar