Rabu, 17 Agustus 2011

Pakkat, Makanan Berbuka Sembuhkan Banyak Penyakit






DI bulan suci Ramadan, beragam makanan khas daerah untuk santapan berbuka puasa marak dijual di pinggiran jalan kota Medan. Salah satunya adalah pakkat, makanan khas asal Tapanuli Selatan.

Makanan yang menjadi incaran umat Islam sebagai menu berbuka puasa ini ternyata memiliki khasiat mengurangi angin di badan dan menghilangkan rasa haus. Panganan berbentuk mirip bambu kecil ini berasal dari pucuk tanaman rotan yang tumbuh liar di hutan dan tepi sungai.

Selain dapat menghilangkan rasa haus, pakkat juga dapat mengurangi angin bagi orang yang sedang mengalami masuk angin, juga menambah selera makan. Bisa juga untuk mengobati penyakit maag dan penyakit lainnya.

Sebelum menyantapnya, pakkat terlebih dahulu dibakar menggunakan batok kelapa selama lebih kurang 15 menit atau sampai pucuk rotan melembek. Kemudian, kulitnya dikupas dengan pisau, dagingnya berwarna putih itulah yang dapat disantap.

Selain bisa disantap langsung sebagai lalapan, pakkat dapat dimakan dengan anyang atau bumbu khas mandailing atau digulai. Bentuknya berlapis-lapis menyerupai rebung bambu.

Mengonsumsi pakkat lebih lezat dengan saus atau sambal cabai. Namun masyarakat, khususnya warga Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, merasa tidak afdol bila berbuka puasa tanpa menyantap pakkat.

Di daerah asalnya Tapanuli Selatan, selain dijadikan makanan pembuka saat berbuka puasa, pakaat merupakan makanan adat yang disantap pada upacara-upacara adat.

Ssetiap bulan puasa tiba, pedagang pakkat di Jalan Letda Sujono, Medan, mulai terlihat menjamur. Sebatang pakkat dijual dengan harga Rp5.000. Setiap hari, sekira 1.500 lebih batang pakkat habis terjual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar