Jumat, 26 Agustus 2011

Harga Komoditi Menjelang Lebaran

JAKARTA. Kamar Dagang dan Industri DKI Jakarta memperkirakan kenaikan harga barang kebutuhan pokok masih akan terjadi dalam sepekan menjelang Lebaran karena dipicu lonjakan biaya transportasi dan distribusi barang.

Ketua Umum Kadin Jaya Eddy Kuntadi mengatakan biaya transpotasi dan distribusi barang cenderung meningkat mencapai sekitar 10% pada menjelang Lebaran sehingga memicu terjadinya kenaikan harga jual barang kebutuhan pokok atau sembako.

“Ongkos jasa transportasi dan distribusi barang cenderung meningkat mengakibatkan konsumen harus membeli dengan harga mahal dan produk tersebut tidak bisa bersaing dengan produk sejenis dari luar negeri,” katanya di Jakarta hari ini.

Dia mengatakan dari 2 kali kunjungan kerjanya ke pasar induk sayuran dan buah Keramat Jati, Jakarta Timur selama bulan puasa Ramadan 2011 dapat menyimpulkan salah satu pemicu utama kenikan harga barang kebutuhan pokok adalah tingginya biaya transportasi dan distribusi komoditas tersebut.

Dampak dari tingginya biaya jasa transportasi dan distribusi barang tersebut, lanjutnya, harga komodias Indonesia kalah bersaing dengan produk sejenis dari impor, misalnya harga bawang Brebes Rp9.000 per kg di bawah harga bawang India hanya Rp5.000 per liter.

Menurut Eddy upaya untuk menekan harga barang kebutuhan pokok tersebut Kadin Jaya bekerja sama dengan Dinas Koperasi UKM dan perdagangan DKI Jakarta, bersama sejumlah pengsaha swasta telah menggelar pasar murah di 5 wilayah kotamadya.

Sementara itu Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan pemprov telah menggelar pasar murah yang terbukti cukup efektif membantu warga untuk memenuhi barang kebutuhan pokok dalam rangka menyambut Lebaran.


"Kami rutin melakukan operasi pasar dan menggelar pasar murah Ramadan untuk membantu warga dan sekaligus untuk mengendalikan harga pada menjelang Lebaran," ujarnya.

Dia mengatakan warga Jakarta seharusnya tdiak berkesan panik dengan membeli barang kebutuhan pokok secara berlebihan karena stoknya cukup melimpah di pergudangan milik pemprov.

Adapun stok beras untuk Jakarta mencapai 160.000 ton untuk memenuhi kebutuhan konsumsi warga hingga 86 hari ke depan, gula pasir 4.500 ton untuk 99 hari, minyak goreng tersedia 27.000 ton untuk kebutuhan selama 71 hari.

Selanjutnya tepung trigu sebanyak 75.000 ton dapat memenuhi keubutuhan stok untuk 71 hari ke depan, telur 3.340 ton untuk kebutuhan warga sekitar 6 hari, daging ayam tersedia 600.000 ekor untuk kebutuhan 6 hari.

Head of public affair PT Carrefour Indonesia Satria Hamid mengatakan telah mendistribusikan lebih dari 12.000 paket sembako, termasuk melalui pasar murah yang digerlar Kadin Jaya dan Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan DKI Jakarta selam bulan puasa Ramadan 2011.

“Paket sembako bersubsidi dari Carrefour dijual di Pasar Murah hanya Rp20.000 per paket, jauh di bawah harga normalnya mencapai Rp43.000 per paket, sehingga sangat membantu bagi sebagian warga pra sejahtera,” katanya.

Satria yang juga sebagai Ketua Komite Tetap Perdagangan Dalam Negeri Kadin Jaya mengatakan kegiatan Pasar Murah di 6 lokasi di lima wilayah kota Jakarta selain merupakan salah satu wujud kepedulian kalangan dunia usaha kepada warga pra sejahtera di Jakarta.


Harga Komoditas di Jateng Stabil


Hasil survei Tim Pemantauan dan Pengendalian Harga (TPPH) Jateng bersama dengan Pemprov Jateng, menunjukkan harga kebutuhan masyarakat stabil dan serta tidak ditemui adanya kendala pasokan barang.

Pemprov Jateng, yang terdiri dari Bank Indonesia, Dinperindag Jateng, BPS Jateng, Polda Jateng, Biro Perekonomian Setda Jateng dan Badan Ketahanan Pangan Jateng, dan TPPH melakukan survei ke delapan pasar utama di Jateng.

Delapan pasar utama di Jateng terdapat di delapan kota di Jateng, yaitu Semarang, Kudus, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Purwokerto, Purbalingga serta Surakarta.

"Dari hasil survei menunjukkan secara umum, sampai dengan minggu kedua Bulan Agustus harga masih stabil tapi pada minggu ketiga Agustus mulai terlihat adanya tren peningkatan harga komoditas karena ekspektasi pedagang," kata Arya Jodilistyo, atas nama Humas Kantor Bank Indonesia Semarang, melalui siaran pers yang dikirimkan ke Tribun Jogja, Kamis (25/8/2011).

Meski ada kenaikan harga-harga komoditas tujuh hari menjelang Lebaran, tapi kenaikan yang terjadi masih relatif wajar dan lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun lalu.

"Kami menghimbau kepada instansi terkait, untuk melakukan sosialisasi dan monitoring secara luas kepada masyarakat mengenai penetapan tarif angkutan Lebaran karena kenaikan tarif angkutan berpotensi memberikan sumbangan inflasi pada Agustus 2011," lanjut Arya Jodilistyo.


Harga Di Medan Keburu Sudah Naik

Upaya pemerintah dalam melakukan intervensi pasar untuk mengatasi kenaikan harga-harga kebutuhan pokok selama bulan Ramadhan dan menjelang Lebaran, dinilai terlambat dan tidak efektif karena harga-harga sudah keburu naik tinggi.

"Pemerintah sebenarnya melakukan intervensi pasar, tetapi tidak efektif karena harganya sudah keburu naik tinggi," kata ekonom nasional, Rizal Ramli, hari ini. Menteri Koordinator bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan pada Kabinet Persatuan Nasional era Presiden Abdurrahman Wahid ini mengatakan, kegiatan Lebaran merupakan kegiatan rutin yang seharusnya bisa diantisipasi. Karena memang kebutuhan dan permintaan makanan meningkat dibanding hari biasa.

"Harusnya bisa diperhitungkan, tetapi yang terjadi sekarang kenaikannya itu di luar kewajaran di atas kenaikan yang normal, karena banyak sekali kebohongan di dalam soal data-data produksi terutama pangan. Misalnya selalu digembar-gemborkan pangan naik seperti beras, kenyataannya tidak, akhirnya terpaksa dilakukan impor dua juta ton," katanya.

Sementara, lanjutnya, harga-harga kebutuhan pokok dan pangan lainnya sudah keburu naik. "Jadi walaupun ada antisipasi tetapi karena berdasarkan fakta-fakta produksi yang bohong akhirnya kaget-kaget sendiri dan akhirnya rakyat yang dirugikan karena harganya mengalami kenaikan di luar kewajaran," ujarnya.

Mengenai kebijakan pemerintah yang selama ini tidak ada lagi menetapkan harga-harga kebutuhan pokok selama menjelang Ramadhan dan Lebaran seperti dilakukan pada pemerintahan Soeharto, Rizal mengatakan, sebenarnya sudah banyak sekali kenaikan-kenaikan harga yang terlalu tinggi, mungkin mereka khawatir menceritakan apa yang terjadi sesungguhnya.

Seharusnya, kata Rizal, pemerintah memberikan data-data produksi dan permintaan dengan benar, jangan diisi dengan kebohongan. Kalau itu terjadi, semuanya bisa diperkirakan jauh hari sebelumnya, sehingga langkah-langkah antisipatif bisa dilakukan sehingga rakyat tidak dirugikan dengan kenaikan harga yang di luar normal.

Sementara itu analis ekonomi Sumut, Aldwin Surya, menyebutkan, harga beberapa komoditi seperti beras, cabai, sayur, buah sudah naik di tingkat petani. Hal ini disebabkan sarana produksi seperti bibit dan pupuk naik. Selain juga lahan makin sempit karena ada alih fungsi lahan untuk perumahan, ruko yang punya nilai lebih komersial.

Selain itu, biaya produksi dan biaya angkut ke pasar induk dan konsumen naik, sementara peran instansi terkait belum optimal. Apalagi menjelang dan selama puasa, permintaan naik sekitar 20 persen dari sebelum puasa. "Apa yang terjadi pemerintah cenderung tidak berdaya. Keadaan ini berpeluang meningkatkan laju inflasi per komoditi dan secara total hingga menembus 2 digit," ujar rektor Universitas Dian Nusantara ini.

Sementara itu, mengenai harga-harga pakaian menjelang Lebaran di beberapa toko dan pusat perbelanjaan yang memberikan harga diskon besar-besaran, dinilai pengamat ekonomi sebagai ajang bisnis yang membohongi publik. Meskipun diberikan diskon, namun tetap saja harga yang dipatok pelaku bisnis tetap tinggi dan harganya sama dengan harga yang tidak ada diskon bahkan lebih mahal.

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Medan Area (UMA), Saad Afifudin, tadi malam menilai hal itu merupakan suatu kebohongan dan seharusnya tidak boleh dilakukan. Pemerintah harus melakukan kontrol pasar agar para pedagang tidak seenaknya saja memberikan diskon namun harganya tetap tinggi. “Pemerintah harus mengawasi ke pasar-pasar ke plaza-plaza untuk mengontrol perilaku pebisnis kita, supaya mereka jangan mengambil hukum pasar sendiri di dalam situasi menjelang Lebaran seperti ini," ujarnya.

Begitu juga untuk mengantisipasi harga-harga kebutuhan pokok selama Ramadhan dan menjelang Lebaran agar tidak mengalami kenaikan lebih tinggi lagi. Pemerintah harus melakukan kontrol agar jangan sampai terjadi harga terlalu mencolok dan tindakan spekulasi para pelaku bisnis terhadap beberapa kebutuhan komoditi yang dibutuhkan masyarakat menjelang Lebaran ini.

Dia menilai, pemerintah seharusnya juga perlu menetapkan batas harga bawah dan batas harga atas sebagai upaya pengendalian harga untuk mencegah terjadinya inflasi. "Selain itu dalam situasi menjelang Lebaran ini, pemerintah perlu segera menggelar pasar murah sebagai langkah antisipasi kenaikan harga yang dapat memberikan manfaat kepada masyarakat. Itu harus dilakukan sekarang, jangan menunggu-nunggu hingga harga naik," ujarnya.

Sementara itu, ekonom senior dari Universitas Sumatera Utara (USU), Jhon Tafbu Ritonga, menyebutkan, sebenarnya usaha pemerintah pusat dan daerah selama ini bersifat ad hoc saja. Seperti misalnya di Jakarta ada pasar murah, maka yang tidak naik cuma sejenis dengan yang dijual dan hanya di Jakarta. "Seharusnya pemerintah bisa buat di sektor trading, aturan yang ditegakkan supaya tidak sesuka spekulan ambil untung. Tapi kita mau bilang apa? Pemerintah lebih suka mejeng kalau sudah Ramadhan, seolah-olah sibuk dengan meninjau pasar," ujarnya.

Dia menilai, keadaan saat ini sebenarnya rakyat sudah tidak peduli. Pemerintah pun sudah asyik sendiri melihat dirinya masuk media seolah-olah sudah mengawal harga, karena acara peninjauan atau sidak ke pasar diliput media.


Harga sejumlah bahan pokok di Makassar masih stabil

Menjelang datangnya Lebaran Idul Fitri 1432 H, harga sejumlah bahan pokok di Pasar Terong Makassar masih stabil. Kenaikan harga hanya terjadi untuk cabai besar yang saat ini dijual Rp 12 ribu per kilogram. Sebelum Ramadan dijual Rp 8.500/kilo. "Kenaikannya tidak terlalu banyak. Cabai pernah kami jual 30 ribu per kilo," kata Nurlaela, seorang pedagang di Pasar Terong Makassar.

Nurlaela mengungkapkan hal itu saat digelarnya inspeksi dan peninjauan harga sembako menjelang Lebaran, yang dilakukan oleh Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin, di Pasar Terong Makassar, Jumat (26/8/2011).

Untuk cabai kecil, kata dia, dijual Rp 10 ribu per kilogram, dan cabai keriting Rp 8.000 per kilogram. "Saat stok banyak, cabai kecil pernah dijual Rp 8.000 per kilogram," lanjut Nurlaela saat berdialog dengan Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin di Pasar Terong, Jumat (26/8/2011).

Sementara itu harga bawang merah dan bawang putih justru turun. Bawang merah dijual Rp 12 ribu per kilogram, dan bawang putih dijual Rp 9.000 per kilogram. Sebelum ramadhan, harga bawang merah Rp 18 ribu per kilogram, dan Rp 15 ribu per kilogram untuk bawang putih.

(Dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar