Kairo. Kementerian Pertanian mengirim ahli untuk mempelajari peternakan di Mesir sebagai tindak lanjut kesepakatan kerja sama pertanian kedua negara.

"Saya utusan dari Indonesia bersama peserta dari ahli peternakan berbagai negara untuk mengikuti `training` mengenai produksi dan kesehatan hewan khususnya unggas," kata Rika Yuniar Siregar kepada ANTARA di Kairo, Sabtu.

Kepala Fungsi Ekonomi KBRI Kairo Walther Soetjahjo Kariodimedjo menjelaskan bahwa keikutsertaan Indonesia dalam pelatihan peternakan itu sebagai bagian upaya peningkatakan kerja sama bilateral RI-Mesir.

Walther merujuk pada kesepakatan kerja sama pertanian yang dihasilkan dalam kunjungan Menteri Pertanian saat masih dijabat Bungaran Saragih ke Mesir beberapa tahun lalu.

Bungaran Saragih tercatat dua kali berkunjung ke Mesir yaitu pada 2001 di masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid dan pada 2003 di masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri.

Menurut Walther, keikutsertaan Indonesia dalam pelatihan peternakan di Mesir itu merupakan langkah awal, dan akan ditindaklanjuti kerja sama di bidang pertanian dan peternakan yang lebih luas di masa mendatang.

Rika Yuniar mengemukakan pelatihan yang diadakan oleh "Egyptian International Centre for Agriculture" (EICA) itu berlangsung hingga akhir September mendatang.

"Ini merupakan pengalaman baru bagi saya dalam pelatihan di Mesir. Dengan banyaknya peserta dari negara lain, kami dapat berbagi pengetahuan menyangkut pengembangan produksi dan penanggulangan kesehatan hewan," kata Rika, dokter hewan lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.

Selain Indonesia, ikut pula lebih dari 20 negara, antara lain, Malaysia, Thailand, Turki, Togo, Meksiko, Korea Selatan dan Madagaskar.

EICA, yang didirikan sejak 1973, merupakan lembaga pelatihan pertanian dan peternakan bertaraf internasional.

Bekerja sama dengan Badan PBB untuk Pangan dan Pertanian (FAO), EICA tercatat telah melatih peserta dari 90 negara mencakup Asia, Afrika, Eropa Timur dan Amerika Latin