Jambi. Sedikitnya sekitar 1.000 hektare lahan sawit milik PT SAL di Kecamatan Tabir Timur dan Tabir Selatan Kabupaten Merangin, Jambi, dilaporkan telah gundul akibat diserang hama ulat api.

"Sekurang-kurangnya sudah 1.000 hektar lahan sawit di Tabir Timur dan Tabir Selatan telah gundul karena daunnya habis dimakan hama ulat api semenjak tiga pekan belakangan," ungkap Kadishutbun Ir. Syafri, di Bangko, Senin.

Semenjak mulai kasus serangan ulat api yang melahap habis daun-daun sawit hingga hanya menyisakan batang, buah dan sedikit lidi tersebut, pihak Dishutbun bersama petugas dari PT SAL dan Disbun Provinsi Jambi sudah melakukan tindakan pemberantasan hama.

"Kita semenjak sepekan lalu sudah menurunkan tim menangani serangan hama ulat api tersebut. Kita sudah melakukan tindakan Fogging (pengasapan) dan penyemprotan insektisida. Sudah 500 hektare sudah tertangani," terang Syafri.

Lebih jauh dia merinci, serangan ulat api tersebut adalah kasus pertama yang terjadi terhadap perkebunan sawit setidak di Kabupaten Merangin. Dia juga merinci 1.000 hektare lahan yang diserang tersebut berada di Desa Sungai Durian, Seri Sembilan, dan Bukit-bukit, serta beberapa desa yang berada dalam kawasan Betung Berdarah yang merupakan wilayah administratif Kabupaten Tebo.

Kasus tersebut, menurut Syafri sudah langsung mendapat respon dari pihak Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Jambi dengan langsung memberikan peralatan fogging dan penyemprotan insektisida.

Menurut Syafri, serangan hama ulat tersebut memang hanya menyerang daun sawit dan tidak menyerang bagian lain seperti buah, sehingganya buah sawit tetap aman dan bisa diproduksi.

"Pohon sawit yang diserang tetap hidup atau tidak mati, hanya saja akibat serangan ulat api ini mengakibatkan pohon sawit mengalami kegundulan sehingga mengakibatkan tanaman kesusahan untuk melakukan fotosintesa memasak makanan di klorofil daunnya yang berguna untuk pertumbuhan sawit itu sendiri," terangnya.

Ditegaskan Syafri, akibat serangan ulat api yang menyebabkan kegundulan tersebut, tanaman sawit akan mengalami kegundulan terus-menerus hingga situasi kembali normal.

"Menurut analisa tim ahli kita, kondisi kegundulan itu tidak bisa kembali pulih dalam waktu singkat, minimal baru bisa kembali tumbuh normal dalam jangka waktu setahun. Kondisi ini tentu berpengaruh terhadap kemampuan berproduksi pohon-pohon sawit itu sendiri dalam jangka panjang," tandasnya.(ant)