Jumat, 25 Februari 2011

Berita Pertanian : BAHAN BAKAR NABATI . Minyak Genset dari Biji Bintaro



Pohon bintaro (Cerbera manghas) kerap hanya dijadikan sekadar tanaman perindang jalan. Ternyata tanaman ini baik juga difungsikan sebagai penahan abrasi laut karena tahan terhadap salinitas tinggi. Selain itu, bijinya dapat digunakan sebagai bahan bakar nabati, misalnya untuk bahan bakar genset.

Teknologi ini khusus untuk remote area (daerah-daerah terpencil),” kata Dr Ir Desrial MEng, Ketua Departemen Teknik Mesin dan Biosistem pada Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Kamis (24/2) di Bogor, Jawa Barat.

Daerah terpencil secara spesifik lagi, menurut Desrial, daerah pantai yang rentan terkena abrasi. Daerah itu bisa berupa pantai pulau-pulau kecil dan juga pantai pulau besar.

Kerusakan ekosistem pantai banyak penyebabnya. Kebijakan alih fungsi hutan dataran rendah untuk konsesi perkebunan sawit bisa jadi penyebabnya.

Di hutan dataran rendah sebagian besar juga terdapat lahan gambut. Menurut Desrial, pohon bintaro dapat tumbuh pula dengan baik di lahan gambut.

Seperti di wilayah Jambi dan Riau sekarang, lahan gambut di pinggir pantai banyak yang ikut dialihfungsikan untuk ditanami sawit. Sebagian lahan itu pula sudah hilang tergerus abrasi.

”Pohon bintaro untuk konservasi pantai sekaligus bijinya mengandung minyak yang bisa digunakan untuk substitusi solar,” ujar Desrial.

Sianida

Buah bintaro mentah berwarna hijau cerah. Menurut Desrial, di dalam buah bintaro mentah ada kandungan racun sianida, tetapi mudah sirna jika terpapar sinar matahari.

”Gunakan buah bintaro yang sudah tua berwarna kecoklat- coklatan untuk diambil minyak dari bijinya,” kata Desrial.

Pemanfaatan buah bintaro tua selain dapat menghindari keracunan sianida saat mengupas sekaligus untuk mendapatkan kandungan minyak nabati optimum. Proses pembuatan minyak bintaro itu meliputi pengupasan, pengambilan biji, pengeringan biji, kemudian biji diekstraksi.

”Ekstrasinya dengan proses pengempaan, yaitu diberi tekanan dan suhu tertentu sehingga cairan minyak keluar dari bijinya,” kata Desrial.

Cairan itu sebagai minyak kasar bintaro. Kandungan getahnya masih tinggi.

Untuk menghilangkan getah di dalam minyak, ditempuh proses degumming (penghilangan gum/getah) sederhana. Biasanya digunakan penambahan fosfat untuk mengikat dan mengendapkan getah sehingga diperoleh minyak bintaro murni.

Untuk mendapatkan 1 kilogram minyak bintaro murni dibutuhkan 2,9 kilogram biji bintaro. Biji bintaro sebanyak itu bisa diperoleh dari 36,4 kilogram buah bintaro tua.

”Satu pohon bintaro secara optimal bisa menghasilkan 300 kilogram buah bintaro setiap tahunnya,” kata Desrial.

Konverter khusus

Penelitian buah bintaro untuk menghasilkan minyak substitusi solar ini dimulai tahun 2010. Riset ditujukan untuk masyarakat di kawasan Teluk Meranti, Riau, yang memiliki sumber bahan baku bintaro cukup melimpah.

Menurut Desrial, semula riset ditujukan untuk mencari pengganti minyak tanah, tetapi kualitas minyak bintaro murni ternyata hampir setara solar.

”Minyak bintaro akhirnya ditujukan untuk minyak genset, mesin penghasil listrik,” kata Desrial.

Desrial pun merancang genset dengan bahan bakar minyak murni bintaro. Ia menambahkan, konverter khusus yang berisi elemen pemanas bisa dikontrol dengan sumber energi berupa aki 12 volt.

”Konverter khusus untuk meningkatkan suhu minyak bintaro sampai 70 derajat celsius sehingga memudahkan pembakaran di dalam genset,” kata Desrial.

Untuk pemantik awal genset memang masih digunakan solar. Penggunaan solar juga pada tahap akhir untuk menghindari pengentalan minyak bintaro di dalam saluran sistem genset sewaktu ingin dimatikan.

Penggunaan minyak bintaro akan membantu wilayah-wilayah yang sulit terjangkau distribusi solar. Setidaknya, penanaman bintaro di pantai juga bisa menyelamatkan lingkungan supaya terhindar dari abrasi.

1 komentar: