Yogyakarta
. Petani tembakau di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kerugian miliaran rupiah selama 2010 karena sebagian besar tanaman gagal panen akibat perubahan iklim.

"Sekitar 80 persen dari total lahan tanaman tembakau di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) seluas 63.000 hektare tidak berproduksi atau gagal panen," kata Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Tengah Triono di Yogyakarta, Jumat.

Akibatnya, menurut dia, usai serah terima bantuan 142 komputer dari Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) kepada perwakilan organisasi petani dan pekerja di Jawa Tengah dan DIY, ribuan petani tembakau harus menanggung kerugian yang cukup besar.

Ia mengatakan, tanaman tembakau tidak dapat berproduksi karena dampak dari perubahan iklim yang cukup ekstrem. Fenomena alam tersebut di luar perkiraan para petani, sehingga tanaman tembakau rusak terkena hujan.

"Biasanya sebelum Oktober-Nopember tanaman tembakau siap dipanen, tetapi karena ada perubahan iklim, tanaman tersebut sering terkena hujan sehingga rusak dan gagal dipanen, yang mengakibatkan para petani rugi," katanya.

Oleh karena itu, menurut dia, bantuan komputer dari AMTI itu sangat membantu para petani tembakau. Mereka dapat mengakses informasi seputar prediksi iklim pada tahun ini dan yang akan datang.

"Hal itu sangat diperlukan para petani mengingat kendala musim menjadi salah satu penyebab gagalnya panen tembakau di berbagai tempat," katanya. (ant)