Jumat, 25 Februari 2011

Berita Pertanian : Manggis Australia Dikhawatirkan Geser Produk Indonesia

Jakarta. Kementerian Pertanian mengungkapkan, saat ini Australia terutama di kawasan Northern dan Western Australia mengembangkan perkebunan manggis secara besar-besaran untuk mengisi pasar buah tersebut di sejumlah negara yang selama ini dipasok Indonesia.
Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Hasanuddin Ibrahim di Jakarta, Jumat (25/2) mengatakan, manggis yang saat ini merupakan buah tropis dan salah satu unggulan ekspor Indonesia sangat disukai konsumen buah-buahan di Timur Tengah maupun Jepang.

"Ini merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk lebih mengembangkan buah manggis. Oleh karena itu perlu strategi (menjaga pasar ekspor)," katanya.

Menurut dia, budidaya manggis memiliki potensi ekonomi yang sangat menguntungkan apalagi di pasar dunia seperti Jepang buah yang memiliki kulit kecoklatan dan daging berwarna putih tersebut dihargai Rp50.000 per kg.

Pohon manggis, lanjutnya, dapat berumur ratusan tahun dan ketika sudah berusia lebih dari 30 tahun mampu menghasilkan buah hingga 1 ton per batang sehingga dengan harga manggis Rp10.000 per kg maka satu pohon dapat memberikan penghasilan Rp10 juta kepada petani.

Sehari sebelumnya ketika membuka Festival Hortikultura Propinsi Jawa Tengah di Soropadan Kabupaten Temanggung dia menyatakan, salah satu tantangan besar pengembangan hortikultura Indonesia saat ini adalah mewujudkan daya saing produk lokal.

Sebagai salah satu target empat sukses dalam Renstra Kementerian Pertanian, sehingga produk lokal dapat sejajar dengan produk hortikultura impor.

Menurut dia, hortikultura dalam negeri memiliki prospek yang terbuka luas, karena Indonesia memiliki kekayaan plasma nutfah berlimpah. Variasi agroklimat beragam sebagai berkah negara kepulauan yang membentang dari Timur ke Barat, jumlah penduduk yang besar dan budaya yang beragam. "Namun harus diakui bahwa saat ini hortikultura Indonesia masih perlu dipacu lebih maju lagi untuk menangkap peluang pasar, baik di dalam negeri maupun pasar mancanegara," katanya.

Hasanuddin mencontohkan, China yang berpenduduk lebih kurang 1,3 miliar jiwa, sangat menyukai manggis dan salak, salah satu kelompok buah unggulan yang asli Indonesia.

Di sisi lain, tambahnya, volume produksi dua produk andalan ekspor tersebut masih relatif terbatas dan diperparah pula dengan masih minimnya infrastruktur perhubungan sehingga seringkali menjadi faktor pembatas pengiriman buah-buahan yang ada di pelosok negeri.

Sementara itu produk hortikultura memiliki sifat yang cepat rusak (perishable). "Oleh karena itu diperlukan upaya untuk lebih mendekatkan lokasi pengembangan produksi dengan konsumen serta upaya penanganan pasca panen yang baik dan memenuhi standar," katanya.

Dirjen juga menyatakan, saat ini merupakan momentum yang sangat tepat untuk meningkatkan areal pertanaman dan produksi hortikultura dengan menggunakan bibit-bibit bermutu. "Jika berhasil , dalam lima-sepuluh tahun yang akan datang, Indonesia akan menjadi salah satu produsen hortikultura tropis yang penting di dunia," katanya. (ant)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar