Selasa, 08 Februari 2011

Berita Pertanian : Wanginya Untung dari Kemangi

Mungkin tak semua orang mengenal kemangi, karena memang jenis sayuran yang satu ini tidak begitu familiar di tengah masyarakat khususnya masyarakat Sumatera Utara (Sumut). Apalagi untuk mengonsumsinya dalam sehari-hari. Mungkin karena oramanya yang lumayan tajam.
Beda dengan masyarakat Sunda yang memang menyukai lalapan dan kemangi salah satu jenis sayuran yang mereka sukai. Namun, untuk saat ini kemangi sepertinya mulai banyak dilirik para pengusaha kuliner. Dan, itu pula yang menjadi salah satu faktor pendorong bagi Siti Aisyah untuk mengembangkan jenis sayuran tersebut.

Di atas lahannya yang hanya berukuran tiga rante atau sekitar 1.200 meter per segi, Siti Aisyah br Karokaro mengembangkan tanaman kemangi. Dan, komoditasnya itu sudah dikembangkannya sejak tujuh bulan yang lalu. "Kemangi tidak sulit ditaman begitu juga dengan perawatannya sangat mudah. Karena kemudahan itulah saya memilih kemangi untuk dikembangkakn apalagi sekarang pasarannya mulai banyak," aku Siti pekan lalu di kediamannya Jalan Kelambir V Gang Bilal Kelurahan Tanjung Gusta Medan.

Diakuinya, prospek keuntungan terlihat cerah dengan semakin berkembangnya usaha rumah makan yang menyediakan menu ayam penyet. Seperti diketahui, daun kemangi selalu menjadi pelengkap menu ayam penyet dan makanan sejenis lainnya.

Meski hanya memiliki luas lahan tiga rante tidak membuat perempuan berusia 40 tahun ini mengembangkan tanaman kemangi. Dari lahan tersebut, ia bisa mendapatkan sekitar 2.000 batang tanaman kemangi. Dan, bila musim panen tiba, ia bisa mendapatkan sekitar 200 ikat batang kemangi per hari. Masing-masing ikat berisi enpat batang kemangi dan itu dijualnya seharga Rp 1.000 per ikat.

"Panennya setiap hari, sekali menjual sekitar 200 ikat kemangi ke pedagang pasar Kampung Lalang Medan. Harga 4 batangnya hanya Rp 1.000. Jadi, perharinya saya bisa mengantongi uang sebesar Rp 50.000 dari penjualan kemangi tersebut," akunya.

Untuk permintaan daun kemangi, Siti mengakui tidak begitu sulit mendapatkan pembeli. Sebab ia hanya menjual daun kemanginya kepada pedagang di satu pasar saja sehingga uang Rp 50 ribu langsung bisa dibawanya pulang.

"Kalau mengikuti permintaan, setiap hari kami bisa mengutip dari tanaman yang sudah panen. Apalagi kalau di akhir pekan, permintaan daun kemangi banyak dan ini bisa dimanfaatkan mendapatkan uang lebih banyak lagi," jelasnya.

Ia yang memiliki lahan di Pasar IV Kelambir V Medan ini, awalnya mendapatkan bibit kemangi dari kampung halamannya di Kabupaten Dairi pada Juni 2011 lalu. Meski terjadi perubahan dalam memelihara tanamannya yakni harus sering menyiram air pada tanaman, daun kemangi juga harus benar-benar diperhatikan dari serangan ulat dan belalang yang dapat membuat daun busuk atau berlubang-lubang.

"Kalau di Dairi, tanaman kemangi dibiarkan saja sudah bisa tumbuh, tidak terlalu diperhatikan sekali, namun tidak ada pemasarannya. Tapi kalau di sini (Medan-red), kami sering menyiram tanaman agar terhindar dari kekeringan. Mungkin karena berubah iklim dan datarannya," jelas Siti.
Memang, lanjut dia, keuntungan dari menjual kemangi tidak banyak. Sebab, untuk panen kemangi membutuhkan waktu sekitar 6 minggu setelah sebelumnya biji disemai selama 2 minggu dan kemudian batang ditanami kembali. "Hanya butuh modal untuk beli pupuk untuk awal tanam dan obat semprot bila terdapat serangan hama. Tanaman ini tidak perlu modal yang banyak dan perawatan juga tidak terlalu sulit," jelasnya.

Untuk bibit, ibu tiga orang anak ini tidak harus membeli atau mengambil di kampung halamannya untuk tiap kali menanam. Tapi bisa diperoleh dari tanaman kemangi yang sengaja dituakan usianya untuk mendapatkan biji dan selanjutnya disemai kembali. "Jarang ada yang menjual bibit kemangi. Mungkin karena memang jarang yang mencari dan lagian bisa didapatkan dari biji tanaman sebelumnya," ucap Siti.

Menurutnya, keuntungan bisa saja diperoleh lebih banyak, asal lahan dapat diperluas. Keinginan mengembangkan tanaman kemangi dan memasarkannya diseluruh pasar Kota Medan sudah ada, tapi masih sulit dilakukan Siti karena terkendala modal membeli tanah.

"Lahan kebun yang kami pakai ini saja masih kami sewa pertahunnya. Kalau mau mengembangkan tanaman ini, maka perlu lahan yang luas lagi dan kami tidak memiliki modal untuk itu. Keuntungan dari menjual daun kemangi sekarang, ya cukup untuk menambah biaya kehidupan sehari-hari dan biaya sekolah anak-anak," imbuhnya seraya menambahkan suaminya hanya bekerja sebagai sopir Angkutan Umum.

Kondisi minimnya lahan, ternyata tidak membuat semangat Siti berhenti mengembangkan tanaman kemangi. Karena diketahuinya, permintaan pasar terhadap daun kemangi masih besar, apalagi dengan manfaatnya daun kemangi yang begitu banyak.

Seperti di Cina, kemangi biasanya dapat digunakan sebagai obat infeksi, sakit perut, gigitan ular, serangga, obat demam dan kanker. Bahkan banyak negara lainnya yang juga memanfaatkan tanaman ini sebagai obat tradisional.

Namun sampai saat ini belum banyak petani yang mengusahakan kemangi dalam skala besar, paling hanya di sepetak tanah saja. Ini dikarenakan nilai komersial sayur kemangi memang masih rendah.

"Harga jualnya relatif murah meski budidayanya juga cukup mudah," pungkas Siti.

Kemangi (Ocimum canum) yang banyak diusahakan adalah jenis lokal yang belum jelas nama/varietasnya. Penampilan tanaman ini cukup rimbun. Daunnya berwarna hijau muda. Bunga putih kurang menarik. Bila dibiarkaran berbunga maka pertumbuhan daun lebih sedikit dan tanaman cenderung cepat tua dan gampang mati.
Sebagai bagian dari keluarga selasih, kemangi dapat mengandung estragol, senyawa yang diketahui karsinogen (pemicu kanker) pada mencit. Walaupun pengujian efek pada manusia belum dilakukan, penggunaan berlebihan selayaknya dihindari.

Dan, hampir semua wilayah di Indonesia dapat ditanamai kemangi, karena syarat tumbuh tanaman ini tidak terlalu rumit. Dengan toleran terhadap cuaca panas maupun dingin, kemangi dapat dikembangkan di daerah dataran tinggi dan juga rendah meski nantinya akan terdapat perbedaan warna pada daun kemangi.

"Kalau di dataran tinggi, biasanya daun yang dihasilkan lebih hijau dibandingkan dengan yang ditanam di dataran rendah. Tapi tetap masih bisa tumbuh dengan rasa dan aroma yang sama," jelas Siti.

Untuk unsur tanah, memang diakuinya harus bersifat asam serta bila ada perbedaan iklim hanya mengakibatkan penampilan tanaman sedikit berbeda. Kemangi yang ditanam di daerah dingin seperti di kampungnya Kabupaten Dairi, menurut Siti memiliki daun yang lebih lebar dan lebih hijau. Sedangkan kemangi yang ditanamnya di daerah datarang rendah (Medan) memiliki daerah panas daun yang dihasilkan lebih kecil, tipis, dan berwama hijau pucat.

Menurut Siti, benih kemangi dapat diperbanyak dengan bijinya. Biji diperoleh dari buah kemangi yang masak di batang dengan ciri biji yang tua berwama hitam dan kering. Biji kemangi harus disemai terlebih dahulu sebelum ditanam selama 2 minggu. Tanah untuk persemaian diolah hingga gembur dan telah dicampur dengan pupuk urea.

Setelah itu, biji dapat ditaburkan dan ditutupi dengan lapisan tanah tipis-tipis. "Untuk tanaman yang sudah tumbuh di persemaian dan akan ditanam kembali di lahan, kalau bisa jangan terlalu rapat jaraknya dan biasakan mencabut tanaman yang lemah atau pertumbuhannya terganggu," jelasnya.

Penanaman kemangi biasanya ditanam dalam bedengan-bedengan yang berukuran 1-1 meter per segi dengan panjang sesuai ukuran lahan. Sebelum penanaman, bedengan diberi pupuk. "Jarak tanam kemangi jangan rapat atau bisa dengan ukuran 50 x 50 cm atau 60 x 60 cm. Lubang tanam dibuat kecil saja, yang penting tanaman muda bisa masuk dan tidak sesak," jelasnya.
Untuk pemeliharaan tanaman muda yang sudah di lahan, ungkap Siti perlu dicek apakah tumbuh dengan baik. Bila ada serangan ulat atau belalang yang dapat merusak daun kemangi, biasanya ia melakukan penyemprotan.

"Tapi cuma sekali dalam seminggu dan tidak banyak dilakukan penyemprotan. Serangan hama terhadap daunnya ini yang memang sangat diperhatikan karena sensitif terhadap gangguan. Kalau daunnya jelek atau berlubang, banyak yang tidak mau membeli," katanya.

Lebih jauh Siti menjelaskan, kemangi perlu mendapat tambahan pupuk yang banyak mengandung nitrogen, sepeni Urea. Unsur ini penting untuk merangsang pertumbuhan daun kemangi secara terus-menerus. Pemupukan pertama dilakukan saat tanaman berumur 3 minggu dan pemupukan kedua saat tanaman berumur 5 minggu.

"Memang hama dan penyakit yang menyerang tanaman kemangi sangat sedikit. Bahkan petani kemangi sangat jarang melakukan penyemprotan insektisida. Penyemprotan ini harus dihindari karena dikhawatirkan residunya masih tertinggal di daun yang dipanen rutin," ungkapnya.
Meskipun demikian, kata Siti, bila ditemukan ulat yang menyerang daun kemangi dalam jumlah besar, dapat dilakukan pengendalian dengan insektisida.

Untuk masa panen dapat dilakukan setelah tanaman berumur sekitar 6 minggu setelah ditanam. Dan, daun kemangi sudah bisa dipetik pada daun-daun muda seperti melakukan pemetikan pucuk teh. Pemetikan akan merangsang pertumbuhan cabang-cabang baru yang memungkinkan lebih banyak tunas baru tumbuh. Tunas-tunas baru ini dapat dipanen pada periode panen berikutnya. Panen pucuk kemangi dapat dilakukan hingga tanaman berumur tua.

"Kalau ingin mengambil biji nya, bisa memisahkan tanaman yang khusus untuk diambil bijinya sebagai bibit. Dengan cara ini, tanaman yang hendak diambil pucuknya tak terganggu produktivitasnya. Biasanya kemangi dipetik sepanjang 15 cm dan untuk dipasarkan disatukan dalam ikatan kecil berisi 4 batang saja," tutur Siti.

Kemangi bukanlah tanaman yang asing bagi masyarakat Indonesia. Tumbuhan ini relatif mudah dijumpai, bisa di halaman rumah, kebun, ladang bahkan di pinggir jalan. Namun kebanyakan orang hanya tahu kalau kemangi cocok digunakan sebagai lalapan, atau campuran masakan sayur pepes, karedok atau lalapan mentah dan lalap dalam menu ayam penyet.
Padahal kemangi dapat juga digunakan sebagai pengobatan segala penyakit. Dengan mengandung banyak senyawa yang berkhasiat bagi tubuh.

Selain ingin mencari keuntungan dari menanam dan memasarkan kemangi, namun Siti mengakui manfaat kemangi masih sangat banyak. Konon dipercaya, kemangi dapat memperpanjang masa hidup sperma, mencegah kemandulan dan menurunkan kadar gula darah. Kemangi juga kaya akan beta karoten dan magnesium, mineral penting yang berfungsi menjaga dan memelihara kesehatan jantung.

Kemangi merupakan salah satu tumbuhan sayuran yang mempunyai aroma yang khas. Apalagi kalau daunnya dipadukan sebagai pengharum dan penyedap sambal terasi. Jelas akan menambah selera makan.

Kandungan dan manfaat daun kemangi mempunyai daya penenang dan mengeluarkan gas-gas dari tubuh. Daunnya juga sering dipakai untuk bumbu hidangan daging ataupun ikan. Kemangi juga mengandung zat minyak atsiri, protein, kalsium, fosfor, besi, belerang, dan lain-lain.

Untuk bagian tumbuhan yang dapat digunakan yakni daun, biji dan akar. Ini berguna mengatasi penyakit-penyakit. Untuk bau badan dan bau keringat misalnya, dengan menumbuk halus daun, biji dan akar kemangi secukupnya lalu diseduh dengan air panas sebanyak 1 gelas. Air seduhan tadi disaring lalu ditambahkan gula secukupnya lalu diminum pada pagi dan malam hari. Sedangkan untuk menghilangkan bau mulut dan badan lesu, daun kemangi dapat dimakan langsung sebagai lalapan.

Ditinjau dari nilai gizi dan manfaatnya sungguh luar biasa. Dahulu di kalangan orang tua zaman dahulu, daun kemangi dicampur dengan bawang merah dan minyak telon, sering digunakan untuk mengatasi perut kembung atau masuk angin. "Cukup dengan meremas daun yang sudah dicampur minyak telon dan mengoleskannya pada bagian perut, dada dan punggung," jelas Siti.

Bahkan katanya, kemangi juga sangat berkhasiat bagi organ seksual pria dan wanita. Kemangi diyakini dapat mengatasi ejakulasi dini pada pria dan dapat mempermudah ereksi. Sedangkan untuk wanita, kemangi diyakini dapat membunuh jamur penyebab keputihan dan mampu merangsang pematangan sel telur serta dapat menunda monopause. "Tapi memang sudah jarang yang mau menggunakan kemangi untuk pengobatan seiring berkembangnya zaman dan teknologi," tuturnya. (MB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar