Senin, 24 Oktober 2011

Pelepah Sawit untuk Pakan Sapi



















Mengembangkan ternak sapi ini, dijelaskan Frisda, tidaklah terlalu sulit kalau saja semua dilakukan dengan serius. Terbukti dengan mengganti pakan sapi dari rerumputan dengan pelepah kelapa sawit membuat pertumbuhan sapi menjadi berkembang.

"Bagaimana kita memanfaatkan kekayaan alam yang ada untuk kebutuhan pakan ternak sapi. Lebih ekonomis karena tidak harus mengimpor rumput atau memelihara sebelumnya hingga panen. Karena pelepah dapat terus diperoleh saat panen buah kelapa sawit setiap harinya,” jelas Frida.

Untuk penggunaan pelepah kelapa sawit dalam riset ini, diungkapnya diperlukan sebanyak 2,5 ton perhari atau 350 batang pelepah sawit. Karena kebutuhan pakan untuk sebanyak 181 ekor sapi yang ada saat ini telah mencapai 2 ton perhari.

"Pelepah diperoleh dari setiap memanen buah sawit. Biasanya pelepah yang bagus itu didapat dari usia tanaman kelapa sawit 12tahun karena proteinnya masih lengkap," ucapnya.

Seperti diceritakan Mandor Pembibitan sapi, Ilyas, di tempat pengolahan pakan Kebun Percobaan Bukit Sentang di Dusun Bukit I, Desa Securai Utara, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat itu, pelepah sawit yang dijadikan pakan ternak sebelumnya digiling ke dalam mesin penggiling. Pelepah sawit yang panjangnya sekitar 3 - 4 meter berubah menjadi serpihan-serpihan kecil hampir seperti bubuk keluar dari lubang pipih di bagian lainnya dari mesin tersebut.

Pelepah sawit yang akhirnya menjadi serpihan tersebut nantinya akan dipermentasikan selama satu hari hingga berubah bau seperti tape. Hal itu dilakukan agar aroma yang keluar nantinya bisa menimbulkan nafsu makan sapi. Untuk kebutuhan pakan yang dibutuhkan perekor sapi nya mencapai 18 kg/ekor setiap harinya tergantung berat badan sapi.

"Disini sapi tidak dibiarkan lepas mencari makannya. Karena kalau sapi dibiarkan lepas, banyak yang jadi korban, antara lain, kalau rumput dibawa habis, ia akan makan daun pelepah yang di atas, selain itu, tanah yang diinjaknya berulang kali akan menjadi padat, ini tidak menguntungkan karena buah sawit akan maksimal kalau pelepahnya cukup dan kepadatan tanahnya tidak terlalu rapat," jelas Ilyas.

Untuk memenuhi kebutuhan banyaknya pelepah sawit, setiap hari beberapa orang anggotanya mengambil pelepah sawit dari kebun meggunakan truk kemudian menempatkannya di dalam tempat pengolahan pakan. "Jadi yang di sini setiap hari habis dan berganti lagi setiap hari," katanya. Dari setiap batang pohon sawit, menurutnya yang bisa diambil tak lebih dari 3 - 4 pelepah. Dengan luas kebun sawit sekitar 493 hektar, pasokan pakan untuk sapi tentunya sangat banyak dan tidak perlu khawatir kekurangan.

Di Kebun Percobaan Bukit Sentang ini terdapat 181 ekor sapi jenis Brahman dan sapi lolal yang terbagi dengan usia bervariasi. Ia menjelaskan, pelepah sawit yang sudah dihaluskan tersebut nantinya akan dimasukkan kembali ke dalam mesin pencampur/mikser. Pelepah yang sudah halus dicampur dengan dedak padi, bungkil sawit, tetes tebu dan garam. Kemudian dimasukkan ke dalam karung-karung.

"Saat ini fermentasi baru dilakukan dengan menggunakan karung, nantinya kita akan menggunakan bak-bak fermentasi yang sudah dipersiapkan, Cuma saja untuk saat ini belum bisa digunakan karena beberapa hal," katanya.


Dikatakan Sigit, mengembangkan kegiatan integrasi sawit - sapi tidak sebatas untuk swasembada daging, namun untuk peningkatan produksi ternak sapi dalam rangka swasembada daging dan ekspor, melalui pengembangan sistem pertanian berbasis kelapa sawit.

Dengan keberhasilan riset integrasi sawit-sapi-energi ini, pemerintah dapat mengarahkan suatu model integrasi dengan pola usaha ternak dan sistem usaha perkebunan sawit. Pola usaha ternak dibagi menjadi pola usaha pembibitan dan pembesaran anak (cow calf operation/CCO) dan penggemukan (fattening). Sistem usaha perkebunan sawit dibagi menjadi hanya menghasilkan tandan buah segar dan perkebunan yang dilengkapi dengan industri pengolahan sawit. Model integrasi sawit - sapi tidak hanya memberikan nilai tambah usaha ternak sapi, namun juga terhadap peningkatan produktivitas perkebunan sawit.

Stimulan dan bantuan untuk pengembangan integrasi sawit - sapi dapat berupa soft loan, atau paket yang terkait dengan peralatan, perkandangan, atau ternak dan komponen pendukung sebagai "starter" usaha.

"Selain itu diperlukan dukungan berupa pelatihan, pengawalan, koordinasi, serta monitoring dan evaluasi. Dukungan pembiayaan yang berasal dari APBN, APBD, CSR, maupun sumber-sumber pendanaan lainnya harus disesuaikan dengan tupoksi, mandat dan urgensinya," katanya.

Timbulnya gerakan integrasi sawit - sapi secara swadaya akan dapat terwujud apabila pengembangan integrasi sawit - sapi secara teknis mudah pelaksanaannya, secara ekonomi menguntungkan, dan secara konsep pembangunan pertanian bersifat integratif. Sumberdana untuk kegiatan tersebut selain dari dana APBN/APBD juga dapat berasal dari Kredit Perbankan (KKPE dan KUPS), CSR, swadaya petani atau sumberdana lain.

Paket teknologi pembuatan pupuk organik dari limbah ternak dan limbah lainnya telah semakin berkembang, sehingga perlu didorong pengembangan pemanfaatan limbah ternak sapi pada integrasi sawit - sapi untuk pupuk organik, sehingga dapat mengurangi pemakaian pupuk an-organik di perkebunan sawit.

Hasil kunjungan ke PPKS terlihat dengan jelas bahwa teknologi inovatif pengolahan biomassa yang dihasilkan perkebunan kelapa sawit dan industri sawit diantaranya daun/pelepah dan bungkil inti sawit (BIS), telah mampu menyediakan pakan lengkap yang murah, berkualitas, dan berkelanjutan. Pengolahan limbah ternak untuk biogas dan kompos/pupuk organik sangat tepat untuk mendukung usaha perbenihan.

Dalam rangka pemantapan dan sosialisasi manfaat kegiatan integrasi sawit - sapi, maka kegiatan diharapkan akan terus berlanjut baik dalam bentuk pengutuhan maupun perluasan. Melalui kegiatan ini pada waktunya nantinya timbul gerakan serupa oleh seluruh petani kelapa sawit secara swadaya, sehingga akan mampu mempersembahkan manfaat ekonomi dan sosial yang cukup besar dalam bentuk peningkatan produksi daging, pendapatan petani dan wilayah serta hemat energi, dan akhirnya menjadi kluster Desa Mandiri Energi (DME).

Pakan yang difermentasikan juga dapat membuatnya lebih lembut. Dan yang terpenting menurutnya, dari fermentasi tersebut bisa meningkatkan kandungan protein sekaligus menurunkan kadar lemak di dalamnya. "Jangan sampai sapi kelebihan lemak, karena sapi yang tubuhnya kelebihan lemak, kurang mampu menyerap protein yang dibutuhkan, akibat selanjutnya sapi bisa menjadi lemah dan kurang tenaga," jelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar