Minggu, 16 Januari 2011

Berita Pertanian : Urin pun Bisa Jadi Ladang Fulus

Banyak cara untuk menghasilkan fulus atau uang. Asal ada kemauan dan tekad yang kuat semuanya akan menguntungkan. Seperti yang dilakukan Ponikin.Pria ini berhasil ‘menyulap’ air kencing (urine) ternak sapi dan domba menjadi sumber penghasilan yang lumayan. Sementara biaya produksi relatif ringan.
Berawal dari membaca buku berjudul “Panduan Tanaman Organik dan Penerapan Pertanian Organik”, Ponikin, kelahiran Sidomulyo 11 Maret 1967 ini , mencoba membuat pupuk kompos padat dan pupuk organik cair dari limbah ternak.

Ponikin yang berstatus PNS, dan memegang jabatan sebagai Kepala Cabang Dinas (KCD) Pertanian, di wilayah Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat, tidak bisa tinggal diam. Pria berbadan kecil ini, memiliki nalar untuk melakukan percobaan termasuk pembuatan pupuk kompos padat dan pupuk organik cair dari libah ternak dan limbah tanaman.

Dan, untuk pembuatan pupuk organik cair dari urin ternak, ia sudah melakukan percobaan tahun 2009 lalu. Hasilnya lumayan baik meskipun percobaan dilakukan pada tanaman skala kecil. Hasil percobaan itupun terbukti mampu mengatasi hama tanaman serta mengurangi biaya produksi tanaman. Hingga akhirnya petani ikut menggunakan pupuk buatannya.

Namun, sebelumnya Ponikin telah membuat pupuk kompos padat dari limbah ternak dan limbah tanaman. Pengolahan pupuk kompos yang diterapkan mendapat respon positif dari petani. Sehingga pesananpun mulai berdatangan. Bahkan tahun 2010, petani setempat sudah menghabiskan sebanyak 6,5 ton pupuk organik (pupuk kompos) yang diaplikasikan ke tanaman padi.

Selain dimanfaatkan petani Sambi Rejo, permintaan pupuk sebanyak 20 ton juga diminati petani di Kecamatan Secanggang. “Permintaan pupuk kompos juga banyak dari petani Berastagi, Kabupaten Karo. Namun permintaan tersebut tak dapat dipenuhi karena produksi masih untuk petani lokal,” jelasnya kepada MedanBisnis, Kamis, pekan lalu di Stabat.

“Permintaan pupuk kompos 10 ton setiap bulan baru akan bisa kami penuhi di akhir tahun 2011 ini,” katanya lagi.

Teknik Pembuatan
Pembuatan pupuk organik cair dari urin ternak tidak begitu rumit. Selain bahan mudah didapat, biaya juga tidak begitu besar. Para petani hanya mengeluarkan biaya sekitar Rp 580.000 untuk menghasilkan pupuk cair sebanyak 200 liter.

Umumnya pupuk oganik cair dibuat dari urin ternak sapi yang diproduksi petani di Desa Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat. Selain urin ternak ada juga bahan tambahan lain seperti tauge, kacang kedelai, bawang putih dan bahan pengurai bakteri. Semua bahan itu dijadikan satu untuk kemudian difermentasi selama 7-10 hari.

Sementara peralatan yang dibutuhkan untuk memproses pembutan pupuk itu juga sangat gampang. Para petani cukup menyediakan ember/baskom, tong plastik, gilingan batu/blender, jerigen/drum plastik, serta gayung atau literan.

Langkah pertama yang dilakukan adalah menyediakan bahan pengurai bakteri, seperti Com A dan air tetes gula yang diaktifkan ke dalam tong/ember selama 5-10 jam yang berisikan air sebanyak 20 liter. Selanjutnya, urin ternak yang berasal dari domba atau sapi sebanyak 120 liter dicampurkan dengan tauge yang sudah digiling sebanyak 10 kg, kacang kedelai yang sudah direndam selama satu malam sebanyak 5 kg, dan selanjutnya digiling serta di tambahkan bawang putih sebanyak 2 kg , yang juga sudah dihaluskan atau digiling.

Campuran yang sudah jadi satu itu kemudian dimasukkan ke dalam drum plastik yang berukuran 200 liter, sambil diaduk sehingga campuran merata. Setelah merata, ditututup dengan plastik tebal dan diikat sekelilingnya dengan karet ban hingga diperkirakan tidak ada lagi udara yang keluar dari drum.

Begitupun, penutup yang terbuat dari plastik itu harus tetap dalam keadaan longgar sehingga bisa terlihat ruang gas yang akan mengelembung (membengkak). Jika bergelembung, itu pertanda adanya proses gas yang dihasilkan dari fermentasi tersebut.

Umumnya, proses fermentasi berlangsung selama 7 – 10 hari, setalah selesai penguraian. Pada hari ke-2, akan terlihat bentukan gas, sehingga akan tampak penutup drum dalam keadaan membengkak oleh tekanan gas. Selanjutnya penutup dibuka selama 15 menit agar gas yang di hasilkan terbuang untuk selanjutnya ditutup kembali.

Pengecekan kondisi gas dilakukan setiap hari untuk membuang gas dalam drum. Pada hari 3-6, akan terjadi puncak pengairan (proses) sehingga memerlukan 2 kali pengecakan untuk membuang gas dengan membuka tutup drum seperti biasa.

Apabila pada hari ke 8 – 10 tidak terdapat lagi tekanan gas maka proses fermentasi berhasil dan selesai dilakukan. Dengan begitu pupuk organik cair bisa digunakan.

Menurut Ponikin, untuk menghasilkan pupuk organik cair sebanyak 200 liter biaya digunakan berkisar Rp 590.000. Biaya tersebut antara lain untuk pembelian urin ternak sebanyak 120 liter Rp180.000, tauge 10 kg Rp 60.000, kacang kedelai 10 kg Rp Rp 70.000, com A di tambah gula tetes Rp 40.000, bawang putih 2 kg Rp 40.000, dan biaya upah giling bahan dan biaya tambahan kenaikan harga dari bahan pembutan pupuk cair berkisar Rp 200.000.
(medanbisnis.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar