MANGROVE merupakan suatu perisai penting melawan pemasan global, namun keberadaan hutan bakau itu telah turun sekira separuh dalam 50 tahun terakhir.
Masalah itu disorot untuk pertama kalinya dalam sebuah penelitian yang disiarkan pada 3 April.
Kehancuran hutan di kawasan pesisir pantai tropis tercatat kira-kira 10 persen dari emisi karbon dioksida akibat deforestasi, sumber terbesar kedua CO2 setelah pembakaran bahan bakar fosil.
Makin sedikitnya pohon tidak hanya berarti kian sedikit CO2 yang diserap dari udara tapi juga lepasnya stok karbon yang telah terakumulasi dalam sedimen air dangkal selama seribu tahun.
Mangrove -- hutan bakau yang telah menghiasi garis-garis pantai di lebih 100 negara -- memberikan banyak manfaat kepada manasia yang tinggal di tengah-tengah mereka.
Air pasang-surut yang menyuburkan pertumbuhan pohon-pohon bakau merupakan pemelihara alami belasan species ikan dan udang yang penting bagi perikanan komersial di seluruh dunia.
Layanan Besar
"Layanan ekosistem" besar lain, dalam jargon sains lingkungan, adalah perlindungan dari badai dan terjangan topan.
Topan Nargis, yang menewaskan 138.000 orang di Myanmar pada 2008 lalu, mungkin tidak akan semaut itu andaikata separuh hutan bakau di negara tadi tidak ditebangi untuk kayu bakar atau dibersihkan untuk membuat tambak-tambak udang.
Daniel Donato dari US Departmen of Agriculture’s Forest Service di Hilo, Hawai dan tim periset internasional meneliti konten karbon di 25 mangroves yang tersebar di seluruh wilayah Indo-Pasifik.
Pohon-pohon bakau itu menyimpan CO2 dari atmosfer serta hutan tropis di darat. Di bawah garis air itu, pohon-pohon tersebut bahkan lebih efisien, menyimpan lebih lima kali lipat karbon daripada area permukaan sama.
"Mangroves tercatat di antara hutan paling kaya karbon di daerah tropis," ungkap Donato dan para koleganya dalam sebuah studi yang dipublikan dalam Nature Geoscience.
"Data kami menunjukkan bahwa pembahasan soal peranan kunci hutan tanah basah daerah tropis dalam perubahan iklim dapat diperluas secara signifikan yang meliputi hutan bakau."
Dalam sebuah komentar menyertai laporan hasil penelitian itu, Steven Bouillon dari Katholieke Universiteit Leuven dai Belgia mengatakan inventaris karbon yang diungkap riset tersebut "membeikan insentif kuat untuk mempertimbangkan ekosistem mangrove sebagai area prioritas konservasi."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar