Dengan semakin meningkatnya populasi penduduk maka sejalan dengan itu kebutuhan akan energi khususnya energi listrik semakin meningkat pula.
Sedangkan sumber energi minyak bumi yang merupakan sebagai salah satu sumber energi terbesar saat ini yang digunakan sudah tidak akan bertambah lagi dan semakin hari semakin menipis.
Visi Sektor Ketenagalistrikan
Pemerintah melalui Kementrian ESDM melalui Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor : 2682 K/21/MEM/2008. Visi sektor ketenagalistrikan adalah dapat melistriki seluruh rumah tangga, desa serta memenuhi kebutuhan industri yang berkembang cepat dalam jumlah yang cukup, transparan, efisien, andal, aman dan akrab lingkungan untuk mendukung pertumbuhan perekonomian nasional dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pemerintah sangat jelas menginginkan tersedianya kebutuhan energi listrik yang aman lingkungan hal ini juga sejalan dengan kesepakatan Negara-negara Maju pada Kyoto Protocol khususnya dalam proyek pengembangan CDM (Clean Development Mechanism).
Dari berbagai sumber energi tersebut salah satu sumber energi yang masih belum dimanfaatkan secara masal dan komersial adalah energi limbah kelapa sawit.
Potensi Energi Limbah Kelapa Sawit
Proses pengolahan tandan buah segar (TBS = fresh fruit bunches) menjadi crude palm oil (CPO) dan seluruh aktifitas produksi pabrik kelapa sawit (PKS) menghasilkan biomassa produk samping, baik limbah padat maupun cair, dalam volume sangat besar. Itu sebabnya, peningkatan volume limbah merupakan konsekuensi tak terpisahkan dari peningkatan industri minyak kelapa sawit.
Secara umum, limbah PKS dikelompokkan menjadi limbah padat dan limbah cair (Palm Oil Mill Effluent / POME).
Untuk tiap ton TBS yang diolah dalam PKS diperlukan antara 1 - 2 ton air. Pasok air biasa diambil dari lingkungan sekitar, misal sungai.
Limbah cair yang dihasilkan sekitar 550 kg per ton TBS yang diolah, dengan berat jenis antara 1,05 hingga 1,1 g/cm3 ,diperoleh limbah cair mencapai 40%– 70% TBS yang diolah. Kisaran volume tersebut tergantung juga pada sistem pengolahan limbah pabrik.
Limbah padat PKS dikelompokkan menjadi dua, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan dan yang berasal dari basis pengolahan limbah cair. Limbah padat yang berasal dari proses pengolahan berupa tandan buah kosong (TBK = empty fruit bunch) yang terbuang dari penebah setelah tandan rebus dipisahkan dari buahnya, cangkang atau tempurung (palm shell), dan serabut atau serat (fiber). Sedangkan limbah padat yang berasal dari pengolahan limbah cair berupa lumpur aktif yang terbawa oleh hasil pengolahan air limbah .
Pemanfaatan dalam Bentuk Bahan Bakar
Pada dasarnya semua limbah padat PKS dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam PKS, yaitu sebagai bahan bakar ketel uap untuk memasok kebutuhan uap panas dan pembangkitan listrik. Limbah padat seperti serabut dan cangkang dapat dipakai langsung begitu keluar dari proses produksi sebagai bahan bakar. Tergantung pada rancangannya,
Untuk mengoperasikan ketel uap dapat memanfaatkan 100% cangkang, 100% serabut atau kombinasi antara keduanya.
Pemanfaatan dalam Bentuk Briket Arang
Selain untuk bahan bakar padat, alternatif lain yang relatif sederhana untuk mendapatkan manfaat energi limbah padat kelapa sawit adalah dengan terlebih dahulu mengolah limbah tersebut menjadi briket arang.
Tandan kosong sawit memiliki kandungan air yang tinggi. Ini membuat efisiensi termal TBK rendah dan lagi pembakarannya secara langsung akan menimbulkan polusi asap yang cukup mengganggu. Karena itu pemanfaatan TBK (Tandan Buah Kosong) sebagai bahan bakar harus melewati pengolahan terlebih dahulu. Briket arang menjadi bentuk alternatif.
Pemanfaatan limbah tersebut dapat meminimalisasi beban pencemaran terhadap lingkungan, sekaligus menghasilkan manfaat, antara lain dalam bentuk energi. Potensi output energi tersebut lebih tinggi dari kebutuhan energi PKS itu sendiri.
Pemanfaatan dalam Bentuk Biogas
Energi yang cukup besar dapat diperoleh pula dari pengolahan limbah cair. Pengolahan limbah cair dilakukan dengan proses bertingkat yang memanfaatkan kolam-kolam terbuka. Untuk PKS kapasitas sampai kira-kira 80 ton TBS per jam, dibutuhkan kolam-kolam dengan luas belasan hektar.
Inti proses tersebut adalah biodegradasi komponen organik limbah tersebut. Dekomposisi anaerobik meliputi penguraian bahan organik majemuk menjadi senyawa asam-asam organik dan selanjutnya diurai menjadi gas-gas dan air.
Gas metana akan terbentuk selama limbah cair diolah dalam kolam terbuka tersebut.
Gas metana yang dihasilkan proses tersebut merupakan komponen terbesar biogas. Ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi jika diolah dalam sistem digester anaerob.
Pada pabrik kelapa sawit yang mengolah 40 ton TBS/jam akan dihasilkan limbah cair sebanyak 20 m3/jam Jika pabrik bekerja selama 20 jam/hari, maka akan dihasilkan limbah cair sebanyak 400 m3 per hari. Dengan perhitungan karakteristik limbah cari untuk sebuah PKS dengan asumsi kapasitas 100 ribu ton TBS per tahun, dengan memasukkan perhitungan rentang nilai kalor maka bisa diperoleh energi antara 1,38 – 2,52 GW(e)h.***
Penulis adalah Staff Pengajar Politeknik Negeri Medan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar