BANYUMAS. Penggilingan padi di wilayah Banyumas, Jawa Tengah (Jateng), sejak dua pekan terakhir didominasi pelayanan untuk konsumsi petani sehari-hari. Kondisi ini terjadi seiring menyusutnya stok padi di wilayah selatan, karena para tengkulak dari Jateng bagian utara dan Jawa Barat (Jabar) berebut hasil panenan padi yang masih berlangsung di Cilacap.
Ketua Persatuan Penggilingan Padi (Perpadi) Banyumas, Wahyudianto, Kamis (28/4), mengatakan, pada musim panen raya lalu, dari sekitar 500 tempat penggilingan padi di wilayah Banyumas, rata-rata setiap hari mengolah sekitar 2.900 ton. Namun, saat ini hanya tinggal 300 ton per hari.
”Kebanyakan tempat penggilingan padi hanya memenuhi permintaan konsumsi sehari-hari para petani. Adapun dari para mitra Bulog ataupun tengkulak, berkurang drastis,” ujarnya.
Kepala Humas Perum Bulog Subdivre IV Banyumas, Priyono, mengatakan, hingga pertengahan April pihaknya telah menyerap 34.000 ton beras atau tercapai 42 persen dari prognosa tahun 2011 sebesar 95.000 ton. Stok beras Bulog cukup hingga Agustus.
Tegal dan Medan stabil
Harga beras dan gabah di wilayah Kota Tegal, Jateng, dan Medan, Sumatera Utara (Sumut) dan sekitarnya, masih stabil, meski panen sudah mulai berkurang.
Di Tegal, harga beras kualitas premium dari petani sekitar Rp 5.200-Rp 5.400 per kilogram (kg), sedangkan harga di tingkat eceran Rp 6.000 per kg.
Mahrudi (33), pedagang beras di Pasar Induk Beras Martoloyo, Kota Tegal, mengatakan, dua pekan lalu harga beras naik Rp 50-Rp 100 per kg. Harga beras premium saat ini Rp 5.560 per kg.
Hasan, pedagang beras di Pasar Pringgan, Medan, mengatakan banyak beras masuk dari Aceh. Harga IR 64 asal Aceh Rp 5.850-Rp 5.900 per kg. Sementara IR 64 kelas menengah Rp 6.400 per kg. Beras kuku balam antara Rp 8.400-Rp 8.500 per kg.
Di Makassar, harga beras cenderung turun sebulan terakhir. Di Pasar Tello, Makassar, semua jenis beras turun Rp 400 hingga Rp 1.000 per kg seminggu terakhir. Harga beras di kisaran Rp 5.500–Rp 8.000 per kg.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar