Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah di Medan, Senin (18/4), mengatakan, prediksi kenaikan ekspor itu mengacu pada tren menguatnya volume ekspor karet mulai Maret menjadi 54.903 ton dari 41.956 ton pada Februari dan Januari sebanyak 47.902 ton.
"Peningkatan volume ekspor itu dipicu meningkatnya kebutuhan, sedangkan pasokan yang kembali agak ketat dan harga di pasar internasonal yang masih stabil dengan tren melemah sekitar 5 dolar AS per kg," katanya.
Pada Maret lalu, komoditas itu sempat membanjiri pasar karena ulah spekulan yang melepas stok secara besar-besar dengan alasan khawatir harga karet yang ketika itu sebesar 6 dolar AS per kg dan dinilai sudah terlalu tinggi, tiba-tiba anjlok.
Aksi spekulan ketika itu langsung membuat harga ekspor karet anjlok menjadi hanya 4,53 dolar AS per kg dan kini perlahan pulih lagi menjadi sekitar 5 dolar AS per kg.
Harga SIR 20 di bursa karet Singapura pada 15 April lalu ditutup pada 5,01 dolar As per kg untuk pengapalan Mei.
"Harga ekspor yang bertahan stabil itu juga membuat harga bokar (bahan olah karet) di pabrikan Sumut tetap di kisaran Rp36.000 -Rp39.000 per kg," katanya.
Meski harga menurun, volume ekspor karet dari Sumut terlihat meningkat.
Pada triwulan I/2011, volume ekspor karet Sumut sudah mencapai 144.763 ton atau bertambah 17.772 ton dari realisasi periode yang sama 2010 yang masih 126.991 ton. (Ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar