Jakarta. Pabrik bioethanol PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X, yang merupakan hasil kerja sama pemerintah Indonesia dan pemerintah Jepang melalui "the New Energy and Industrial Technology Development Organization" (NEDO), dijadwalkan mulai beroperasi 2012.
"Pertengahan Mei akan dilakukan peletakan batu pertama pembangunan pabrik dan kira-kira selesai Februari 2012 jadi pada musim giling tebu 2012 molases sudah bisa diolah menjadi bioethanol," kata Direktur Utama PTPN X Subiyono usai penandatanganan dokumen implementasi proyek pembangunan pabrik bioethanol di kantor Kementerian Perindustrian Jakarta, Kamis (21/4).
Menurut Manajer Proyek Bioethanol PTPN X Nur Iswanto, pabrik bioethanol yang dibangun terpadu dengan Pabrik Gula Gempolkrep Mojokerto (Jawa timur) milik PTPN X tersebut bisa mulai beroperasi pada November 2012.
Pabrik bioethanol itu, menurut Nur akan mengolah sekitar 100 ribu ton dari 250 ribu ton molasses (limbah industri gula) yang setiap tahun dihasilkan perusahaan itu menjadi bioethanol.
"Bioethanol yang akan dihasilkan kira-kira 100 ribu liter per hari, atau 30.000 kiloliter bioethanol "fuel grade" per tahun bila dalam setahun pabrik beroperasi 300 hari," katanya.
Subiyono mengatakan pihaknya sudah menyiapkan rencana pemasaran bioethanol yang dihasilkan Pabrik Gula Gempolkrep dan sudah ada beberapa pihak yang berminat melakukan pembelian.
"Kami sudah ada kesepakatan dengan perusahaan perdagangan internasional. Selain dijual sebagai campuran bahan bakar, bioethanol yang diproduksi juga bisa dijual sebagai bahan baku industri kimia hilir," kata Nur Iswanto.
Ia optimistis pihaknya tidak akan mengalami kesulitan memasarkan bioethanol karena pasar komoditas tersebut masih besar di dunia. "Kebutuhan pasar akan bioethanol yang sangat besar sampai sekarang belum terpenuhi," katanya.
Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto menjelaskan, nota kesepahaman proyek kerja sama produksi bioethanol antara pemerintah Indonesia dan NEDO Jepang ditandatangani 2 Agustus 2010.
Menurut dia, proyek kerja sama itu bernilai investasi US$ 25,5 juta, di mana US$ 16 juta diantaranya merupakan hibah pemerintah Jepang melalui NEDO dan US$ 9,5 juta lainnya berasal dari pihak Indonesia.
Pelaksana proyek kerja sama yang diproyeksikan mampu menghasilkan 330 ribu kiloliter bioethanol per tahun itu terdiri atas PTPN X dari Indonesia serta Tsukishima Kikai, Sapporo Engineering dan Marubeni dari pihak Jepang.
Kedua belah pihak mengawali pelaksanaan proyek dengan menandatangani dokumen implementasi proyek kerja sama tersebut di kantor Kementerian Perindustrian Jakarta pada Kamis (21/4). "Ini bukan proyek sepihak, tapi proyek kerja sama yang diwujudkan kedua belah pihak. Kami harap teknologi yang sudah ada di Indonesia juga bisa dimanfaatkan dalam pelaksanaan proyek ini," kata Perwakilan NEDO, Eiji Ohira usai penandatanganan dokumen.
Ia berharap, proyek kerja sama itu bisa menjadi contoh model dalam pembangunan pabrik serupa di Indonesia. (ant)
Menurut Manajer Proyek Bioethanol PTPN X Nur Iswanto, pabrik bioethanol yang dibangun terpadu dengan Pabrik Gula Gempolkrep Mojokerto (Jawa timur) milik PTPN X tersebut bisa mulai beroperasi pada November 2012.
Pabrik bioethanol itu, menurut Nur akan mengolah sekitar 100 ribu ton dari 250 ribu ton molasses (limbah industri gula) yang setiap tahun dihasilkan perusahaan itu menjadi bioethanol.
"Bioethanol yang akan dihasilkan kira-kira 100 ribu liter per hari, atau 30.000 kiloliter bioethanol "fuel grade" per tahun bila dalam setahun pabrik beroperasi 300 hari," katanya.
Subiyono mengatakan pihaknya sudah menyiapkan rencana pemasaran bioethanol yang dihasilkan Pabrik Gula Gempolkrep dan sudah ada beberapa pihak yang berminat melakukan pembelian.
"Kami sudah ada kesepakatan dengan perusahaan perdagangan internasional. Selain dijual sebagai campuran bahan bakar, bioethanol yang diproduksi juga bisa dijual sebagai bahan baku industri kimia hilir," kata Nur Iswanto.
Ia optimistis pihaknya tidak akan mengalami kesulitan memasarkan bioethanol karena pasar komoditas tersebut masih besar di dunia. "Kebutuhan pasar akan bioethanol yang sangat besar sampai sekarang belum terpenuhi," katanya.
Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto menjelaskan, nota kesepahaman proyek kerja sama produksi bioethanol antara pemerintah Indonesia dan NEDO Jepang ditandatangani 2 Agustus 2010.
Menurut dia, proyek kerja sama itu bernilai investasi US$ 25,5 juta, di mana US$ 16 juta diantaranya merupakan hibah pemerintah Jepang melalui NEDO dan US$ 9,5 juta lainnya berasal dari pihak Indonesia.
Pelaksana proyek kerja sama yang diproyeksikan mampu menghasilkan 330 ribu kiloliter bioethanol per tahun itu terdiri atas PTPN X dari Indonesia serta Tsukishima Kikai, Sapporo Engineering dan Marubeni dari pihak Jepang.
Kedua belah pihak mengawali pelaksanaan proyek dengan menandatangani dokumen implementasi proyek kerja sama tersebut di kantor Kementerian Perindustrian Jakarta pada Kamis (21/4). "Ini bukan proyek sepihak, tapi proyek kerja sama yang diwujudkan kedua belah pihak. Kami harap teknologi yang sudah ada di Indonesia juga bisa dimanfaatkan dalam pelaksanaan proyek ini," kata Perwakilan NEDO, Eiji Ohira usai penandatanganan dokumen.
Ia berharap, proyek kerja sama itu bisa menjadi contoh model dalam pembangunan pabrik serupa di Indonesia. (ant)
Jika Anda memiliki masalah keuangan, sekarang saatnya Anda tersenyum. Anda hanya perlu menghubungi Bpk. Benjamin dengan jumlah yang ingin Anda pinjam dan periode pembayaran yang sesuai untuk Anda dan Anda akan memiliki pinjaman dalam waktu kurang dari 48 jam. Saya hanya mendapat manfaat untuk keenam kalinya pinjaman 700 ribu dolar untuk jangka waktu 180 bulan dengan kemungkinan membayar sebelum tanggal kedaluwarsa. Lakukan kontak dengannya dan Anda akan melihat bahwa dia adalah orang yang sangat jujur dengan hati yang baik. Surelnya adalah lfdsloans@lemeridianfds.com dan nomor telepon WhatApp-nya adalah + 1-989-394-3740
BalasHapus