Pedagang beras melayani pembeli di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (18/4). Menurut Bank Dunia, peningkatan harga pangan, terutama beras, sejak setahun lalu, memengaruhi daya beli masyarakat miskin dan yang hampir miskin di Indonesia. Beras IR-64 paling murah dijual seharga Rp 6000 per kilogram.
Ketentuan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 65 tanggal 31 Maret 2011. Penerapan bea masuk sekaligus mempertegas pencabutan penerapan tarif nol persen, yang berlaku sejak 22 Desember 2010 hingga 31 Maret 2011.
Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan, bea masuk membuat beras impor tak lagi kompetitif. Selama izin impor diberikan dengan kuota 2 juta ton, pihaknya bisa merealisasikan sebanyak 1.848.000 ton. ”Sejak bea masuk diterapkan, kami sudah tidak impor lagi. Meski targetnya tidak terealisasi, stok beras nasional saat ini tidak bermasalah karena masih mencukupi. Stok beras kami lebih dari 1,5 juta ton,” katanya di Jakarta, Senin (18/4).
Menurut dia, tidak tercapainya target impor lebih disebabkan kendala pelayaran dan bongkar muat. Cuaca ekstrem membuat pengangkutan melalui kapal dari negara asal terganggu. Selain mengandalkan beras impor, pasokan beras Bulog juga bergantung pada penyerapan beras dari petani. Saat ini, realisasi penyerapan tercatat 632.000 ton.
Daerah yang saat ini tengah panen besar, lanjutnya, adalah Jawa Barat. Daerah lainnya, seperti Jawa Tengah, Sumatera Selatan, dan Jawa Timur, intensitas panen sudah mulai mengecil. Kondisi tersebut akan memengaruhi harga beras. Jika terjadi lonjakan harga yang cukup signifikan, Bulog pun siap menggelar operasi pasar.
Realisasi operasi pasar dari Januari sampai dengan Maret 2011 sebesar 135.600 ton, sedangkan penyaluran beras untuk rakyat miskin periode Januari-April 2011 terealisasi 817.844 ton per 5 April atau sebesar 77,79 persen dari rencana penyaluran beras untuk rakyat miskin hingga April sebesar 1.051.300 ton.
Menurut Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, meski harga beras sudah menunjukkan tren menurun, fluktuasi harga tetap perlu diwaspadai. Sebab, harga minyak dunia yang terus bergerak naik membuat ekspektasi konsumen terhadap harga pangan global ikut naik. Selain memacu produksi, penyiapan infrastruktur yang baik juga menjadi kebutuhan penting untuk memperlancar distribusi.
”Harga minyak sudah menembus 120 dollar per barrel. Kenaikan tersebut akan memengaruhi harga pangan internasional,” katanya.
Pada bulan Maret, bahan makanan mengalami deflasi sebesar 1,94 persen. Deflasi bulan Maret-April merupakan fenomena musiman. Selama tiga tahun terakhir, pola selalu sama. Hal itu karena bertepatan dengan panen raya padi, di mana beras menjadi komoditas dengan bobot inflasi relatif besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar