Selasa, 05 April 2011

Berita Pertanian : Dampak Kemarau, Panen Sawit Turun 50%

Jambi. Musim kemarau di kawasan transmigrasi kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muarojambi, berakibat turunnya produksi panen Tandan Buah Segar (TBS) sawit bahkan sampai 50%. "Dampak kemarau sudah semakin terasa, bencana kekeringan semakin nyata mengancam. Meski baru dua pekan, musim kemarau dimulai tersebut sudah berakibat pada menurunnya panen TBS masyarakat hingga 50 persen," kata Sekretaris desa Unit 13 desa Transmigrasi Sungai Bahar M Yani, saat dihubungi di Jambi, Senin (4/4).

Lebih jauh, Yani merinci, produksi TBS yang dipanen masyarakat dalam musim panen selama dua minggu terakhir turun drastis antara 50-60 persen. "Biasanya untuk lahan satu hektare masyarakat bisa memanen satu ton. Saat ini hanya bisa menghasilkan lima kwintal, jadi sangat drastis sekali menurunnya. Para petani mulai resah karena kuwatir akan terjadi gagal panen besar-besaran dalam bulan-bulan ke depannya," terang Yani.

Bencana kekeringan diakuinya pada 2011 ini mengintai perkebunan sawit menyusul terjadinya perubahan cuaca ekstrim yang diprediksi para ahli iklim dan cuaca terjadi pada 2011-2012.

Kondisi tersebut jelas meresahkan masyarakat karena tanaman sawit sangat rawan terhadap ketersediaan air. TinPanen Sawitgkat konsumsi air pohon-pohon sait memang sangat besar, sebatang sawit sedikitnya membutuhkan 2000 liter air setiap harinya.

"Saat ini, warga masyarakat kita beri penyuluhan untuk bersabar dan bersiap diri menghadapi terbesar dari kemungkinan terjadinya musim kemarau paling ekstrim pada tahun ini. Kita hanya bisa meminta warga untuk berhemat atau tidak hidup boros,"" kata Yani.

Pasalnya, tambahnya, selama ini semenjak semakin berkembangnya sawit di pasaran kehidupan para petani pun berubah drastis karena peningkatan perekonomian dan kesejahteraan yang terus meningkat.

Tanda-tanda akan dimulainya musim paceklik kekeringan tersebut kini sudah semakin jelas terlihat. Kanal-kanal air dalam areal perkebunan yang menjadi sumber air cadangan bagi tanaman sawit selama ini kini sudah kering, debit air sungai semkin menyusut, sumur-sumur di rumah warga pun sudah mengering.

Selain itu, satwa-satwa air pun seperti ikan-ikan ditemukan banyak yang mati terdampar di pinggir sungai. Burung-burung belukar pun banyak yang ditemukan mati di semak-semak."Kita sudah mengingatkan kalau musim kemarau ini berlangsung terus menerus dalam dua bulan ke depan, maka bukan tidak mungkin seluruh kawasan Transmigrasi di Sungaibahar akan mengalami bencana kekeringan paling hebat dalam tahun ini. Kita juga mengharapkan pemerintah juga bisa secepatnya bergerak mengantisipasi kondisi yang bisa memicu konflik sosial tersebut sedini mungkin," tandasnya. (ant)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar