Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian mengingatkan perlunya mewaspadai serangan hama wereng coklat pada tanaman padi yang kemungkinan melanda kembali.
Kepala Balitbangtan, Haryono di Bogor, Rabu (27/4), mengatakan, berdasarkan ramalan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kondisi tahun ini akan sama dengan 2010 yang mana tahun lalu terjadi ledakan serangan hama wereng pada akhir-akhir Desember.
"Antara musim kemarau dan penghujan jika perbedaannya musim panas dan dingin sangat jelas maka akan timbul hama wereng, oleh karena itu harus diwaspadai," katanya di sela Rapat Kerja Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Menurut dia, walaupun intensitas serangan hama wereng diperkirakan tidak akan setinggi tahun lalu, namun pihaknya tetap melakukan langkah-langkah antisipasi untuk menanggulanginya, antara lain dengan pelatihan tenaga Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT).
Pada tahun ini, lanjutnya, akan ditempatkan 1.000 petugas POPT di seluruh daerah endemik serangan hama wereng di sentra-sentra produksi padi, antara lain tujuh kabupaten di Jawa Tengah sebanyak 700 tenaga POPT, Kabupaten Lamongan Jawa Timur dan Sukamandi Subang Jawa Barat masing-masing 400 orang.
Sementara itu, menyinggung serangan ulat bulu di beberapa daerah, Haryono menyatakan, hama tersebut tidak mengancam pada tanaman padi karena jenisnya lain dengan ulat yang menyerang tanaman pangan itu.
Dia menegaskan, saat ini serangan ulat bulu sudah selesai apalagi telah melewati siklus 30 hari yang mana telor sudah tidak ada serta tidak jadi kepompong karena adanya parasitoit.
Untuk itu, guna memperbaiki ekosistem alam, maka Badan Litbang Pertanian melakukan gerakan menanam pohon di lingkungan lembaga tersebut yang tersebar di tanah air. "Satu orang staf diwajibkan menanam lima pohon, jika saat ini ada 8.600 orang staf Badan Litbang di seluruh Indonesia maka akan tertanaman lebih dari 40 ribu pohon," katanya.
Haryono menyatakan, pohon yang ditanam untuk perbaikan ekosistem tersebut yakni komoditas pangan lokal seperti pohon menteng, nyamplung, sukun, mangga, dan lain-lain. (ant)
"Antara musim kemarau dan penghujan jika perbedaannya musim panas dan dingin sangat jelas maka akan timbul hama wereng, oleh karena itu harus diwaspadai," katanya di sela Rapat Kerja Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Menurut dia, walaupun intensitas serangan hama wereng diperkirakan tidak akan setinggi tahun lalu, namun pihaknya tetap melakukan langkah-langkah antisipasi untuk menanggulanginya, antara lain dengan pelatihan tenaga Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT).
Pada tahun ini, lanjutnya, akan ditempatkan 1.000 petugas POPT di seluruh daerah endemik serangan hama wereng di sentra-sentra produksi padi, antara lain tujuh kabupaten di Jawa Tengah sebanyak 700 tenaga POPT, Kabupaten Lamongan Jawa Timur dan Sukamandi Subang Jawa Barat masing-masing 400 orang.
Sementara itu, menyinggung serangan ulat bulu di beberapa daerah, Haryono menyatakan, hama tersebut tidak mengancam pada tanaman padi karena jenisnya lain dengan ulat yang menyerang tanaman pangan itu.
Dia menegaskan, saat ini serangan ulat bulu sudah selesai apalagi telah melewati siklus 30 hari yang mana telor sudah tidak ada serta tidak jadi kepompong karena adanya parasitoit.
Untuk itu, guna memperbaiki ekosistem alam, maka Badan Litbang Pertanian melakukan gerakan menanam pohon di lingkungan lembaga tersebut yang tersebar di tanah air. "Satu orang staf diwajibkan menanam lima pohon, jika saat ini ada 8.600 orang staf Badan Litbang di seluruh Indonesia maka akan tertanaman lebih dari 40 ribu pohon," katanya.
Haryono menyatakan, pohon yang ditanam untuk perbaikan ekosistem tersebut yakni komoditas pangan lokal seperti pohon menteng, nyamplung, sukun, mangga, dan lain-lain. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar