PANGKALAN BALAI. Ratusan hektare (ha) sawah di Desa Rantaubayur, Kecamatan Rantaubayur, Sumatra Selatan terancam tercemar limbah yang diduga berasal dari buangan sebuah perusahaan pengolahan sawit di perbatasan Muara Enim. Akibatnya mereka tak bisa menanam padi pada musim tanam tahun ini.
Menurut pengakuan petani, air sungai yang mengaliri sawah mereka berubah menjadi hitam pekat dengan kadar keasaman cukup tinggi. "Data kami, sedikitnya ada delapan ha sawah sudah rusak. Sementara ratusan hektare lainnya terancam ikut tercemar," ungkap Kepala Desa (Kades) Rantaubayur Irwanto Tajudin Kamis (14/4).
Selain itu, luberan air limbah dari saluran primer milik perusahaan tersebut juga telah masuk ke areal persawahan milik petani. "Semestinya, saat ini petani sudah memasuki musim tanam. Namun, karena areal sawah tercemar, petani tidak bisa memulainya (proses tanam)," imbuhnya.
Menurut Irwanto, bila petani tetap memaksakan diri untuk menanam, padi yang ditanam tidak akan tumbuh subur dan hasil yang diperoleh tidak akan menguntungkan. "Pencemaran ini sudah berlangsung lama. Namun, beberapa bulan ini makin parah karena aliran air dari saluran primer pembuangan pihak perusahaan sawit di Muaraenim meluber ke sawah warga," katanya.
Dihubungi terpisah, Sekretaris Badan Lingkungan Hidup (BLH) Banyuasin Enri Yusron menyatakan pihaknya belum mendapatkan laporan warga Desa Rantaubayur terkait pencemaran tersebut. Namun, jika dilihat warna air sungai yang hitam, limbah tersebut sudah melebihi angka baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah. "Untuk pembuktiannya perlu diambil sampel air dan dilakukan uji laboratorium," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar