Banjarmasin. Pecinta anggrek Singapura sedang mengembangkan anggrek khas Kalimantan Selatan (kalsel) yaitu "dendrobium lowii" yang kini di daerah asalnya sudah tidak bisa ditemukan lagi akibat pembabatan hutan.
Sekretaris Persatuan Anggrek Indonesia Julianto di Banjarmasin, Minggu (24/5) mengatakan, anggrek "lowii" yang merupakan anggrek khas Banjarmasin tersebut kini sudah tidak bisa ditemui di daerah asalnya. Justru tambah dia, bunga langka asli pegunungan meratus tersebut sedang dikembangkan di Singapura. "Informasinya "dendrobium lowii" memang sangat sulit tumbuh, sehingga perkembangbiakannya tidak secepat jenis anggrek lainnya," kata Julianto.Menurut dia, mengenang hasil alam khas Kalsel yang kini justru dikembangkan di negara tetangga tersebut, logo organisasi PAI Kalsel menggunakan simbol anggrek "dendrobium lowii".
Memastikan bahwa kini anggrek langka tersebut masih ada, tambah Julianto pihaknya telah menghubungi pihak Singapura untuk mengirimkan foto-foto bunga tersebut.
Dikatakannya, terdapat empat jenis anggrek Kalsel yang kini punah atau sulit ditemukan di pinggiran hutan Meratus antara lain "dendribium hepatikum" dan "spatoglotis aurea". Dan, untuk mengantisipasi hilangnya anggrek langka dari Kalsel, pihaknya sedang fokus mengembangbiakkan anggrek bulan atau "phalaenopsis amabillis var" asli Pelaihari.
"PAI Kalsel bersama pemerintah Kota Banjarmasin sedang serius mengembangkan anggrek bulan khas Kalsel yang kini juga mulai langka itu," katanya.
Selain itu, kata dia, sebanyak 10 anggrek khas Kalsel kini juga telah dilindungi undang-undang sehingga tidak bisa diperjualbelikan baik di dalam maupun di luar negeri. Sayangnya dari 10 jenis anggrek khas Kalsel yang telah dilindungi undang-undang itu, empat anggrek langka yang telah hilang tidak termasuk. "Mungkin karena sudah telanjur hilang, empat anggrek tersebut di atas tidak masuk sebagai anggrek yang dilindungi hukum," tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar