Slawi. Hama tikus menyerang puluhan hektar tanaman padi di wilayah Kecamatan Pagerbarang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Tikus memakan batang tanaman padi hingga rusak. Meski dibasmi, hama tikus tetap ada.
Mujib (35), petani di Desa Randusari, Kecamatan Pagerbarang, Senin (18/4), mengatakan, tikus menyerang sawah yang berada di dekat tanaman tebu atau di pinggir sungai. Dari sekitar 52 hektar sawah di wilayahnya, sekitar 10 hektar diserang tikus.
Tanaman padi yang diserang tikus rata-rata berusia dua bulan. Hama tersebut memakan batang tanaman hingga putus serta butir padi yang mulai tumbuh. ”Biasanya serangan tikus semakin membabi buta kalau habis hujan,” katanya.
Menurut Sodikhi (50), petani di Desa Pagerbarang, Kecamatan Pagerbarang, serangan tikus sudah ada sejak November 2010. Pada musim tanam kedua kali ini hama itu masih ada dan merusak tanaman petani. Luas sawah yang terserang tikus 100 hektar.
”Karena diserang tikus, hasil panen turun hingga 60 persen,” tambah Mujib, petani lainnya. Dari lahannya 1.700 meter persegi seharusnya bisa dihasilkan sekitar satu ton gabah. Namun, karena diserang tikus pada musim lalu, mereka hanya menghasilkan sekitar empat kuintal gabah.
Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Tegal Toto Subandriyo mengatakan, serangan tikus sebagai dampak perubahan cuaca ekstrem, serta pola tanam padi yang berlangsung selama 2010. ”Kondisi itu juga menunjukkan terkoyaknya salah satu bentuk keseimbangan alam,” ujarnya.
Sejumlah petani di Purwakarta dan Karawang, Jabar, mengandalkan hujan untuk menyelamatkan tanaman mereka musim ini. Debit air irigasi dan sumber pengairan setempat tak mencukupi kebutuhan seiring berkurangnya curah hujan sebulan ini.
Padi usia 1-15 hari yang ditanam mengalami kekurangan air seiring turunnya debit Situ Cigangsa. Muka air situ seluas 3,9 hektar yang jadi sumber pengairan bagi 350 hektar sawah itu surut. Di sebagian besar daerah genangan situ, tinggi air kurang dari satu meter.
”Beberapa petak sawah sempat retak-retak akibat kekurangan air. Beberapa hari ini hujan turun sehingga padi yang baru dipindah dari persemaian terairi lagi,” kata Otong (47), petani penggarap di Campakasari.
Di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis, petani meminta perbaikan saluran irigasi dan pembuatan bendung air tambahan. Tujuannya agar pasokan air terus terjaga saat musim kemarau. ”Kini, saluran irigasi Surakatiga menghubungkan air dari Sungai Cikidang menuju sawah di Desa Jatisari, Mekarwangi, Kabupaten Tasikmalaya, sepanjang lima kilometer rusak. Meski musim hujan pasokan air kerap tersendat,” kata Ketua Gabungan Kelompok Tani Saluyu Siti Rohmat, di Tasikmalaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar