Kendari. Menteri Pertanian (Mentan) Suswono meminta pemerintah daerah mendorong dan mendidik para petani untuk menciptakan nilai tambah dari hasil pertaniannya.
"Pemerintah harus terus mendorong upaya perbaikan mutu produk pertanian, sehingga berbagai potensi yang dimiliki daerah dapat memberikan nilai tambah," kata Mentan Suswono ketika meninjau pusat pengembangan mutu kakao di Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, sekitar 20 kilometer dari Kota Kendari, Rabu (20/4).
Mentan didampingi Sekretaris Pemerintah Propinsi Sultra Zainal Abidin dan Bupati Konawe Selatan Imran melihat langsung proses fermentasi biji kakao berkualitas ekspor.
Menurut Suswono, harga biji kakao hasil fermentasi jauh lebih tinggi dibanding biji gelondongan, tetapi kalau petani tidak sabar menunggu lama untuk fermentasi, kualitas produk rendah dan harganya juga akan rendah. "Petani kita biasanya bisa menunggu lama waktu panen, namun begitu panen mereka tidak sabar mengolah hasilnya agar ada nilai tambah. Akibatnya, pendapatan yang diperoleh rendah," ujarnya.
Oleh karena itu, kata Mentan, ke depan seluruh produk tanaman pangan, perkebunan, dan perikanan diupayakan tidak lagi diekspor dalam bentuk gelondongan melainkan bahan jadi atau setengah jadi. "Nilai tambah yang diperoleh dari berbagai produk ekspor bahan jadi atau setengah jadi itu bisa mempercepat terwujudnya kesejahteran masyarakat terutama di sentra produksi," katanya.
Suswono mengatakan, upaya meningkatkan nilai tambah berbagai produk pertanian merupakan salah satu dari tiga target utama yang dibebankan pemerintah kepada Kementerian Pertanian.
Target kedua yang harus disukseskan oleh Kementerian Pertanian hingga berakhir masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kata Mentan, adalah terwujudnya Indonesia swasembada pangan. "Sedangkan target ketiga adalah mendorong terwujudnya diversifikasi pangan, sehingga kebutuhan pangan pokok tidak hanya bergantung pada beras, tetapi juga bisa mengandalkan sumber pangan lain seperti jagung, sagu, ketela pohon dan umbi-umbian," katanya.
Ia mengatakan, kalau ketiga target utama itu bisa dicapai, kesejahteraan masyarakat bisa terjamin karena kebutuhan pangan bisa dipenuhi sendiri.
Kepala Dinas Perkebunan Sultra Chaidir Nurdin mengatakan, dalam mengelola pusat pengembangan mutu kakao itu, pihaknya bekerja sama dengan PT Bumi Tangerang. "Perusahaan itu akan menampung seluruh produk biji kakao yang dihasilkan melalui fermentasi dengan harga standar ekspor, yang nilainya tergantung pada perkembangan harga kakao dunia," katanya. (ant)
Mentan didampingi Sekretaris Pemerintah Propinsi Sultra Zainal Abidin dan Bupati Konawe Selatan Imran melihat langsung proses fermentasi biji kakao berkualitas ekspor.
Menurut Suswono, harga biji kakao hasil fermentasi jauh lebih tinggi dibanding biji gelondongan, tetapi kalau petani tidak sabar menunggu lama untuk fermentasi, kualitas produk rendah dan harganya juga akan rendah. "Petani kita biasanya bisa menunggu lama waktu panen, namun begitu panen mereka tidak sabar mengolah hasilnya agar ada nilai tambah. Akibatnya, pendapatan yang diperoleh rendah," ujarnya.
Oleh karena itu, kata Mentan, ke depan seluruh produk tanaman pangan, perkebunan, dan perikanan diupayakan tidak lagi diekspor dalam bentuk gelondongan melainkan bahan jadi atau setengah jadi. "Nilai tambah yang diperoleh dari berbagai produk ekspor bahan jadi atau setengah jadi itu bisa mempercepat terwujudnya kesejahteran masyarakat terutama di sentra produksi," katanya.
Suswono mengatakan, upaya meningkatkan nilai tambah berbagai produk pertanian merupakan salah satu dari tiga target utama yang dibebankan pemerintah kepada Kementerian Pertanian.
Target kedua yang harus disukseskan oleh Kementerian Pertanian hingga berakhir masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kata Mentan, adalah terwujudnya Indonesia swasembada pangan. "Sedangkan target ketiga adalah mendorong terwujudnya diversifikasi pangan, sehingga kebutuhan pangan pokok tidak hanya bergantung pada beras, tetapi juga bisa mengandalkan sumber pangan lain seperti jagung, sagu, ketela pohon dan umbi-umbian," katanya.
Ia mengatakan, kalau ketiga target utama itu bisa dicapai, kesejahteraan masyarakat bisa terjamin karena kebutuhan pangan bisa dipenuhi sendiri.
Kepala Dinas Perkebunan Sultra Chaidir Nurdin mengatakan, dalam mengelola pusat pengembangan mutu kakao itu, pihaknya bekerja sama dengan PT Bumi Tangerang. "Perusahaan itu akan menampung seluruh produk biji kakao yang dihasilkan melalui fermentasi dengan harga standar ekspor, yang nilainya tergantung pada perkembangan harga kakao dunia," katanya. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar