Madiun. Lebih dari separuh dari total 63 ton benih padi varietas hibrida bantuan pemerintah yang diterima petani di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, tidak ditanam. Petani khawatir gagal panen karena tidak mempunyai pengetahuan cukup bertanam padi hibrida.
Petani menerima bantuan benih tersebut pada musim tanam kedua Mei 2010. Bantuan itu untuk sawah seluas 405 hektar di Madiun. Sejumlah petani mencoba menanam benih tersebut, tetapi mereka gagal panen.
Sekretaris Kelompok Tani Mulyasari Desa Banjarsari Wetan, Kecamatan Dagangan, Sunaryo, mengatakan, padi hibrida sangat rentan terhadap serangan hama seperti wereng coklat dan sundep. Benih hibrida juga rawan diserang penyakit seperti hawar daun dan potong leher.
”Oleh karena itu apabila tidak memiliki pengetahuan yang luas, petani yang menanam benih hibrida dipastikan gagal panen,” kata Sunaryo, Kamis (10/3).
Benih hibrida konon mampu menghasilkan hingga 12 ton gabah per hektar, sedangkan benih lokal hanya sekitar 5-6 ton per hektar. Namun jika gagal panen padi hibrida, petani akan rugi dua kali lipat dibandingkan jika gagal panen padi lokal.
Oleh karena itu, kata Sunaryo, petani memilih menanam benih padi lokal seperti Ciboga, Situbagendit, IR 74, dan Intani. Benih lokal juga lebih tahan serangan hama dan penyakit.
Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan Kabupaten Madiun, Suharno, mengatakan, petani membutuhkan pendampingan secara langsung dari penyuluh pertanian untuk menanam padi varietas hibrida.
Harga turun
Dari Lampung dan Jember (Jawa Timur) dilaporkan, harga gabah kering panen (GKP) terus turun seiring dimulainya masa panen raya. Di sentra padi di Kecamatan Trimarja, Kabupaten Lampung Tengah, misalnya, harga gabah kering panen rata-rata Rp 2.600-Rp 2.700 per kilogram. Di Jember, harga GKP Rp 2.500 per kg atau di bawah harga pembelian pemerintah sebesar Rp 2.640 per kg.
”Saya berharap Bulog turun dan membeli (gabah) langsung ke petani,” kata H Abd Halim Hamam, petani di Desa Klompangan, Kecamatan Ajung, Jember.
Kepala Perum Bulog Sub Divisi regional Jember Tri Wahyudi Saleh mengatakan, telah mengerahkan satuan tugas ke desa-desa untuk membeli gabah petani. Namun hasilnya, barang tidak ada, kalaupun ada kualitasnya jelek.
”Seperti saat diberitakan, di Desa Kemuninglor, Kecamatan Panti, bahwa harga gabah hanya Rp 2.300–Rp 2.400 per kg, ternyata kualitasnya jelek dan hitam,” katanya.
Adapun Bulog Divre Lampung siap membeli gabah petani jika harga dan kualitasnya sesuai. Bulog sudah menganggarkan dana Rp 85,9 miliar untuk membeli gabah dan beras petani.
Dari Gresik, Jatim, diberitakan, anjloknya panen akibat cuaca ekstrem, para pengusaha penggilingan padi menutup usahanya. Pasokan gabah dari petani kosong, karena sejumlah petani memilih menyimpan gabahnya untuk persediaan pangan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar