INDRAMAYU. Hasil panen yang bagus di beberapa sentra produksi padi ternyata tidak diimbangi dengan kemampuan Bulog melakukan penyerapan.
Berdasarkan pantauan Media Indonesia, Jumat (25/3), petani lebih memilih untuk menjual gabah atau beras ke tengkulak atau selain mitra Bulog.
Satu-satunya kendala yang dikeluhkan para petani ialah tidak adanya kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP). Di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, kondisi ini membuat petani tidak ragu menjual hasil panen ke tengkulak yang berani membayar dengan harga lebih tinggi dibanding HPP Bulog.
"Bulog belum melakukan penyerapan di sini karena harga di tingkat petani masih lebih tinggi dibanding HPP sehingga petani enggan melepas gabah dan berasnya kepada Bulog," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Peternakan Indramayu Takmid Sarbini di sela-sela kunjungan kerja jajaran Sekretaris Jendral Kementerian Pertanian ke Indramayu, Jumat (25/3).
Untuk Gabah Kering Panen (GKP), tengkulak berani membayar Rp2.900 atau lebih banyak dibanding HPP Rp2.640. Sementara untuk Gabah Kering Giling (GKG) tengkulak bahkan berani membeli Rp3.500 atau Rp200 lebih banyak dibanding HPP Rp3.300.
"Kalau menjual ke Bulog, pendapatan yang diterima petani tidak terasa karena harga pupuk dan ongkos produksi sekarang sudah naik mahal sekali. Kalau HPP tidak naik, para petani dipastikan akan terus menjual hasil panen ke selain mitra Bulog," ujar Takmid. (MI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar