Stabat. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian, bersakit sakit-sakit dahulu, baru senang kemudian. Bahasa kiasan itu sudah dirasakan Suratmin (34), warga Lingkungan IV, Kelurahan Paya Mabar, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat.
“Ada 10 kreta gerobak usaha yang saya miliki, dan tiap gerobak bisa ber omzet rata – rata Rp 250.000 tiap hari,” kata Suratmin, Minggu (27/3), di Stabat.
Pisang molen Suratmin bukan pisang molen biasa, namun pisang molen itu memiliki aneka ragam rasa, seperti rasa coklat, jagung, kacang hijau, nenas, pulut tape, pulut durian, dan pisang molen tulen yang menggunakan pisang lilit.
“Ada sepuluh gerobak dagangan kita, dua berlokasi di Kota Medan, salah satunya di Jalan Pancing dekat Unimed, tiga di Binjai, seperti di persimpangan Kebun Lada, dan 4 gerobak di Kecamatan Stabat,” ungkap Suratmin.
Mengenai para pekerja, Suratmin mengatakan ada 20 orang karyawan, dengan gaji per bulan berkisar Rp750.000 per orang, dengan rincian satu tempat usaha dikelola 2 orang, dan jadwal kerja dimulai sekira pukul 16.00 hingga pukul 22.00Wib.
Meskipun usaha Suratmin sudah berkembang hingga memiliki 10 tempat, ia tetap membutuhkan pinjaman modal usaha dari pihak perbankan, maupun Dinas Koperasi dan UKM. Untuk Modal yang dibutuhkannya itu, berkisar Rp100 juta. “Jika uang itu ada, saya akan menambah tempat dagangan lagi serta akan menambah tenaga kerja,” jelasnya.
Dijelaskannya, sebelum memiliki 10 tempat dagangan, dulunya Suratmin sempat pontang-panting berjualan sendiri dengan didampingi istrinya Yusrina Wati. “Dari awal usaha saya berjualan dengan menggunakan sepeda motor yang diberi gerobak,” jelasnya.
Beberapa tahun kemudian usaha tersebut cukup laku untuk kemudian ia mengembangkan tempat usaha dan mempekerjakan tenaga kerja sebagai penjualan pisang molen.
“Ya saat ini usaha kita sudah mulai meningkat, tapi saya tetap masih membutuhkan tambahan modal,” ungkap Suratmin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar