Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Jambi, Abu Sucamah di Jambi, Jumat (18/3) mengatakan, pengembangan agribisnis pedesaan itu dilakukan lewat bantuan atau penyaluran dana pada gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang ada. “Dana yang sudah disalurkan pada 2011 untuk Gapoktan sebesar Rp19 miliar, tersebar di kota dan kabupaten yang ada di provinsi Jambi,” katanya.
Ia menyebutkan sekitar 190 Gapoktan yang ada masing-masing sudah mendapat dana Rp100 juta yang digunakan untuk menjadikan petani di kelompoknya berbasis agribisnis. Besaran dana yang akan diberikan atau disalurkan pada Gapoktan itu sedang dibahas atau dirapatkan di pemerintah pusat.
Pengembangan agribisnis pedesaan bertujuan menjadikan petani handal atau modern yang bisa mengelola komoditas pertaniannya dari pratanam hingga pasca panen atau pemasaran.
Banyak contoh yang diraih di antaranya, hampir di tiap kota dan kabupaten petani sudah mampu memproduksi pupuk organik dengan memanfaatkan jerami dan kotoran ternak untuk menyuburkan tanaman mereka.
Jerami dan kotoran ternak itu juga didapatkan dari limbah pertanian dan kotoran hewan yang dipelihara sendiri. Selanjutnya dalam penggunaan bibit, pemeliharaan hingga panen, petani juga sudah bisa memilih benih unggul yang sesuai dengan kondisi tanah, sehingga bisa memperoleh hasil yang maksimal. "Pasca panen sebagian petani juga sudah bisa meningkatkan nilai tambah dan nilai jual produknya dengan mengolah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi," kata Abu Sucamah. (ant)
Ia menyebutkan sekitar 190 Gapoktan yang ada masing-masing sudah mendapat dana Rp100 juta yang digunakan untuk menjadikan petani di kelompoknya berbasis agribisnis. Besaran dana yang akan diberikan atau disalurkan pada Gapoktan itu sedang dibahas atau dirapatkan di pemerintah pusat.
Pengembangan agribisnis pedesaan bertujuan menjadikan petani handal atau modern yang bisa mengelola komoditas pertaniannya dari pratanam hingga pasca panen atau pemasaran.
Banyak contoh yang diraih di antaranya, hampir di tiap kota dan kabupaten petani sudah mampu memproduksi pupuk organik dengan memanfaatkan jerami dan kotoran ternak untuk menyuburkan tanaman mereka.
Jerami dan kotoran ternak itu juga didapatkan dari limbah pertanian dan kotoran hewan yang dipelihara sendiri. Selanjutnya dalam penggunaan bibit, pemeliharaan hingga panen, petani juga sudah bisa memilih benih unggul yang sesuai dengan kondisi tanah, sehingga bisa memperoleh hasil yang maksimal. "Pasca panen sebagian petani juga sudah bisa meningkatkan nilai tambah dan nilai jual produknya dengan mengolah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi," kata Abu Sucamah. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar