"Kelompok tani sedikitnya membutuhkan Rp560 juta untuk membeli 20 ton atau satu kontainer biji kakao petani," kata Kepala Dinas Perkebunan Sulsel Burhanuddin Mustafa di Makassar, Jumat (25/3).
Dalam satu bulan, kelompok tani di Sulsel baru dapat mengirimkan sebanyak dua kontainer atau 500 ton per tahun. Jumlah tersebut masih kecil jika dibandingkan dengan total produksi kakao Sulsel yang mencapai 170 ribu ton per tahun.
"Kita berharap jumlahnya dapat meningkat pada panen raya April-Juni dan Oktober-November," ujarnya. Untuk itu ia mengimbau kepada kabupaten dan kota produsen kakao di Propinsi Sulsel untuk mendorong produksi kakao yang telah difermentasi agar memperoleh nilai tambah dan memenuhi kualitas ekspor.
Hal ini juga terkait dengan hasil kunjungan kerja Pemprop Sulsel ke pabrik pengolahan kakao di Tangerang, PT Bumi Tangerang Mesindotama (BT Cocoa).
Saat ini, lanjutnya, sebanyak 10 kelompok tani kakao Sulsel telah bekerjasama dengan perusahaan tersebut. "Prinsipnya, siapa pun yang mau bekerjasama mereka siap. Masalahnya sekarang permodalan pada kelompok tani," ujarnya.
Sebelumnya, pada kunjungan kerja Pemprop Sulsel, BT Cocoa berkomitmen memberikan nilai tambah sebesar Rp3000-Rp4000 pada biji kakao produksi petani yang telah difermentasi.
Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, juga menyatakan kesiapan Sulsel untuk memasok bahan baku kakao dan menawarkan kepada BT Cocoa untuk membangun industri pengolahan kakaonya di Sulsel. (ant)
Dalam satu bulan, kelompok tani di Sulsel baru dapat mengirimkan sebanyak dua kontainer atau 500 ton per tahun. Jumlah tersebut masih kecil jika dibandingkan dengan total produksi kakao Sulsel yang mencapai 170 ribu ton per tahun.
"Kita berharap jumlahnya dapat meningkat pada panen raya April-Juni dan Oktober-November," ujarnya. Untuk itu ia mengimbau kepada kabupaten dan kota produsen kakao di Propinsi Sulsel untuk mendorong produksi kakao yang telah difermentasi agar memperoleh nilai tambah dan memenuhi kualitas ekspor.
Hal ini juga terkait dengan hasil kunjungan kerja Pemprop Sulsel ke pabrik pengolahan kakao di Tangerang, PT Bumi Tangerang Mesindotama (BT Cocoa).
Saat ini, lanjutnya, sebanyak 10 kelompok tani kakao Sulsel telah bekerjasama dengan perusahaan tersebut. "Prinsipnya, siapa pun yang mau bekerjasama mereka siap. Masalahnya sekarang permodalan pada kelompok tani," ujarnya.
Sebelumnya, pada kunjungan kerja Pemprop Sulsel, BT Cocoa berkomitmen memberikan nilai tambah sebesar Rp3000-Rp4000 pada biji kakao produksi petani yang telah difermentasi.
Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, juga menyatakan kesiapan Sulsel untuk memasok bahan baku kakao dan menawarkan kepada BT Cocoa untuk membangun industri pengolahan kakaonya di Sulsel. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar