BANDAR LAMPUNG. Kesadaran petani menggunakan pupuk organik masih rendah. Padahal, selain bisa menekan biaya produksi dan meningkatkan produktivitas tanaman, pupuk organik mampu menjaga kelestarian lingkungan.
Hal itu diungkapkan Kepala Desa Way Gelam, Kecamatan Candipuro, Lampung Selatan, Ngatijo, di sela-sela panen bersama hasil pemupukan organik plus Ersindoganik produksi PT Ersindo Mulia di desa setempat, Senin (14-3).
Menurut Ngatijo, dari sekitar 100 ha areal pertanaman padi di desa itu, baru sekitar 20% yang menggunakan pupuk organik. Itu pun masih belum 100% pupuk organik, masih menggunakan tambahan pupuk kimia. Tetapi, untuk penggunaan pupuk organik di areal perkebunan sudah lebih tinggi, yakni sekitar 22 ha kebun sawit dari total 50 ha lahan perkebunan.
"Kami berharap petani bisa lebih jeli memilih pupuk dengan menggunakan pupuk organik dibanding pupuk kimia. Mengingat penggunaan pupuk kimia semakin merusak tanah," kata Ngatijo.
Dia juga berharap pihak produsen dan distributor pupuk organik bisa lebih mendekatkan diri untuk merubah pandangan petani agar beralih ke pupuk organik.
Ketua Koperasi Bina Sawindo, distribusi pupuk organik plus Ersindoganik di desa tersebut, Doko Kisworo, mengatakan menggunakan pupuk organik memang lambat tapi pasti. Terbukti dari panen bersama dengan aplikasi pupuk organik tersebut diperoleh hasil 7,5 ton/ha. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan produksi tanaman dengan pupuk kimia yang hanya 6,5—7 ton/ha.
"Jika menggunakan pupuk kimia, tanaman terlihat hijau tapi hasilnya tidak sebaik menggunakan pupuk organik," ujarnya.
Selain itu, dengan menggunakan pupuk organik yang lebih ramah lingkungan, menurut Doko, selain baik untuk struktur tanah juga meningkatkan kesehatan masyarakat. Doko yang memiliki latar belakang sarjana kesehatan masyarakat mengatakan penggunaan pupuk kimia selain merusak tanah juga bisa menimbulkan penyakit degeneratif bagi manusia.
Tekan Pupuk Kimia
Menurut pemilik lahan sawah, Jumadi Ismoyo, saat ini dia menggunakan pupuk organik Ersindoganik 60% dan sisanya masih pupuk urea (pupuk putih). Tapi, terbukti dengan pupuk organik ini bisa menekan penggunaan pupuk putih dari yang biasanya 1 ha itu menggunakan 8 kuintal, dengan Ersindoganik hanya 3 kuintal.
"Merangkak sedikit-sedikit meninggalkan pupuk kimia untuk menjaga kelestarian lingkungan demi anak cucu kita. Terbukti dengan pupuk organik, hasil yang didapat tidak turun dibandingkan menggunakan kimia 100%," kata Jumadi.
Petani lain, Sumono, mengatakan selain mengembalikan kesuburan tanah, pupuk organik ini juga memberikan hasil panen lebih baik. Bulir padi lebih berat dan tahan terhadap serangan hama penyakit.
Namun, petani masih mengeluhkan tingginya harga pupuk organik. Untuk 1 karung isi 40 kg Ersindoganik dipasarkan dengan harga Rp100 ribu. Sementara 1 ha lahan sawah membutuhkan 1 ton pupuk organik. Saat ini, untuk mendapatkan pupuk organik plus Ersindoganik, petani membeli di koperasi dengan sistem bayar panen.
Aplikasi
Sementara itu, staf laboratorium PT Ersindo Mulia, produsen Ersindoganik, M. Fernando, mengatakan penggunaan Ersindoganik mampu menekan 70% penggunaan pupuk kimia.
Untuk aplikasi tanaman padi, pemakaian pupuk Ersindoganik dilakukan dua kali dengan masing-masing dosis: 250—500 kg/ha pada waktu 1 atau 2 hari setelah tanam. Jika ingin dilakukan sebelum tanam, dapat juga dilakukan 1 atau 2 hari sebelum penaman setelah pengolahan tanah. Kemudian, 250—500 kg/ha pada waktu 2 minggu setelah tanam.
Selain padi, pupuk Ersindoganik juga dapat diaplikasikan ke tanaman palawija, seperti jagung, kedelai, atau kacang-kacangan dengan dosis sama seperti tanaman padi.
Sedangkan pada tanaman sayuran (hortikultura) seperti terung, cabai, hingga tanaman perkebunan (cokelat, kelapa, pisang, pepaya, dan lainnya), pemupukan Ersindoganik dilakukan 1 kali aplikasi dengan dosis 800—1.500 kg/hektare. Dilakukan setelah pengolahan tanah 1—2 hari sebelum penanaman atau 1 atau 2 hari setelah tanam.
Pupuk organik plus (Ersindoganik) memiliki keunggulan dibanding pupuk organik lainnya. Antara lain yaitu berbentuk granul sehingga mudah diaplikasikan, kadar C-organik tinggi, mengandung bakteri penambat atau fiksasi nitrogen, dikemas dengan karung kedap air, dan aman serta ramah terhadap lingkungan (bebas dari mikroba penyebab penyakit/patogen). (LP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar