”Lahan-lahan di bawah tegakan jati di Perhutani itu memungkinkan untuk ditanam kedelai. Potensinya cukup bagus dan ada di beberapa tempat,” kata Menteri Pertanian Suswono, Kamis (10/3).
Lahan milik Perhutani di Pulau Jawa yang cukup berpotensi untuk tumpang sari dengan kedelai mencapai sekitar 100.000 hektar. Jika saja produktivitasnya bisa mencapai 1,7 ton kedelai per hektar, seperti di Banyuwangi, maka perluasan lahan itu akan memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi produksi dalam negeri.
Keterbatasan lahan kedelai milik petani yang ada saat ini menjadi persoalan utama karena lahan itu tidak hanya diperuntukkan bagi pengembangan kedelai. Jika harga komoditas lain lebih menguntungkan, petani tidak akan menanami lahan itu dengan kedelai.
”Mudah-mudahan dengan kenaikan harga pangan dunia termasuk kedelai akan mendorong petani untuk bergairah kembali menanam kedelai,” kata Suswono.
Ketua Dewan Kedelai Indonesia Benny A Kusbini, seperti dikutip Kompas.com sehari sebelumnya menyatakan, pemerintah tidak bisa hanya bersandar kepada petani untuk mencapai swasembada kedelai tahun 2014. Selain mengusahakan perluasan lahan kedelai, pemerintah juga perlu membentuk BUMN pangan.
Luas lahan kedelai yang saat ini tidak lebih dari 900.000 hektar, menurut Benny, memberikan kontribusi produksi nasional kedelai sekitar 700.000-900.000 ton per tahun. Di sisi lain, kebutuhan nasional kedelai juga mencapai 2,4 juta ton per tahun.
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menyatakan, impor kedelai dilakukan dengan mempertimbangkan produksi dan permintaan kedelai dalam negeri. Impor tahun ini memang mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya.(kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar