SLEMAN: Petani di Sleman mengeluhkan rendahnya harga jual gabah organik. Di tengkulak, gabah penanan organik masih dianggap sama dengan gabah biasa sehingga tidak menguntungkan petani.
"Kami menjual ke tengkulak, harganya sama dengan gabah biasa. Kami juga belum tahu gabah organik dijual kemana," kata Noto Sumarjono, petani dusun Jodag, Sumberadi Mlati . Rabu (16/3).
Noto menjelaskan sebagian petani di Sumberadi mulai berlaih ke sistem organik. Selain menyehatkan, ongkos tanam dan pemeliharaan jauh lebih murah. Pasalnya kebutuhan pupuk urea dipangkas.
Sebagai gantinya, petani menggunakan pupuk organik. Mereka mendapat bantuan dari pemerintah yang disalurkan lewat kelompok tani. Selain itu, petani juga membeli pupuk organik sendiri untuk kebutuhan tambahan.
Selain lebih hemat, lanjut Noto,petani tergiur iming iming tingginya harga jual gabah dan beras organik. Sayangnya hingga kini belum ada pembeli khusus gabah organik yang menghampiri mereka.
"Dipasar beras organik juga belum populer. Masih kalah dengan beras biasa. Beras organik hanya ada di supermarket saja," tandasnya.
Petani lainnya, Mbah Dul menjelaskan, tengkulak umumnya membedakan beras dari kualitas fisik saja. Perbedaan ini yang akan menentukan harga beli gabah. Sedangkan beras organik baru bisa dibedakan saat dimasak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar